Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Monday, January 4, 2010

Koneksikan Bisnis Anda ^_^

Zaman sekarang semua berjalan serba cepat. Untuk memberitahukan sesuatu kepada orang yang berjarak ribuan kilometer hanya dibutuhkan waktu beberapa detik saja. Tidak seperti dahulu yang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk menunggu kiriman surat atau kartu post.

Cepatnya arus informasi dan komunikasi saat ini berpengaruh sangat besar terhadap cara orang menjalankan bisnisnya. Kalau dulu, orang mau bisnis, tinggal buka kios dipinggir jalan, lalu sediakan barang-barang yang akan dijual dan ditunggu dari pagi sampai sore, sudah beres. Konsumen tidak punya banyak pilihan, bahkan juga tidak tahu persis harga yang layak untuk produk itu sebenarnya berapa.

Contoh kecil saja, pada tahun 1998, toko komputer di Lampung bisa mendapatkan laba sampai 2,5 – 4 juta per unit. Tidak ada konsumen yang komplain harganya kemahalan, karena mereka tidak punya pembanding.

Dengan adanya internet, konsumen akan dengan mudah mencari spesifikasi yang sama secara detail dan membandingkan harga dari toko offline dengan toko online. Dengan demikian, konsumen tidak lagi bisa ‘dibohongi’.

Belum lagi pengusaha juga harus bertarung dengan toko offline lain yang merupakan jaringan bisnis nasional bahkan internasional. Tentu akan semakin menambah banyak pilihan bagi konsumen. Bisa dipastikan, akan sangat sulit mencari pelanggan sejati. Bisa jadi pagi ini belanja di toko kita, nanti sore belanja di toko lain.

Apa artinya?

Saat ini konsumen sudah terkoneksi dengan dunia yang lebih luas. Agar kita tetap surfive ditengah kompetisi yang semakin padat, tentu kita juga harus terkoneksi. Minimal terkoneksi dengan konsumen, kolega, supplier bahkan dengan kompetitor.

Terkoneksi dengan konsumen, artinya kita dengan mudah mengomunikasikan apa yang kita jual kepada konsumen. Dan yang paling penting adalah konsumen secara pribadi menerima pesan kita, mengerti apa yang kita komunikasikan dan mau secara sukarela bertindak seperti apa yang kita inginkan.

Contoh kecil, ada sebuah warung makan kecil di Bandar Lampung yang menerapkan koneksi seperti ini. Warung tersebut mendorong semua orang yang makan disitu untuk manjadi member. Warung tersebut memberikan diskon khusus untuk member setiap transaksi. Dengan membuat member, tentu mereka mengisi form aplikasi yang didalamnya terdapat nama lengkap, alamat ,nomor telephone, alamat email, agama, hobi dan lain-lain.

Untuk melakukan koneksi langsung kepada para membernya, warung tersebut menggunakan fasilitas SMS dan email setiap ada menu baru, saat ada program promosi baru, saat member tersebut ulang tahun dan ucapan selamat hari raya agamanya.

Apa yang bisa diambil pelajaran dari kasus ini?

Konsumen mendapatkan informasi jauh lebih banyak dan lebih cepat tentang warung ini dibandingkan dengan warung-warung lain disekitarnya. Konsumen juga akan tahu secara cepat spot diskon khusus untuk dirinya dengan menunjukkan SMS tersebut.

Kembali ke masalah koneksi, sebenarnya ada lagi pekerjaan besar yang bisa ditempuh untuk membentuk pelanggan fanatik, yaitu mengoneksikan satu pelanggan dengan pelanggan lain.

Slank dan Dewa 19 salah satu yang sukses mengoneksikan penggemarnya melalui wadah Slankers dan Baladewa. Mereka adalah penggemar fanatik yang selalu mengikuti perkembangan kedua band tersebut. Meraka juga ikut berjuang agar grup band kesayanganya tetap eksis, salah satunya menggunakan RBT (ring back tone) dan selalu membeli kaset originalnya.

Para Slangkers dan Baladewa ini memiliki identitas komunitas yang sangat kuat. Meski mereka berlainan provinsi dan tidak saling kenal, dengan mudah mereka akan melakukan pembelaan bersama-sama terhadap band kesayanganya.

Selain terkoneksi dengan konsumen, kita juga harus terkoneksi dengan kolega. Dalam bisnis selalu saja ada kolega yang secara langusung maupun tidak langsung membantu kemajuan bisnis kita. Meskipun mereka tidak berada dibawah manajemen kita, namun keberadaanya sangat vital.

Kolega bisnis bisa berupa orang atau badan usaha yang bergerak dibidang bisnis lain namun masih ada kaitanya dengan bisnis kita. Misalnya Hotel dengan Loundry, Developer Software dengan Toko Komputer, Konsultan Manajemen dengan penyedia Out Sourcing SDM dan Marketing Freelance.

Bahkan kadang kala kolega yang kita ajak kerja sama, bisa saja tidak berhubungan dengan bisnis yang kita jalani sama sekali. Biasanya ini digunakan untuk strategi Cross Marketing, Misalnya Supermarket dengan Bengkel Mobil, Salon, Spa dan Rumah Makan.

Kolega-kolega seperti diatas, sangat bermanfaat untuk membangun pasar baru atau untuk membersarkan pasar yang sudah ada. Oleh karenaya kita harus selalu terkoneksi dengan mereka untuk selalu mencari peluang apa yang bisa dikembangkan bersama untuk membesarkan bisnis bersama.

Koneksi berikutnya adalah dengan supplier. Ini adalah koneksi yang harus dijalankan dengan lancar. Tidak ada gunanya sama sekali kita melakukan pemasaran yang hebat, namun tidak didukung oleh supplai produk yang memadahi. Supplier juga biasanya dengan sukarela memberi kita tips dan trik agar produknya bisa laku keras. Mereka akan membagikan pengalaman salah satu konsumenya yang sukses kepada kita. Karena bagaimanapun, supplier juga berkepentingan terhadap penjualan produknya oleh kita.

Koneksi yang mungkin agak aneh adalah koneksi dengan kompetitor. Mengapa kita harus terkoneksi dengan kompetitor? Bukankan mereka adalah musuh yang harus dihancurkan?.

Kompetitor biasanya memiliki bidang bisnis yang sama dengan yang kita jalani. Dalam bisnis, meskipun masing-masing bersaing untuk menjadi pemenang, tapi selalu saja ada “musuh bersama” yang harus dihadapi. Untuk menghadapi musuh bersama ini tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri. Dibutuhkan power yang besar untuk bisa menghadapinya.

Misalnya saja para pebisnis retail yang selalu mengalami kesulitan dalam perijinan dan banyaknya pungutan-pungutan dari pihak pemerintah daerah. Untuk menghadapi ini mereka membentuk semacam asosiasi atau perkumpulan, agar memiliki bargaining position yang kuat dihadapan pemerintah daerah.

Contoh lain musuh bersama adalah masuknya jaringan bisnis nasional dan internasional ke daerah. Bagi para pengusaha di daerah, meraka adalah musuh bersama yang harus dihadapi, meskipun sebenarnya diantara mereka sendiri juga ada persaingan.

Dalam sebuah asosiasi, para kompetitor bisa melakukan sharing satu dengan yang lainya. Suatu yang hampir tidak mungkin dilakukan jika mereka tidak dalam satu organisasi.

So stay on connection and never loss connection with everyone.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Sunday, January 3, 2010

Best Careers of 2010

It's not a little bit optimistic to be establishing a list of best careers now, at the tail end of a particularly hard-knocks recession that has helped put 15.4 million Americans out of work.

That's particularly so because no industry or occupation was spared the misery of layoffs, hiring freezes, benefit cuts, and general anxiety. But some industries were much safer harbors for workers than others. Healthcare, most notably, managed to expand its payrolls, though not at the clip customary for a healthier economy. It's clear that the recession is ending and that employers aren't slashing jobs with the blunt instrument they used over the past two years, but many unemployed workers and college students have a question that can't be answered by upticks in the GDP, namely: Where on earth will the jobs be?

For this year's list, U.S. News examined the Labor Department's brand-new job growth projections for 2008 to 2018. We looked for occupations that will add jobs at an above-average rate over the next decade or so and those that provide an above-average median income. We analyzed the data for jobs with enough bulk to make them worth mentioning. Since not everyone wants to be a nurse or an engineer, we looked for occupations in a broad range of categories. And since not everyone can go back to school for a doctorate, we included a broad range of educational requirements. We also considered, where possible, data on job satisfaction, turnover, and impending retirements,which crank up openings in jobs that may have only slightly above-average employment growth.

In the end, we found a list of 50 jobs that present some of the best opportunities for workers in five categories. In the science and technology field, jobs range from network architect to meteorologist. This category includes the fastest-growing occupation—with a 72 percent growth rate that far outstrips the 10 percent average across careers—of biomedical engineer. Biomedical engineers help develop the equipment and devices that improve or enable the preservation of health. They're working to grow cardiac tissue or develop tomorrow's MRI machines, asthma inhalers, and artificial hearts. Computer software engineers, on the other hand, are working to develop tomorrow's hottest video game—or missile system.As the baby boomer generation ages, the healthcare industry will continue to offer some of the best opportunities for employment. Aside from better known—but still promising—careers such as registered nurse or veterinarian, there are slightly more under-the-radar careers that require less schooling, such as X-ray technician, lab technician, or physical therapist assistant. There are also promising occupations at the intersection of healthcare and education: school psychologist and medical and public-health social worker. Those drawn to teaching or to civic service might want to take a look at urban planning, firefighting, or special education.

There are plenty of promising jobs in the business and finance fields, although the opportunities have shifted a bit because of the economic shake-up. Consumers continue to seek the advice and experience of personal financial advisers, while investment banks, insurance companies, and fund management firms increasingly rely on the work of financial analysts, who gauge the performance, health, and value of companies in which a firm may want to invest. There are less well-known careers here, too, including cost estimator, a job critical to companies that need to price out projects before they start, and logistician, the unsung hero of global commerce who manages the supply chain.

Creative jobs often get short shrift as promising opportunities, given that competition can be fierce and interest high. However, there will be plenty of demand for technical writers, curators, and film and video editors. Some service jobs can also be easily overlooked despite the excellent opportunities they provide. Plumbers are the butt of plenty of jokes, but the career could be a great choice for someone who wants on-the-job training and has the needed physical stamina. Likewise, employment of security system installers is forecast to jump 25 percent between 2008 and 2018. Sometimes, a recession shows you that the best jobs aren't the ones that grab headlines or dazzle strangers. Rather, they're the ones that offer a stable paycheck and a little satisfaction at the end of the day.

1. X-Ray Technician

Demand for X-ray technicians is expected to grow as the massive baby boomer generation ages and increases demand for diagnostic imaging. Radiologic technologists and technicians held about 215,000 jobs in 2008, primarily in hospitals, and that number is expected to shoot up more than 17 percent to 252,000 positions by 2018.

2. Veterinarian

Employment for veterinarians is expected to grow by 19,700 jobs, or 33 percent, between 2008 and 2018.There aren't a lot of veterinarians—60,000 in 2008, according to U.S. estimates; 90,000 in 2008, according to industry data—and demand for vets is strong.

3. Meteorologist

Employment growth of meteorologists is expected to be faster than average. The occupation is expected to add 1,400 jobs between 2008 and 2018, expanding by nearly 15 percent.

4. Computer Software Engineer

Employment of computer software engineers is expected to swell by a whopping 295,200 jobs, or more than 32 percent, between 2008 and 2018. That rate is well above the average for all occupations, as companies continually integrate new technologies and design their own.

5. Firefighter

Job growth through 2018 is likely to be about 19 percent, which is above the average for all occupations. But there's a lot of competition for jobs, since firefighting is stable, government-supported work that often comes with a pension--and is recession-resistant.

6. Special-Education Teacher

Employment of elementary and preschool special-education teachers is expected to jump by 44,300 jobs, or 20 percent, between 2008 and 2018--well above average for all occupations.

7. Financial Adviser

Financial adviser is forecasted as one of the faster-growing occupations over the next decade, with a projected growth rate of more than 30 percent. The impending retirements of 78 million baby boomers is expected to create strong demand for advisory services.

8. Meeting Planner

Employment of meeting and convention planners is expected to grow faster than the average for all professions over the next decade or so. The number of jobs planners hold is forecast to jump 16 percent, thanks to the growing importance of meetings to increasingly global companies.

9. Funeral Director

Expect solid growth for funeral directors between 2008 and 2018. Employment should increase by 3,600 jobs, or 12 percent, over the 10-year period. However, the number of openings resulting from growth and replacement needs, particularly from retirements, will be three times as much.

10. Multimedia Artist

Employment in the multimedia arts, whether in film, advertising, or Web development, is expected to rise by 11,200 jobs, or more than 14 percent, between 2008 and 2018, boosted in part by the growth in mobile technology and in the production of 3-D animated movies.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Bunuh Diri Itu Menular

Dalam catatan sejarah, dalam tiga pekan ini, paling tidak lima nyawa melayang setelah terjun dari ketinggian gedung bertingkat di Jakarta. Diduga mereka meloncat karena sengaja bunuh diri (Kompas, 16/12/2009). Sebelumnya di Surabaya juga terjadi hal yang sama. Kerap kejadian seperti ini terjadi secara beruntun. Kebetulan atau memang menjalar?

Sekitar akhir abad kedelapan belas, Goethe, seorang penulis kesohor, bertutur dalam novelnya, The Sorrows of Young Werther. Dikisahkan, sang tokoh protagonis, Werther, sengaja mengakhiri hidup karena cintanya kepada tokoh utama perempuan gagal. Dalam waktu singkat setelah novel tersebut beredar, tindakan Werther ditiru oleh banyak pembacanya dengan memakai pakaian dan cara mati yamg serupa dengan yang dilakukan Werther, sementara buku novel tersebut berada di sampingnya. Dramatis!

Banyak bukti memperjelas bahwa mereka terinspirasi oleh kisah sang tokoh dalam novel tersebut. Kejadian yang sempat menggemparkan bumi Eropa saat itu sehingga novel tersebut lantas dilarang beredar. Dari situlah muncul istilah The Werther effect, atau bunuh diri yang menjalar cepat bak penyakit menular (contagious) . Mereka mengimitasi apa yang dibaca, dilihat, atau didengar, terutama bagi individu yang rentan.

Media dan perilaku meniru

Kendati peniruan bunuh diri (copycat suicide) lebih tepat dipakai untuk mengistilahkan bunuh diri yang menjalar di antara kelompok teman, namun tak terlalu berbeda dengan perilaku bunuh diri yang ditularkan lewat berbagai bentuk media. Umumnya lantaran paparan yang begitu menonjol, kejadiannya dramatis, sensasional, dan disiarkan terus-menerus oleh media.

Begitu banyak bukti bahwa media mempunyai andil besar terhadap perilaku bunuh diri (Fu & Yip, 2007). Umumnya remaja dan dewasa muda yang mempunyai faktor risikolah yang banyak mengimitasi perilaku bunuh diri dengan memungut metode yang sama. Kebetulan cara melompat dari gedung tinggi menjadi semacam tren akhir-akhir ini, baik di pusat perbelanjaan, gedung apartemen jangkung yang mulai menjamur, menara tinggi, maupun sejenisnya.

Masuk akal, apalagi di kota besar, terutama Jakarta, yang tengah berlomba membangun gedung-gedung tinggi, cara mengakhiri hidup semacam itu akan menjadi masalah, sebagaimana Hongkong yang saat ini sudah mulai berpikir untuk mengembangkan sistem pengamanan lewat arsitektur bangunan yang tak mengundang orang untuk mengakhiri penderitaan mereka di tempat tersebut. Hal itu termasuk bagaimana mengamankan jembatan-jembatan yang menjadi ikon kota.

Mungkinkah pengelola gedung (termasuk yang memberikan izin mendirikan gedung) di Indonesia mulai berpikir dan bertindak seperti itu? Hal ini tak boleh dianggap sepele bila tak ingin melihat korban berjatuhan kembali. Semua komponen masyarakat ikut bertanggung jawab. termasuk media massa, terutama dalam pemberitaan yang berpotensi ditiru masyarakat. Misalnya mengenai peristiwa bunuh diri, seyogianya media memberitakan secara lebih bertanggung jawab, akurat, dan lebih sensitif memegang etika reportase. Diharapkan, media menghindari cara pemberitaan yang sensasional, terlalu didramatisasi, menghindari pelaporan secara detail, apalagi lokasi tempat dan cara kematian secara eksplisit.

Hal penting lain, tidak melakukan penyederhanaan penyebab masalah karena bisa menafikan kausa kompleks bunuh diri yang sebenarnya lebih penting. Kerap berbagai reportase menyebutkan penyebab bunuh diri karena faktor tunggal, misalnya karena impitan ekonomi atau masalah dengan pasangan. Akibatnya, kelompok orang yang sedang mengalami "nasib" buruk serupa dan sudah terlintas ide untuk mati, seakan diberikan justifikasi untuk melakukan hal sama. Lebih-lebih bila ada "model" yang bisa ditiru, atau celebrity suicide, seperti yang terjadi di berbagai penjuru dunia.

Saat ini di beberapa negara sedang gencar terjalin kerja sama antara media massa dan institusi terkait untuk membuat semacam media guidelines dalam pemberitaan bunuh diri. Ini membawa hasil yang menggembirakan, terutama menghindari terjadinya copycat.

Kesehatan mental

Tindakan bunuh diri bukanlah sesederhana yang sering dibicarakan selama ini. Begitu berliku lorong suram yang memberi gurat cerita nestapa tersebut. Sebuah interaksi rumit yang terjalin antara faktor biologik, genetik, psikologik, sosiobudaya, ekonomi, masalah interpersonal, kepribadian, dan masalah psikiatrik. Bukan karena faktor tunggal. Perilaku bunuh diri ini menunjukkan salah satu indikator tingkat kesehatan mental yang buruk di masyarakat.

Sembilan puluh persen perilaku bunuh diri memang berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental dan kedaruratan medik. Ketika faktor mendasar tak diatasi, tak ayal jumlah kasus bunuh diri akan terus melambung karena faktor pemicunya kian menyeruak, membuat kehidupan seakan tersedak.

Media diharapkan lebih terlibat dan memberikan informasi akan tersedianya sarana bantuan bagi orang-orang yang sedang kalah ini. Sudah saatnya pula masyarakat mulai bergerak menyediakan sarana bantuan bagi sekelompok orang yang seakan terperangkap dalam labirin suram. Jangan biarkan mereka merasa tak ada harapan. Kita bisa mengulurkan tangan untuk sekadar menampung kegundahan mereka, bukan menyalahkan, tetapi memberikan dukungan.

Sebagian besar dari mereka terbukti mengurungkan niat bunuh dirinya ketika ada akses seseorang yang empatik, mau memahami, mendengarkan, dan memberikan dukungan yang bisa mengenyahkan noktah keputusasaan. Bahwa penderitaan tak layak diselesaikan lewat jalan pintas.

Patut diingat, yang meninggal hanyalah sebagian kecil dari perilaku bunuh diri yang diberitakan. Yang baru berniat atau tidak fatal tentu jauh berlipat kali jumlahnya. Inilah fenomena gunung es taraf kesehatan mental yang memburuk. Seakan menjadi silent killer yang tak terendus sehingga kita alpa mengantisipasi.

Lembaga nirlaba semacam Samaritans atau Papyrus yang sudah berdiri di berbagai belahan dunia mungkin bisa dipungut sebagai bahan inspirasi dengan beberapa modifikasi lokal. Lembaga yang bisa menjadi sumber informasi lengkap dan memberikan udara segar bagi orang-orang yang membutuhkan tempat bersandar. Memberikan secercah lentera bagi orang-orang yang sedang melihat penderitaan tanpa harapan. Bahwa ada hikmah di balik musibah, seperti digambarkan Pincus (1972) dengan indahnya:

There is no growth without pain and conflict/ There is no loss which cannot lead to gain....

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Industri Semakin Terancam

Catatan sejarah menunjukkan, ada satu pertanyaan: Apakah kita rela membeli produk dalam negeri dengan harga lebih mahal? Seorang pejabat Departemen Perdagangan dalam sebuah seminar menjawab, "Saya lebih rela membeli produk lokal, seperti jeruk Brastagi, karena kita akan turut menyejahterakan petani."

Semangat nasionalisme itu runtuh. Pengamat ekonomi Faisal Basri justru memberikan jawaban kontroversial, "Kalau suruh pilih, saya lebih memilih produk luar negeri yang bisa jauh lebih murah dan berkualitas. "

Faisal mengaku tidak rela membeli produk lokal yang jauh lebih mahal. Tidak jaminan semangat nasionalisme yang dikampanyekan pejabat dapat menyejahterakan petani.

Harga jeruk Brastagi, misalnya. Harganya sendiri murah di tingkat petani, terlebih ketika musim panen tiba. Yang bikin mahal dan bikin tidak rela adalah proses distribusi yang dihancurkan oleh aneka macam pungutan liar.

Contoh perdebatan kecil itu sangat kental terjadi di kalangan industri. Boleh jadi benar juga slogan iklan rokok yang bilang "Lagi Susah Dinaikin, Lagi Naik Disusahin".

Pada pengujung tahun 2009, industri semakin terimpit oleh agenda besar Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement) ASEAN-China. Sektor industri, terutama industri nonmigas, kewalahan menghadapi pasar global pada masa depan.

Padahal, industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil yang dibantu Departemen Perindustrian, dengan restrukturisasi mesin tekstil mulai tahun 2008, sedang bangkit untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas demi mendongkrak daya saing.

Industri otomotif lain lagi hambatannya. Penyesuaian pajak-pajak kendaraan, terutama pajak progresif, menjadi ancaman di pasar domestik. Padahal, industri otomotif niscaya menjadi "lokomotif" yang bisa menggerakkan industri komponen, kemasan, dan sebagainya. Tentu, lapangan pekerjaan memberikan kontribusi positif pada problem pengangguran yang bikin pusing pemerintah.

Hingga kini, problem besar yang menjadi masalah klasik dihadapi industri adalah rendahnya peran perbankan dalam menyalurkan kredit. Suku bunga perbankan pun tidak kompetitif.

Departemen Perindustrian sebagai "rumah" bagi industri dalam berkeluh kesah pun menjadi ibarat "pendekar tanpa pedang". Industri ingin bergerak, tetapi sayangnya ketersediaan energi listrik, pasokan gas, dan infrastruktur jalan untuk mendukung distribusi serta pelayanan pelabuhan belum memadai.

Kuncinya adalah membangun fondasi industri yang kuat. Tidak bisa lagi pembangunan hanya berorientasi lima tahunan. Dalam diskusi Roadmap 2025 dan Visi Industri 2030, gejala deindustrialisasi dini muncul tak terbendung.

Peran industri manufaktur dalam menciptakan nilai tambah mencapai puncak pada tahun 2004 dengan kontribusi 28,1 persen terhadap produk domestik bruto. Sejak saat itu peran industri manufaktur terus turun hingga 27,1 persen pada tahun 2007 dan sedikit meningkat menjadi 27,9 persen pada tahun 2008.

Namun, penurunan peran industri manufaktur ini diperkirakan akan terus berlanjut sejalan dengan pertumbuhannya yang lebih rendah dari pertumbuhan produk domestik bruto. Perekonomian pun mulai bergeser ke sektor jasa, terutama jasa modern di perkotaan yang kurang menyerap tenaga kerja. Apabila terus berlanjut, pengangguran akan tak terbendung.

Respons terhadap deindustrialisasi pun ditanggapi sinis. Indonesia tidak mengalami deindustrialisasi. Indonesia selama ini tidak punya industri. Yang ada cuma bangunan-bangunan pabrik.

Belakangan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat menimpali, "Gejala deindustrialisasi hanya bisa dituntaskan dengan kerja keras, menciptakan reindustrialisasi! "

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesungguhnya sudah enak dalam melangkah. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Riset, dan Teknologi Rahmat Gobel bersama beberapa pengamat ekonomi dan pengusaha di berbagai sektor berupaya merintis kluster-kluster unggulan yang bisa dijadikan prioritas pembangunan ekonomi.

Finalisasi roadmap tersebut membuahkan hasil terdiri dari empat kluster unggulan pendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil serta industri alas kaki, industri elektronik dan komponennya, dan industri alat angkut dan komponen otomotif.

Ada pula tiga kluster unggulan pendalaman struktur, yaitu industri alat telekomunikasi dan informatika, industri logam dasar dan mesin, serta industri petrokimia.

Yang tidak kalah penting adalah kluster unggulan sumber penerima devisa, yaitu industri pengolahan hasil pertanian, peternakan dan kehutanan, industri pengolahan hasil laut dan kemaritiman, serta industri berbasis tradisi dan budaya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Tjahyono meyakini pasar mebel Indonesia masih dipandang baik, terutama di pasar Eropa dan Amerika. Posisi nilai ekspor mebel Indonesia tahun 2008 mencapai 2 miliar dollar AS dan produk kerajinan 650 juta dollar AS.

Namun, belakangan ini nilai ekspor mebel Indonesia kalah dibandingkan dengan Vietnam. Nilai ekspor mebel Vietnam bisa mencapai 3,8 miliar dollar AS karena dukungan Pemerintah Vietnam sangat besar, termasuk aspek promosi mendatangkan pembeli dari luar negeri. Tenaga kerja Vietnam juga masih tergolong muda, usia 25-35 tahun.

Rahmat Gobel mengatakan, peluang Indonesia sangat besar. Apalagi, kini Departemen Perindustrian dipimpin oleh pengusaha yang diharapkan mengerti betul kebutuhan industri. Kini, tantangannya adalah meningkatkan nilai tambah bagi setiap hasil produksi.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Tuesday, December 29, 2009

Evolution of Japan

PURPLE PATCH: Evolution of Japan -Sidney Gulick

The study of the evolution of Japan is one of unusual interest; first, because of the fact that Japan has experienced such unique changes in her environment. Her history brings into clear light some principles of evolution which the visual development of a people does not make so clear.

In the second place, New Japan is in a state of rapid growth. She is in a critical period, resembling a youth, just coming to manhood, when all the powers of growth are most vigorous. The latent qualities of body and mind and heart then burst forth with peculiar force. In the course of four or five short years the green boy develops into a refined and noble man; the thoughtless girl ripens into the full maturity of womanhood and of motherhood. These are the years of special interest to those who would observe nature in her time of most critical activity.

Not otherwise is it in the life of nations. There are times when their growth is phenomenally rapid; when their latent qualities are developed; when their growth can be watched with special ease and delight, because so rapid. The Renaissance was such a period in Europe. Modern art, science, and philosophy took their start with the awakening of the mind of Europe at that eventful and epochal period of her life. Such, I take it, is the condition of Japan to-day. She is "being born again"; undergoing her "renaissance" . Her intellect, hitherto largely dormant, is but now awaking. Her ambition is equalled only by her self-reliance. Her self-confidence and amazing expectations have not yet been sobered by hard experience. Neither does she, nor do her critics, know how much she can or cannot do. She is in the first flush of her new-found powers; powers of mind and spirit, as well as of physical force. Her dreams are gorgeous with all the colours of the rainbow. Her efforts are sure, to be noble in proportion as her ambitions are high. The growth of the past half-century is only the beginning of what we may expect to see.

Then again, this latest and greatest step in the evolution of Japan has taken place at a time unparalleled for opportunities of observation, under the incandescent light of the nineteenth century, with its thousands of educated men to observe and record the facts, many of whom are active agents in the evolution in progress. Hundreds of papers and magazines, native and European, read by tens of thousands of intelligent men and women, have kept the world aware of the daily and hourly events. Telegraphic dispatches and letters by the million have passed between the far East and the West. It would seem as if the modernising of Japan had been providentially delayed until the last half of the nineteenth century with its steam and electricity, annihilators of space and time, in order that her evolution might be studied with a minuteness impossible in any previous age, or by any previous generation. It is almost as if one were conducting an experiment in human evolution in his own laboratory, imposing the conditions and noting the results.

In Japan there is going on to-day a process unique in the history of the human race. Two streams of civilisation, that of the far East and that of the far West, are beginning to flow in a single channel. These streams are exceedingly diverse, in social structure, in government, in moral ideals and standards, in religion, in psychological and metaphysical conceptions. Can they live together? Or is one going to drive out and annihilate the other? If so, which will be victor? Or is there to be modification of both? In other words, is there to be a new civilisation - a Japanese, an Occidento-Oriental civilisation?

The answer is plain to him who has eyes with which to see. Can the Ethiopian change his skin or the leopard his spots? No more can Japan lose all trace of inherited customs of daily life, of habits of thought and language, products of a thousand years of training in Chinese literature, Buddhist doctrine, and Confucian ethics. That "the boy is father to the man" is true of a nation no less than of an individual. What a youth has been at home in his habits of thought, in his purpose and spirit and in their manifestation in action, will largely determine his after-life. In like manner the mental and moral history of Japan has so stamped certain characteristics on her language, on her thought, and above all on her temperament and character, that, however she may strive to Westernise herself, it is impossible for her to obliterate her Oriental features. She will inevitably and always remain Japanese.

Japan has already produced an Occidento-Oriental civilisation. Time will serve progressively to Occidentalise it. But there is no reason for thinking that it will ever become wholly Occidentalised. A Westerner visiting Japan will always be impressed with its Oriental features, while an Asiatic will be impressed with its Occidental features. This progressive Occidentalisation of Japan will take place according to the laws of social evolution.

Comparison is often made between Japan and India. In both countries enormous social changes are taking place; in both, Eastern and Western civilisations are in contact and in conflict. The differences, however, are even more striking than the likenesses. Most conspicuous is the fact that whereas, in India, the changes in civilisation are due almost wholly to the force and rule of the conquering race, in Japan these changes are spontaneous, attributable entirely to the desire and initiative of the native rulers. This difference is fundamental and vital. The evolution of society in India is to a large degree compulsory; in a true sense it is an artificial evolution. In Japan, on the other hand, evolution is natural. There has not been the slightest physical compulsion laid on her from without.

(This extract is taken from Evolution of the Japanese: Social and Psychic by Sidney Gulick)

Sidney Gulick was an educator, author, and missionary who spent much of his life working to promote greater understanding and friendship between Japanese and American cultures

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Khasiat Jahe

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman.

Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup.

Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis) lali (Irian)

Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian 40 – 100 cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih kekuningan.

Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam berwarna kuning pucat.

Kandungan Rimpang Jahe

Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Mnnyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.

Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol.

Khasiat Jahe

Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan.

Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe.

Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat.

Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :
• Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.
• Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..
• Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.
• Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok perjalanan.
• Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan angin.
• Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

Jahe sebagai Obat Praktis

Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri rematik, sakit kepala, dan migren. Caranya, minum wedang jahe 3 kali sehari. Bisa juga minum wedang ronde, mengulum permen jahe, atau menambahkan jahe saat pada soto, semur, atau rendang.

Daun jahe juga berkhasiat, antara lain dengan ditumbuk dan diberi sedikit air dapat dipergunakan sebagai obat kompres pada sakit kepala dan dapat dipercikan ke wajah orang yang sedang menggigil. Sedangkan rimpangnya ditumbuk dan direbus dalam air mendidih selama lebih kurang ½ jam, kemudian airnya dapat diminum sebagai obat untuk memperkuat pencernaan makanan dan mengusir gas di dalamnya, mengobati hati yang membengkak, batuk dan demam.

Untuk mengobati rematik rematik siapkan 1 atau 2 rimpang jahe. Panaskan rimpang tersebut di atas api atau bara dan kemudian ditumbuk. Tempel tumbukan jahe pada bagian tubuh yang sakit rematik. Cara lain adalah dengam menumbuk bersama cengkeh, dan ditempelkan pada bagian tubuh yang rematik.

Jahe juga dapat digunakan untuk mengobati luka karena lecet, ditikam benda tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular. Caranya rimpang jahe merah ditumbuk dan ditambahkan sedikit garam. Letakkan pada bagian tubuh yang terluka.
Rimpang tumbuk juga dapat dipakai sebagai obat gosok pada penyakit gatal karena sengatan serangga.

Rimpang yang ditumbuk, dengan diberi sedikit garam, kemudian ditempelkan pada luka bekas gigitan ular beracun (hanya sebagai pertolongan pertama sebelum penderita dibawa ke dokter).

Dengan dicampur lobak, jahe dapat digunakan untuk mengobati eksim. Parutan lobak dicampur dengan air jahe. Air jahe dapat diperoleh dengan memarut rimpang jahe, lalu diperas. Ramuan ini dioleskan ke bagian kulit yang terkena eksim. Biasanya dalam waktu 2 minggu saja penyakit sudah berkurang.

Untuk mencegah mabuk perjalanan, ada baiknya minum wedang jahe sebelum bepergian. Caranya: pukul-pukul jahe segar sepanjang satu ruas jari. Masukkan ke dalam satu gelas air panas, beri madu secukupnya, lalu diminum. Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh jahe bubuk, atau kalau tahan, makan dua kerat jahe mentah.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Hidup Bahagia Dg Konsep Khilafah Dalam Kepemilikan Kekayaan Property Share

Ilmuwan besar muslim Ibnu Rusyd pernah berkata bahwa " Kebahagiaan seorang manusia itu bukan terletak pada kekayaan hartanya atau jabatannya tapi terletak pada kesehatan jiwanya, dan kesehatan jiwa hanya bisa tercapai dengan menjalankan semua perintah Allah,SWT dan menjauhi segala larangan-Nya"

Pesan Ibnu Rusyd tsb sangatlah dalam maknanya , bukannya maksud beliau melarang manusia itu memiliki harta kekayaan, tapi beliau menekankan bahwa untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki adalah dengan menjalankan semua perintah Allah,SWT dan menjauhi segala larang-Nya termasuk disini adalah menggunakan konsep khilafah (perwalian) dalam kepemilikan kekayaan property. Konsep khilafah (perwalian) dalam ajaran Islam adalah suatu konsep dimana memberikan kepemilikan pribadi atas suatu kekayaan property label amanah dan mengubah si pemilik menjadi wali dari kekayaan dan wakil (khalifah) Allah Yang Maha Tinggi, Pemilik dan Penguasa alam semesta beserta segala isinya.

Jadi dengan konsep khilafah ini manusia harus sadar sepenuhnya bahwa semua kekayaan property adalah property Allah,SWT. Dialah Pemilik sebenarnya. Manusia hanyalah khalifah-Nya di muka bumi, menjadi wali-Nya atau diberikan amanah atas bumi dan segala kekayaan yang dikandungnya.
Firman Allah,SWT :
"Dialah yang menjadikan kalian khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka akaibat kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhan mereka, dan kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka . (Q.S Fathir 35:39)
"Berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkanlah sebagian dari harta kalian yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya… (Qs Al-Hadid 57:7)

Sebagaimana lazimnya pemberian amanah tersebut meniscayakan manusia untuk mempertanggungjawab kan amanah itu kepada si pemberi amanah, dalam hal ini manusia juga berada dalam pengawasan Allah ,SWT (Sang Pemberi amanah) berkenaan dengan penggunaan dan pemanfaatan amanah yang telah diberikan-Nya.

Konsepsi islami mengenai esensi kepemilikan ini yaitu konsep khilafah, bila ada dan mendominasi kuat dalam mentalitas Muslim yang memiliki kekayaan, maka ia (konsep khilafah) akan menjadi sebuah kekuatan yang mengarahkan perilaku, sehingga Muslim yang memiliki kekayaan merasa terikat dengan semua aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa , menjadikannya sebagai sekedar seorang wakil yang selalu berkewajiban menjalankan segala kehendak pihak yang mengangkatnya sebagai wakil atau khalifah.

Saya akan coba berikan contoh-contoh pelaksanaan konsep khilafah dalam kepemilikan property agar kita bisa lebih mengamalkannya dengan baik konsep ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh Pertama, kaum Muslim JANGAN menjadikan kepemilikan property pribadi sebagai ukuran kehormatan dalam masyarakat Muslim dan memandangnya bernilai dalam hubungan sosial. Dalam suatu hadist dikatakan " Seseorang yang bertemu dengan seorang Muslim miskin lalu menyapa dengan salam yang bebeda dari salamnya kepada orang kaya, Allah akan memandangnya dengan pandangan yang penuh kemarahan di hari kiamat"

Mengapa saya mengambil contoh ini sebagai contoh pertama dalam konsep khilafah dikarenakan pengamatan saya sampai dengan kondisi saat ini, kaum muslimin banyak sekali yang sudah meninggalkan ajaran Islam ini yaitu menghormati dan menghargai orang lain bukan lagi dari akhlaknya atau agamanya tetapi dari kekayaan property yang dimiliki atau dari jabatannya, sehingga sudah banyak sekali mendorong kerusakan – kerusakan moral dalam masyarakat kita yaitu seperti terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Contoh Kedua, dalam konsep khilafah kepemilikan property pribadi mempunyai fungsi sosial , Islam mengajarkan kepada ummatnya agar anugerah kekayaan yang berlimpah bukan untuk ditimbun melankan untuk dimanfaatkan demi tujuan yang telah Allah,SWT tunjukkan kepada ummat manusia. Seperti dengan mengeluarkan Zakat, Infaq dan Sedekah atas kekayaan yang dimilikinya tsb.

Contoh Ketiga, Manusia yang memiliki kekayaan property tidak boleh congkak, sombong, arogan atau diliputi rasa bangga dan pongah. Kalau hal ini dilanggar maka cepat atau lambat akan membawa kehancuran kepada manusia itu sendiri. Lihat Firman Allah,SWT Qs.Al-Kahfi 18:39-42

Contoh Keempat, Jangan menjadikan kepemilikan kekayaan property itu sebagai tujuan akhir, tapi jadikanlah sebuah sarana untuk mewujudkan tujuah khilafah umum dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan umat manusia, bukan untuk memuaskan hasrat menimbun dan menumpuk-numpuk yang tak akan pernah surut.

Sebenarnya masih banyak contoh-contoh pelaksanaan konsep khilafah dalam kepemilikan kekayaan property agar ummat muslim khususnya dan ummat manusia pada umumnya bisa mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki, namun untuk saat ini saya baru bisa memberikan beberapa contoh tsb. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Friday, December 4, 2009

3 x 8 = 23 ???

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”

Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.”

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.”

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.

Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh.” Yan Hui bilang, “Baiklah,” lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”. Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.” Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)

Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)

Bersikeras melawan istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Istri tidak mau menghirau kamu, semua harus “do it yourself”)

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman.


Artikel disadur kembali oleh:
Pro Historian
024-7060.9694
Independent with my own idealism.

Wednesday, November 25, 2009

Perspektif Gerak Sejarah

Sudah sejak lama bahwa sejarah dianalogikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari mengenai masa lalu. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, namun juga sebenarnya sejarah tidaklah sepenuhnya seperti itu

Sejarah menjadi sangat menarik karena di dalamnya terdapat banyak hal yang justru tidak dimiliki oleh kehidupan bangsa pada saat ini. Sejarah bukan hanya membicarakan masa lalu, akan tetapi sejarah memiliki sebuah esensi dimana sejarah mampu memberikan fakta dan pemahaman kepada generasi saat ini untuk melihat apa yang telah dibuat oleh generasi pendahulunya.

Ada beberapa jenis gerak sejarah, diantaranya adalah :

1. Sejarah Horisontal

secara sederhana sejarah dalam perspektif ini bahwa suatu peristiwa sejarah merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan bergerak ke depan. Adapun jika dalam perjalanannya suatu peristiwa itu memiliki pasang surut maka itu adalah sebuah realitas dari tahapan yang akan di capai. Contohnya seperti periodisasi sejarah indonesia antara 1908, 1928, 1945, 1966, 1998, dan seterusnya. Pada setiap kurun waktu tersebut muncul peristiwa yang menunjang lahirnya sebuah fenomena sejarah.

2. Sejarah spiral atau siklus

Secara sederhana gerak sejarah ini memandang bahwa segala kejadian yang dialami oleh manusia adalah sebuah proses yang berulang-ulang. Artinya sebuah gerak sejarah yang terjadi pada masa kini bisa jadi adalah sebuah peristiwa yang telah terjadi pada masa sebelumnya. Meskipun pelakunya adalah orang yang berbeda namun memiliki esensi maupun kepentingan yang relatif sama.

3. Sejarah Berkelanjutan dan tidak berkelanjutan

Dalam perspektif sejarah ini adalah bahwa suatu peristiwa sejarah muncul karena adanya kesempatan dan perubahan. Artinya peristiwa sejarah bisa terjadi bilamana dalam geraknya ada kesempatan untuk merubah hal tersebut. Tapi bisa jadi dalam prosesnya untuk menjalankan peristiwa sejarah tersebut, akan hadir sebuah tantangan yang membuat seorang pelaku sejarah terpaksa maupun tidak terpaksa untuk mengubah cara berjalan sejarahnya tersebut.

Mengapa sejarah??
Sejarah adalah masa lalu yang bergerak laksana kilatan cahaya. ia terbayangkan namun tidak bisa di ulangi. Ia hanya bisa diingat bahwa ia pernah terjadi. Ia hanya bisa di pelajari agar kedepannya mampu mengurangi kesalahan yang telah berlalu. Dan dengan sejarah lah kita mempelajari kehidupan kita. Orang yang lupa akan sejarahnya maka ia tidak pernah bisa dikatakan sebagai manusia.


Artikel dari berbagai sumber, disadur kembali oleh:

Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Sunday, November 22, 2009

Relativisme Sejarah: Bukan Harga Mati..

Moral dan keyakinan merupakan hasil dari ruang dan waktu tertentu, dan karenanya tidak ada yang bisa disebut “benar” atau “salah”

Sebuah ungkapan yang hampir mirip dengan obyektifitas dan subyektifitas dalam sejarah. Sudah sejak lama disiplin ilmu sejarah dipertanyakan tingkat keabsahannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena peristiwa sejarah bersifat einmaligh, dan peristiwa tersebut tidak dapat direkonstruksi secara benar-benar serupa dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Banyak faktor yang memengaruhi sebuah peristiwa tidak dapat direkonstruksi sesuai dengan yang asli. Faktor waktu, tempat, keadaan, lingkungan dan segudang faktor yang lainnya adalah hal-hal yang membuat mengapa sebuah peristiwa sejarah tidak dapat diulang sama persis dengan yang aslinya
Esensi ‘benar” dan “salah” bukan harga mati, karena “benar” dan “salah” bukan tujuan utama penulisan sejarah. Sejarah hanya berusaha merekonstruksi sebuah peristiwa mendekati semaksimal mungkin dengan peristiwa yang terjadi. Perkara “benar” dan “salah” tergantung dari subyektifitas pembaca atau penikmat karya sejarah tersebut. Sudut pandang pembaca atau penikmat adalah faktor utama yang membuat pengkategorian karya tersebut “benar” atau “salah”. Penempatan sudut pandang dalam menilai suatu peristiwa inilah yang membuat banyak ungkapan tentang esensi “benar” dan “salah.
Seperti kasus subyektifitas berikut: [Jika] s dan s’ mempunyai makna yang sama, maka apapun kondisi –kondisi yang membuat benar akan [selalu] membuat s’ benar. Sehingga tidak mengejutkan bahwa relativis cenderung untuk mengutamakan konsepsi-konsepsi holistic tentang kebenaran dan bermakna, yang membuat bagian semantik utama sesuatu yang lebih rumit daripada kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai relativis seseorang dengan orang lain akan berbeda. Hal ini terkait erat dengan unsur subyektifitas seperti yang tertera di atas. Tidak ada yang bisa menggugat ego seseorang. Ego yang timbul akan senantiasa mati-matian dipertahankan oleh orang yang melontarkan ego tersebut. Walaupun banyak orang berkilah akan tingkat kebesaran hatinya dalam menerima perbedaan atau kritikan, tetapi ego yang telah bermain di dalamnya walau kadang dipungkiri tapi tetap akan dipertahankan dan senantiasa bermain di dalamnya (dalam upaya mempertahankan argumen).

Unsur “benar’ dan “salah” dalam sejarah, bukan perkara “hitam” dan “putih” saja, tetapi lebih luas dari itu. Bagaimana cara menganalisa sebuah persoalan, minimal mendekati dengan pendekatan yang maksimal terhadap sebuah persoalan. Dalam pendekatannya, seorang sejarawan (dalam usaha penulisannya) akan berbenturan dengan berbagai kepentingannya. Pemihakan pribadi (personal bias), yaitu persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu atau golongan dari seseorang, prasangka kelompok (group prejudice) yaitu menyangkut keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok apakah itu bangsa, ras, kelompok sosial, atau agama tertentu, teori-teori penafsiran sejarah yang berbeda (Conflicting theories of historical interpretation) yaitu perbedaan penafsiran teori, misal sejarawan Marxis akan menulis berdasarkan teori determinisme ekonomi, konflik-konflik filsafat yang mendasar (underlying philosophical conflicts) yaitu kepercayaan moral atau pandangan hidup seseorang. Unsur-unsur seperti yang tertera diataslah yang menyebabkan penulisan sejarah tidak se-simple “hitam” dan “putih” saja atau “benar” dan “salah”.

Referensi dikutip oleh Joko Hamdani, S.S.,

Peter Levine. 2002. Nietzsche “Krisis Manusia Modern”. a.b Ahmad Sahidah, Yogyakarta: IRCiSoD.

Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Departemen P & K. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Roy Jackson. 2003. Friedrich Nietzsche. a.b. Abdul Mukhid. Yogyakarta: Bentang Budaya.


Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Friday, November 13, 2009

Lingkup Studi Sejarah

Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui struktur yang terkandung dalam proses gerak sejarah secara keseluruhan. Menurut Ankersmit, umumnya terdapat tiga hal yang menjadi pusat kajian yaitu pola gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.

1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata

Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), “geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan.

2.Rumusan batasan pengertian sejarah

Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

1.Sejarah sebagai cerita

Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus sejarah seperti Renier: “nothing but a story”; Trevelyan: “the historian’s first duty is to tell the story”; Huizinga: “the story of something that has happened”, semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.

Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.

2.Sejarah sebagai ilmu

Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud adalah:
•Ada objek masalahnya
•Memiliki metode
•Tersusun secara sistematis
•Menggunakan pemikiran yang rasional
•Memiliki kebenaran yang objektif

Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan dari sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa “history is a science, no less and no more” kiranya memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam kenyataannya banyak pihak yang masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu.

Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi misalnya, dimana di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya (personal bias), prasangka kelompoknya (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan (conflicting theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya sangat mempengaruhi terhadap proses interpretasi tersebut.

Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya yang ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurang bisa dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara berlebihan atau keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari subjektivitas, sehingga sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah yang seobjektif mungkin atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting bagi sejarawan adalah seperti yang pernah dikemukakan G. J. Renier, “we must not cheat”.

3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama

a.Kaidah pertama: sejarah itu fakta

Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

b.Kaidah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik

•Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

•Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau menceritakan saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya sama-sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila ia dapat melukiskan sebuah revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua revolusi.

•Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu). Sejarah menulis hal-hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah misalnya Revolusi Indonesia, Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren “X”, Revolusi di Desa atau Kota “Y”. Revolusi Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi. Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan yang hanya menerangkan hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

c.Kaidah ketiga: sejarah itu empiris

Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ia berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu lebih bersifat normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang tercantum dalam Kitab Suci masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang diwahyukan oleh Tuhan.

Jorganizer Hamdina
024-7060.9694
Survivor historian with excellent entrepreneur skill.

Thursday, November 12, 2009

Pengertian Sejarah

Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu sering disebut dengan istilah Sejarah.

Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang artinya pohon, keturunan, asal usul atau silsilah. Dalam bahasa Inggris (history), Bahasa Yunani (istoria), Bahasa Jerman (geschicht).Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).
Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu Budaya (Humaniora). Akan tetapi, di saat sekarang ini, Sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu Sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.
Ilmu Sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiograf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.
Ilmu Sejarah juga disebut sebagai Ilmu Tarikh atau Ilmu Babad.
B. Pengertian Sejarah menurut Para Ahli Sejarah
1). Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan.
2). R. Moh Ali, pengertian sejarah ada 3 yaitu:
a). Sejarah adalah kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa seluruhnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
b). Sejarah adalah cerita yang tersusun secara sistematis (serba teratur dan rapi)
c). Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian pada masa lampau.
3). Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
4). J.V Brice
Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan diperbuat oleh manusia.
Pengertian sejarah berbeda dengan pengertian Ilmu sejarah. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu manusia sedangkan Ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.

B. Karakteristik ilmu Sejarah
Unik, artinya peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk kedua kalinya.
Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia
Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang sepanjang masa

C. Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

1. Sejarah sebagai peristiwa.
Sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada masa lalu. Disebut sejarah sebagai objek

2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun berdasarkan pendapat seseorang, memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Disebut sejarah sebagai subyek yang artinya sejarah tersebut telah mendapatkan penafsiran dari penyusunan cerita sejarah. Dalam hal ini sejarawan mempunyai peran sebagai ”The Man Behind the Gun”, artinya mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (sejarah sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang sejarawan itu sendiri.

3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lalu yang disusun secara sistematis dan menggunakan metode yang didasarkan atas asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.
Syarat pokok sejarah disebut sebagai ilmu adalah:
a). Obyek yang definitif
b). Adanya formulasi kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya
c). Metode yang efisien
d). Menggunakan sistem penyusunan tertentu

4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan cara bagaimana membuat pembaca sejarah tertarik atas informasi kejadian masa lalu yang disajikan karena unsur keindahan yang disertakan di dalam menyajikan informasi sejarah di masa lalu sehingga akan mencapai sasaran penyampaian informasi sejarah. Sejarah berperan sebagai seni sangat terkait sekali dengan cara penulisan sejarah itu sendiri.

D. Guna Sejarah
Keberadaan suatu ilmu yang ada di dunia ini tidak akan langgeng tanpa adanya kesadaran akan manfaatnya bagi manusia. Demikian pula dengan ilmu sejarah. Dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, ilmu sejarah memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Guna Edukatif (memberi pendidikan)
Nilai sejarah terletak pada kenyataan, apa yang terjadi pada masa lalu memberikan pelajaran bagi manusia yang telah melewatinya. Guna edukatif berarti sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya karena semangat sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah nilai kemasakiniannya.

2. Guna Instruktif (memberi pengajaran)
Guna Instruktif artinya sejarah dapat memberikan pelajaran mengenai sesuatu baik keterampilan maupun pengetahuan.

3. Guna Inspiratif (memberi inspirasi)
Guna Inspiratif artinya kejadian dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat memberikan ilham, ide-ide atau inspirasi bagi manusia pada masa sekarang.
Contoh: kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lalu di Nusantara memberikan ilham kepada para pendiri bangsa untuk membangun kembali kebesaran masa lampau tersebut.

4. Guna Rekreatif (memberi kesenangan)
Sejarah merupakan suatu kreasi seni, sehingga dapat menghadirkan kesenangan batin.
Contoh: kita berkunjung ke Candi Borobudur, dengan berkunjung kesana kita bisa membayangkan pembangunan pada masa itu. Dimulai dari jumlah pekerjanya, arsiteknya, lama pembangunan dan tujuannya dan sebagainya sehingga dalam hati dan pikiran kita akan menembus dimensi waktu.

E. Periodisasi dan Kronologi Sejarah

1). Periodisasi sejarah
Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi spasial (ruang) dan dimensi temporal (waktu). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo (time) yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Pengertian periodisasi sejarah berkaitan erat dengan pembagian masa lampau manusia berdasarkan urutan waktu (Periodisasi = Pembabagan waktu).
Pentingnya periodisasi dalam sejarah yaitu:
1. Memudahkan sistematika penulisan sejarah
2. Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
3. Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah
4. Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah

2). Kronologi sejarah
Adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengertian suatu peristiwa sejarah secara gamblang yang dapat mengkaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain secara logis.
Kronologi sejarah sangat diperlukan karena dapat mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya dalam bentuk kausalitas atau sebab akibat.


Disadur kembali oleh;

Jorganizer Hamdina
024-7060.9694
Periset handal yg kritis analitis ^_^

Tuesday, November 10, 2009

Penilaian Sejarah.

Tak perlu dipungkiri bahwa ilmu sejarah dalam kurikulum pelajaran sekolah tingkat SD dan SMP dianggap pelajaran “kelas dua.” Artinya, tidak seperti pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang dianggap khalayak lebih menentukan kelulusan. Anggapan ini semakin menguat sejak dinas pendidikan mengeluarkan kebijakan Ujian Nasional (UN) beberapa tahun lalu sebagai penentu utama kelulusan siswa. Namun benarkah pelajaran sejarah sudah tidak penting lagi? Kalau tidak penting dan tidak memberi andil dalam pembentukan generasi bangsa, kenapa masih sibuk-sibuk diajarkan di kelas? Kenapa para guru harus memaksakan muridnya menghafal materi tentang para pahlawan bangsa, merayakan hari besar nasional? Bila tidak penting, bukankah tidak perlu diajarkan saja?

Sebenarnya, tulisan pendek ini tidak ingin mengulas tentang kecenderungan sejarah sebagai pelajaran “kelas dua” sebagai akibat kebijakan negara dalam mengatur institusi pendidikan dan kelulusan siswa. Wilayah ini sangatlah kental berbau politis dan perdebatan secara tuntas haruslah mencapai tataran mempertanyakan kebijakan negara tersebut (perundang-undangan). Dan ini tentunya tak lepas dari ranah hukum. Tulisan ini hanya ingin mengungkapkan sedikit gagasan tentang sumbangan yang bisa diberikan ilmu sejarah bagi generasi bangsa. Anggap saja memang pelajaran sejarah dianggap pelajaran kelas dua. Walaupun pelajaran ini dinomorduakan oleh sistem pendidikan, sebenarnya tetaplah masih mampu menyumbang pembentukan pribadi anak-anak. Dalam jam-jam pelajaran sejarah yang jumlahnya sangat terbatas (dua jam pelajaran dalam seminggu @ 40 menit), tetaplah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Hanya saja, peluang yang sedikit ini seringkali tidak digunakan secara optimal.

Di kebanyakan sekolah, pelajaran sejarah diajarkan oleh para guru dari disiplin ilmu lain. Mereka menganggap bahwa sejarah bisa diajarkan siapa saja karena tinggal menghafal materi saja. Dari sinilah sebenarnya kesalahan fatal terjadi. Materi kurikulum pelajaran sejarah nasional Indonesia yang telah dikemas dalam modul pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disodorkan mentah-mentah dan dengan paksaan (harus dihafal) dari mulai terjadinya alam semesta menurut ilmu geologi, awal manusia purba, kehidupan Hindu, Budha, Islam, kolonial, hingga kemerdekaan dan reformasi. Sepanjang tiga tahun belajar baik di tingkat SMP maupun SMA, anak-anak dijejali paksa dengan materi tersebut. Nyaris mereka dibuat tidak bernafas. Padahal alur materi tersebut sejak di SD, SMP bahkan hingga SMA masih sama dan diulang-ulang. Setelah paling tidak selama 6 tahun dijejali materi tersebut, ternyata banyak lulusan tetap tidak melek sejarah bangsanya sendiri alias ahistoris.

Kecenderungan metode penghafalan dalam pembelajaran sejarah terbukti menyebabkan siswa apatis dan tidak tertarik terhadap ilmu sejarah. Pelajaran tersebut menjadi sangat membosankan. Bila ini terus terjadi, waktu yang sangat terbatas tersebut hanyalah terbuang sia-sia. Maka, ada baiknya para guru sejarah mengevaluasi cara pembelajaran tersebut.

Penulis saat ini bekerja sebagai pengajar sejarah di sebuah SMP Swasta di Jakarta. Selama beberapa tahun terakhir ini mencoba menyampaikan pembelajaran sejarah sedikit berbeda dengan kecenderungan umum. Pada prinsipnya, materi sejarah tidaklah perlu diajarkan dengan memaksakan materi kurikulum yang ditentukan dan ditargetkan pemerintah. Lebih baik siswa diajak tahu bagaimana memaknai peristiwa masa lalu, menengok ulang peristiwa tersebut, kemudian menilai dan mengambil hikmahnya. Bila pendekatan ini yang diutamakan, maka materi sejarah haruslah mampu mereka kenali dari posisi mereka berada. Materi sejarah tersebut harusnya menyentuh hidup mereka secara langsung. Dan bila ini tercapai, barulah menarik mundur secara lebih jauh.

Dalam mempraktekkan metode tersebut, penulis pertama-tama mengajak siswa untuk menjalani kegiatan rutin membuat catatan harian tentang peristiwa yang telah mereka alami. Catatan harian tersebut bukan untuk arena berkeluh-kesah, mengumbar perasaan, tetapi menekankan pada kemampuan mendiskripsikan peristiwa. Peristiwa atau pengalaman yang lalu dan telah mereka rasakan (dilihat, dibau, diraba, didengar, dikecap) wajib ditulis dalam catatan harian tersebut. Siswa tidak perlu memberi penilaian apa pun terhadap peristiwa yang telah mereka alami tersebut. Biarkan dijabarkan/digambarkan sedetil mungkin.

Rata-rata setelah melalui penulisan selama enam bulan, para siswa mulai terbiasa dengan metode tersebut. Mereka mulai mampu secara lancar memberi kesaksian atas peristiwa yang telah dialami. Selama proses ini berlangsung, guru dapat membantu dan mengomentari kesaksian mereka baik dari segi teknis penulisan, bahasa, isi, maupun pemaknaan atas pengalaman mereka. Selain melakukan praktek menulis, guru juga sekaligus melakukan fungsi konseling.

Setelah siswa mampu menulis catatan harian secara lancar, diberikanlah materi berikutnya yaitu pembuatan sejarah hidup keluarga. Materi ini berlangsung selama enam bulan dimana siswa diajak untuk mencoba mengumpulkan bahan terkait sejarah hidupnya dan sejarah keluarga. Mereka mulai mengumpulkan foto-toto kecil mereka, foto-foto orang tua, kakek, nenek, hingga cerita-cerita kehidupan leluhur mereka di masa lalu. Selama proses ini berlangsung, banyak kejadian unik. Ada seorang anak yang mendapatkan informasi bahwa konon buyutnya adalah seorang Portugis yang menikah dengan orang Tionghoa hingga turun-temurun sampai dia menjadi ada. Artinya ia baru tahu bahwa dirinya mempunyai darah Portugis. Ada yang menjadi tahu kalau kakeknya adalah salah satu pejuang yang gugur dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Konon dari cerita neneknya, warga Surabaya benar-benar tiada takut mati melawan Sekutu yang perlengkapan senjatanya jauh lebih canggih dibanding rakyat Surabaya. Ribuan korban bergelimpangan akibat bombardir Sekutu dari laut, darat, maupun udara. Namun, arek Surabaya pantang menyerah. Ada cerita lain pula dimana anak menjadi tahu ternyata ia mempunyai darah keturunan Belanda, dan lain-lain. Dengan demikian, siswa diajak untuk mengetahui dan mengenal masa lalu.

Dalam cerita-cerita masa lalu yang mereka kenali, tak jarang ada kejadian-kejadian yang mengenakkan dan tidak. Misalnya siswa menjadi tahu bahwa ibunya telah cerai dengan bapaknya, neneknya ternyata seorang gundik Belanda, keluarganya sering ribut melulu, kakeknya adalah pengemis dan lain sebagainya. Di saat inilah anak-anak kemudian diajak untuk memberikan penilaian, pemaknaan dan secara perlahan menarik hikmah. Anak diajak memetik mana masa lalu yang perlu dicontoh dan mana yang tidak. Dengan demikian, sejarah dapat dilihat dan dipelajari dari berbagai sisi. Hal ini menandakan, secara perlahan nilai perspektif sejarah juga dikuasai para siswa. Perspektif tersebut menjadi pondasi mereka saat mempelajari ilmu sejarah secara ilmiah di tingkat perguruan tinggi. Di samping itu, dengan pendekatan ini, siswa dikenalkan dengan pendekatan sejarah yang demokratis (kebenaran peristiwa masa lampau dilihat dari berbagai sisi) dan muncul dari bawah. Sejarah bukan hanya miliknya para tokoh saja, tetapi kalangan bawah, guru, pedagang sayur, penjual tahu, supir, tukang becak, dan lain-lain, juga berhak mempunyai sejarah.

Materi sejarah tidak hanya sampai disini. Di tahap selanjutnya, siswa bisa diajak menarik mundur lebih jauh tentang keberadaan orang-orang Indonesia yang di masa lalu ada hubungannya sebagai bangsa. Ambil contoh mengenai siswa yang mengenali neneknya adalah gundik Belanda. Maka, sang guru bisa mulai membahas era Kolonial di mana Belanda mempraktekkan per-nyai-an, kebijakan diskriminasi rasial, perbudakan, dan seterusnya. Siswa yang mengetahui dirinya adalah keturunan bangsawan/raja, bisa diajak untuk mengetahui bahwa dulu di Nusantara pernah terjadi suatu masa dimana kehidupan diatur mutlak oleh raja (era Feodal Hindu-Budha dan Islam) karena raja dianggap sebagai wakil dewa/Tuhan, dan seterusnya sampai awal penciptaan.

Walaupun jam pelajaran sejarah yang pendek, gambaran materi pembelajaran sejarah di atas tetaplah memungkinkan untuk disampaikan ke anak-anak. Walaupun keluar dari aturan dan ketentuan kurikulum, siswa paling tidak telah mempunyai bekal dalam memandang ilmu sejarah dimana ilmu dapat menjembatani hidup siswa dengan masa lalunya. Hal ini justru sangat memungkinkan dilakukan jika pelajaran sejarah tidak masuk dalam pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional (UN). Sebab, bila masuk dalam UN, guru justru akan cenderung terjebak kembali dalam penghafalan demi mengejar target materi yang telah ditentukan.


Disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694

Friday, November 6, 2009

Kreatif dan Produktif

Ketika kita mendengar kata kreatifitas, seringkali yang muncul dibenak kita adalah para penulis, pelukis, penyair, musisi – para seniman yang bergerak di dunia seni. Padahal kreatifitas mencakup hal-hal yang lebih luas, misalnya: mengelola bisnis yang berkembang
pesat, meningkatkan nilai penjualan produk kita, melakukan negosiasi bisnis, menyusun program komputer, menjadi orang tua yang inovatif, memiliki hidup yang menyenangkan dan membahagiakan, semuanya memerlukan tingkatan tertentu kreatifitas. Kreatifitas dan saat-saat penuh inspirasi merupakan hal yang sangat penting bagi segala aspek yang kita lakukan dalam hidup ini – hubungan, keluarga, bisnis, pekerjaan, dan komunitas sosial.


Kita semua dilahirkan dengan potensi kreatifitas. Salah satu ciri yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah kreatifitas kita atau kemampuan kita mencipta. Hal ini merupakan sifat hakiki kita sebagai manusia dan merupakan bagian dari siapa kita. Kreatifitas merupakan instink kita yang terbawa sejak lahir. Sebagaimana yang pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 18, bahwa sesungguhnya alam telah mengajarkan kita untuk menjadi kreatif.

Segala sesuatu di dunia ini dibuat atau dibentuk dari sejumlah kecil unsur. Misalnya dalam ilmu fisika dikenal bahwa semua zat dibentuk dari partikel proton dan elektron. Dalam kimia kita ketahui bahwa berbagai jenis bahan kimia terbentuk dari senyawa karbon dan hidrogen. Lebih jauh lagi kita ketahui pula bahwa semua perhitungan yang rumit dalam matematika, statistika maupun akuntansi keuangan, pada dasarnya terdiri hanya sepuluh lambang angka. Berbagai karya tulisan, sastra dan ilmu pengetahuan tersusun dari hanya 26 alfabet! Demikian halnya musik baik itu berupa musik klasik, rock n roll, new wave, pop tercipta dengan sebuah harmonisasi yang indah dari 7 nada dasar.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari semua ini? Jawabannya adalah kreatifitas. Kita dapat menciptakan banyak hal dari sumber daya yang terbatas dengan melakukan proses kreatifitas. Kreatifitas berasal dari kata dasar kreatif yang memiliki akar kata to create yang artinya mencipta. Inilah sesungguhnya Kuasa yang diberikan oleh Tuhan (ingat bahwa we are given the authority to use the Power of God – Kita diberikan wewenang untuk menggunakan Kuasa Tuhan). Inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Kita diberi kemampuan untuk mencipta, termasuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan kita. Sehingga apapun situasi atau keterbatasan kita, kita memiliki potensi untuk menciptakan berbagai hal, termasuk keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Kita tidak memerlukan banyak sumberdaya untuk dapat menciptakan banyak hal yang memberi
arti bagi kehidupan.

Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mulai belajar mengembangkan kreatifitas dalam diri kita. Seorang anak kecil dapat membuat berbagai macam bentuk dari misalnya 50 potongan lego. Demikian halnya telah jutaan bahkan milyaran penemuan manusia yang
berasal dari unsur-unsur yang terbatas atau sederhana. Penemuan roda yang berbentuk lingkaran misalnya telah menyebabkan terciptanya ribuan bahkan jutaan produk seperti mobil, kereta api, sepeda, ban berjalan, dan sebagainya.

Sebelum kita lebih jauh membahas tentang kreatifitas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana proses atau cara berpikir kita, sehingga kita bisa mengoptimalkan cara otak kita memproses informasi dan kemudian menemukan jalan untuk memecahkan masalah maupun memunculkan gagasan-gagasan tertentu.

Perilaku dan Cara Berpikir Kita

Sistem identifikasi gaya belajar Visual-Auditory-Kinestetik yang pernah kita bahas dalam Mandiri edisi 40 (tentang membaca dengan efektif) membedakan bagaimana kita menyerap informasi. Sedangkan untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana kita memproses informasi, kita dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Anthony Gregorc, seorang pakar bidang pendidikan dan pengajaran di Universitas Connecticut. Menurutnya ada dua kemungkinan dominasi otak, yaitu: persepsi konkret dan abstrak, dan kemampuan pengaturan
secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear).

Kedua kemungkinan dominasi otak ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok yang disebut dengan cara berpikir kita. Gregorc menyebut model cara berpikir ini: sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, acak abstrak. Orang yang termasuk dua kategori "sekuensial" cenderung memiliki dominasi otak kiri (logis, analitis, sekuensial, linear dan rasional), sedang orang-orang yang berpikir secara "acak (random) biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan (acak, tidak teratur, intuitif dan holistik).

Pemikir Sekuensial Konkret

Pemikir sekuensial konkret memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha mencapai kesempurnaan. Mereka selalu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berdasarkan fakta atau kenyataan dan mengolah informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para sekuensial konkret, realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui melalui indra fisik mereka, yaitu: indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah, dan mengingat fakta-fakta,
informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan dengan mudah. Orang sekuensial konkret selalu mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai prosedur baku dan pengarahan. Karena kebanyakan dunia bisnis diatur dengan cara ini, mereka menjadi profesional bisnis yang sangat baik.

Berikut ada beberapa kiat bagi orang-orang sekuensial konkret: (1) atur atau rencanakan minggu atau hari-hari anda secara realistis, (2) pastikan anda mengetahui semua detail yang anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas, (3) tentukan deadline dan pecah tugas anda
menjadi beberapa tahap, (4) aturlah lingkungan kerja anda sehingga nyaman dan tentram.

Sekuensial Abstrak

Realitas bagi pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikir mereka logis, rasional dan intelektual. Aktivitas favorit pemikir sekuensial abstrak adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab di balik akibat dan memahami teori serta konsep. Para pemikir sekuensial abstrak biasanya adalah filsuf-filsuf besar dan ilmuwan.

Kiat-kiat bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah: (1) latih diri anda berpikir: ketika memecahkan masalah, ubah masalah anda menjadi situasi teoritis dan pecahkan dengan cara itu, (2) perbanyak rujukan anda dan pastikan anda mendapat semua fakta yang anda inginkan jika anda terlibat suatu proyek, (3) upayakan keteraturan, buatlah tabel-
tabel, grafik langkah-langkah dan waktu yang diperlukan untuk setiap tugas anda, (4) analisislah orang-orang yang berhubungan dengan anda.

Acak Konkret

Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada fakta dan kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-coba (trial and error). Karenanya, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya. Mereka mempunyai dorogan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Mereka lebih berorientasi pada proses daripada
hasil; akibatnya, proyek-proyek sering tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan karena eksplorasi dan kemungkinan-kemungkinan yang muncul selama proses.

Kiat-kiat bagi pemikir acak konkret antara lain: (1) percayalah bahwa melihat segala sesuatu lebih dari satu sudut pandang adalah hal yang baik. Temukan ide-ide alternatif dan eksplorasi semuanya, (2) Libatkan diri anda dengan proyek yang memerlukan pemecahan masalah, atau kerjakan tugas anda sendiri dengan memunculkan pertanyaan dan kemudian memecahkannnya, (3) tentukan deadline untuk setiap tugas anda dan kemudian usahakan untuk menyelesaikannya tepat waktu, (4) kalau anda merasa bosan, buatlah perubahan-perubahan kecil untuk tetap menajamkan pikiran anda, (5) carilah orang-orang yang menghargai pemikiran divergen untuk mendukung anda.

Acak Abstrak.

Bagi para pemikir acak abstrak, realitas adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa bahkan sebagian cenderung pada mistisisme. Pemikir acak abstrak menyerap ide-ide, informasi, dan kesan, kemudian mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Mereka merasa
dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur sehingga biasanya tidak betah bekerja di bank atau sejenisnya.

Kiat-kiat bagi pemikir acak abstrak antara lain: (1) carilah rekan-rekan yang bisa bekerja sama dengan anda dan (2) ketahuilah betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi anda, sehingga hindari orang-orang negatif, (3) ciptakan asosiasi visual dan verbal – seperti metafora, cerita-cerita lucu, dan ungkapan kreatif untuk membantu anda mengingat, (4) bekerjalah dengan konsep yang besar, baru kemudian ke detail-detail yang ada, (5) berhati-hatilah untuk memberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan anda, (6)gunakan isyarat-isyarat visual, seperti menempel catatan di dinding kamar kerja, cermin, mobil atau di mana saja yang sering anda lihat. Warnai kalendar dan catatan anda.

Bagaimana meningkatkan kreatifitas kita.
Dengan mengetahui kreatifitas sebagai sifat hakiki kita sebagai
manusia dan memahami bagaimana cara dan proses kita berpikir, kita
akan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam memecahkan
masalah, mengambil keputusan maupun mengembangkan gagasan atau ide.
Kreatifitas dalam hal ini tidak terbatas pada pengembangan gagasan
atau inspirasi ide, tetapi termasuk kreatifitas dalam pengambilan
keputusan maupun pemecahan masalah. Berikut ada sejumlah kiat-kiat
untuk mengembangkan kreatifitas kita:
1. Jadilah penjelajah pikiran
Salah satu ciri orang yang kreatif adalah selalu terbuka dengan
gagasan atau kemungkinan baru. Namun terbuka dengan hal atau gagasan
baru, berbeda dengan proses secara aktif mencari dan mengembangkan
gagasan. Kreatifitas berarti kita secara aktif mencari dan
mengembangkan gagasan secara terus menerus. Seperti halnya seorang
penjelajah, seorang kreatif senantiasa berusaha mencari berbagai cara
yang berbeda untuk mengerjakan sesuatu. Seorang penjelajah pikiran
meyakini bahwa ada banyak kemungkinan, peluang, produk, jasa, teman,
metoda dan gagasan yang menunggu untuk ditemukan. Banyak kemajuan
yang signifikan di bidang seni, bisnis, pendidikan dan ilmu
pengetahuan terjadi karena seseorang yang senantiasa menjelajahi alam
pikiran dan mengeksplorasi hal-hal yang belum pernah dipikirkan oleh
orang lain sebelumnya. Para penjelajah tidak takut dengan
ketidaktahuan dan ketidakpastian. Mereka yakin bahwa kebahagiaan dan
kesuksesan tidak datang dari mengikuti jejak orang lain, melainkan
mencari dan mencari jalannya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh
Robert E. Peary penjelajah pertama yang mencapai Kutub Utara: In
veniam viam aut faciam (I will find a way or make one – saya akan
menemukan jalan atau membuat jalan baru).
2. Kembangkan pertanyaan
Bertanyalah tentang apa saja. Kata pertanyaan dalam bahasa Inggris
question diambil dari bahasa Latin quarerere (yang berarti mencari),
sama halnya dengan kata quest (mencari). Kehidupan yang kreatif
merupakan upaya mencari terus menerus (continuing quest). Selalu
bertanya merupakan keharusan untuk kita dapat bertumbuh dan
berkembang. Jangan menganggap segala sesuatu sudah semestinya (take
it for granted), senantiasa pertanyakan dan bertanyalah tentang
apapun yang anda lihat anda lakukan dalam kehidupan ini.

3. Kembangkan gagasan sebanyak-banyaknya
Seorang pemenang hadiah Nobel di bidang Kimia, Linus Pauling pernah
mengatakan: "the best way to get good ideas is to get a lot of
ideas." Cara terbaik untuk mendapat gagasan yang bagus adalah dengan
mengumpulkan banyak sekali gagasan. Jika kita senantiasa membatasi
dengan satu gagasan, satu jawaban, satu cara, dan satu kehidupan yang
kita jalani, kita tidak akan pernah memperoleh hal-hal terbaik yang
dapat diberikan oleh kehidupan ini kepada kita. Latihlah pikiran
anda untuk senantiasa mencari banyak solusi atau alternatif.
Kembangkan kreatifitas dan imajinasi anda senantiasa. Jika kita
hanya memiliki satu cara atau satu jawaban atas masalah kita, maka
kita harus ingat bahwa banyak sekali pilihan dan alternatif untuk
masalah tersebut, siapa tahu justru alternatif kedua, ketiga dan
seterusnya justru yang merupakan jawaban atau solusi terbaik.
Terbukalah terhadap alternatif dengan cara membuka pikiran kita.
4. Langgar peraturan dan hancurkan kebiasaan lama
Menjadi kreatif seringkali berarti melanggar aturan atau pola-pola
lama yang sudah ada, dan mengembangkan cara-cara baru dalam melakukan
sesuatu. Jika kita tidak memperoleh hasil yang baik seperti yang
kita inginkan, baik itu dalam hal hubungan, pekerjaaan, maupun
bisnis, cobalah untuk melakukan hal yang berbeda. Bagaimana anda
mengharapkan hasil atau keadaan yang berbeda dengan apa yang anda
miliki sekarang, jika anda tetap melakukan hal yang sama. Jika anda
menginginkan hasil yang berbeda, lakukan hal yang berbeda. Keluarlah
dari zona kenyamanan (comfort zone) anda dan lakukan sesuatu dengan
hidup anda.
Saya dulunya adalah orang yang tidurnya selalu larut malam di atas
jam 12 malam dan bangun kesiangan di atas jam 7 pagi. Namun dua
tahun yang lalu saya berketetapan untuk mengubah kebiasaan ini.
Saya tidur sekitar jam 9-10 malam dan jam 2-3 pagi saya bangun untuk
melakukan meditasi dan saat teduh, kemudian menulis. Sehingga saat
ini saya adalah salah satu penulis yang produktif dan buku-buku kami
adalah buku best selling.
5. Gunakan imajinasi
Imajinasi kita tidak dibatasi oleh batasan dunia nyata kita.
Imajinasi kita tidak mengenal batas dan apapun yang ditangkap oleh
pikiran kita dan kita yakini, akan dapat mewujud menjadi realitas.
Imajinasi kreatif kita membantu kita untuk mengeksplorasi pilihan-
pilihan atau opsi yang berbeda dan melihat banyak sekali skenario dan
peluang hasilnya. Berikut adalah cara menggunakan imajinasi kita
untuk mengembangkan gagasan inovatif.
§ Bayangkan bagaimana orang lain melakukannya. Pilihlah
teladan bagi anda, misalnya anda adalah seorang musisi, maka
bayangkan apa yang akan dilakukan oleh John Lennon ketika akan
menciptakan lagu masterpiece-nya. Atau bagaimana misalnya seorang
CEO sekaliber Jack Welch menyelesaikan masalah yang anda hadapi.
Anda bisa mengetahui perilaku dan cara berpikir tokoh-tokoh ini
melalui biografi atau buku-buku yang mereka tulis. Salah satu buku
yang menarik yang sedang saya baca adalah Lessons from the Top: the
50 most successful business leader, karangan Thomas J. Neff dan James
M. Citrin. Buku seperti ini dapat memberi inspirasi dan
mengembangkan imajinasi kita, tentang bagaimana para CEO atau
pemimpin perusahaan yang terkemukan menangani masalah dan membawa
perusahaannya ke tingkat kemajuan yang berarti.
§ Hal berikutnya yang dapat kita lakukan adalah dengan
membayangkan kita berbicara dan memperoleh nasihat dari mereka.
Teknik ini menjadi sangat terkenal di tahun 1996, ketika wartawan Bob
Woodward melaporkan bahwa Ibu negara Amerika ketika itu, Hillary
Clinton memanggil arwah mantan ibu negara Eleanor Roosevelt. Padahal
sebenarnya Hillary Clinton sedang mempraktekan teknik imajinasi
dengan dipandu oleh akademisi dan penulis buku terkenal Jean Houston
di Camp David. Teknik ini sederhana, caranya adalah dengan
membayangkan diri kita sedang "melakukan dialog dan diskusi" secara
nyata dengan seseorang yang kita kagumi dan hormati, serta kita
mendengarkan nasihat mereka atas setiap persoalan dan masalah yang
kita hadapi.
6. Isilah sumber inspirasi anda
Mengisi sumber inspirasi berarti mengembangkan diri kita untuk lebih
waspada, menyeimbangkan kehidupan kita. Karena seperti kata pepatah
Zen: "The bow kept forever taut will break." Busur panah yang terus
menerus ditarik, lama-lama akan patah. Peliharalah keseimbangan
antara kerja dan relaks, antara kantor dan keluarga, antara dunia dan
akhirat. Banyak sekali mereka yang berhasil dalam bidang kehidupan,
menemukan jalan kesuksesan (breakthrough) setelah menarik diri,
melakukan kontemplasi dan perenungan. John Kehoe, penulis buku Mind
Power mengatakan bahwa "when you are idle your conscious mind, your
subconscious mind (creative mind) advances full steam ahead." Jika
anda mengosongkan pikiran anda, maka kreatifitas anda akan maju ke
depan.
Inilah yang menjadi pesan utama kami dalam mengembangkan manajemen
diri, yaitu membiasakan diri untuk melakukan relaksasi dan meditasi,
sehingga kita dapat mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan memasuki
alam kreatifitas yang membawa kita pada jalan kesuksesan. Bahkan
banyak sekali para ahli mind power meramalkan bahwa abad 21 akan
menjadi abad kebangkitan berpikir (the Renaissance), jika banyak
orang mempraktekan kehidupan yang meditatif dan mengembangkan
kreatifitas melalui pendayagunaan kekuatan bawah sadarnya.





RAY "McDonald" KROC
Anda untung, Saya Untung, Semua Untung

Apa nama restoran hamburger terbesar di dunia yang telah
tersebar di lebih dari 114 negara di seluruh dunia? Pasti anda bisa
menjawab pertanyaan ini, karena restoran inipun ada di kota-kota
besar di Indonesia, dan sering menggunakan penyanyi papan atas
seperti Reza dan Krisdayanti sebagai pembawa pesan iklannya. Tetapi
mungkin anda belum tahu banyak mengenai Raymond Kroc, tokoh utama di
belakang suksesnya pengembangan restoran cepat saji yang identik
dengan gaya makan orang Amerika ini. Apa saja yang bisa kita teladani
dari Sang Raja Hamburger? Simak pembahasan berikut.

Umur bukan masalah
Jika usia setengah baya anda anggap terlalu tua untuk merintis usaha
baru, tidak demikian dengan Ray Kroc. Si penjual hamburger kelas
dunia memegang prinsip "anggur", yaitu makin tua usia makin berjaya.
Bekas penjaja mesin milkshake ini memulai usaha pengembangan restoran
waralaba cepat saji McDonald's pada usia yang telah mendekati masa
pensiun. Tokoh yang lahir pada tanggal 5 Oktober 1902 ini tidak
menjadi apatis karena pertambahan usia. Ia terus berkarya, bahkan
menciptakan perubahan besar yang positif bagi kehidupannya dan orang-
orang di sekitarnya pada usia 52 tahun. Luar biasa.

Belajar dari orang lain
Sebelum menjadi pengusaha hamburger, Ray Kroc telah menjalani
berbagai profesi, yaitu supir ambulans, pemain piano, penjaja cangkir
kertas dan mesin pembuat milkshake. Kehidupan seperti ini dijalani
selama lebih dari 30 tahun. Dari pengalamannya sebagai salesman, ia
bertemu dengan banyak orang, dan mengamati, mempelajari, dan
membandingkan sistem kerja dari perusahaan-perusahaan yang
dikunjunginya. Salah satu perusahaan yang dianggap berhasil adalah
sebuah restoran cepat saji di San Benardino yang dikelola oleh kakak
beradik McDonald. Sistem kerja dari keluarga inilah yang kemudian
dipelajari dengan seksama, dibeli hak pakainya, diadaptasi dan
dikembangkan Kroc dalam jaringan restoran waralabanya.

Tanpa Kompromi terhadap Kualitas
Banyak penjual yang hanya memikirkan keuntungan besar sesaat.
Berbagai cara dilakukan agar keuntungan cepat dapat diraih, antara
lain menaikan harga setinggi langit atau mengurangi kualitas. Hal ini
tidak berlaku bagi Ray Kroc yang menjaga kualitas hamburger,
pelayanan, kebersihan dan manfaat yang diberikan pada pelangga.
Kualitas yang diberikan selalu nomor satu dan konsisten di tiap
outlet yang dibukanya. Konsistensi dalam mutu membangun kepercayaan
pasar terhadap semua jenis makanan dan pelayanan yang disajikan oleh
waralaba hamburger dunia ini.

Apresiasi terhadap budaya setempat
Ray Kroc memang tidak mengenal kompromi terhadap kualitas. Namun, Ray
Kroc memegang prinsip untuk menghormati masyarakat dan budaya tempat
outletnya dididirikan. Misalnya saja, di Indonesia, bisnis restoran
yang dinakhodai Ray Kroc ini mempekerjakan karyawan Indonesia, dan
memperkenalkan berbagai menu variasi yang diadaptasi dari makanan
daerah—bubur ayam, sate, ayam goreng, sambal. Pembauran dengan budaya
dan masyarakat setempat, menyebabkan restoran ini mudah mendapat hati
penduduk sekitar dan menjadi kaya dalam variasi menu. Akibatnya
restoranpun cepat berkembang dan perkembangan ini juga membawa
keuntungan bagi masyarakat setempat.
Anda Untung, Saya Untung, Semua Untung
Sang Raja Hamburger sadar bahwa untuk mengembangkan usahanya, ia
memerlukan bantuan orang lain. Dalam mengajak pihak lain untuk
berpartisipasi, Ray kroc menggunakan prinsip "win-win," artinya "jika
saya untung, anda juga untung." Prinsip ini diterapkan dalam
pengembangan bisnis waralabanya di seluruh Amerika Serikat, bahkan di
seluruh dunia. McDonald's Corporations tidak mengutip untung dari
mereka yang membeli hak waralabanya dalam hal penjualan peralatan
investasi dasar. Dengan demikian harga jual bisa ditekan, harga lebih
terjangkau pembeli, dan lebih banyak yang bisa dijual. Prinsip
kolaborasi ini akhirnya menguntungkan semua pihak.
Ada banyak hal yang bisa diteladani dari tokoh kita minggu ini yang
telah membawa perubahan bagi masyarakat dunia. Mungkin jurus sukses
Ray Kroc bisa kita teladani guna meniupkan angin perubahan positif
bagi diri kita sendiri, masyarakat sekitar kita, bahkan negara kita
tercinta. Selamat mencoba!


Kata-kata MUtiara

NOTHING EXTERNAL TO YOU HAS POWER OVER YOU

Great things are accomplished when you believe
that what's inside of you is superior to your circumstances.
What you have outside you counts less than what you have inside you.

You're more important than any of your problems.
You're bigger than anything that can happen to you.

Courage is a special kind of knowledge.
It's the knowledge of how to fear what ought to be feared
and how not to fear what ought not to be feared.

True courage is a result of reasoning.
A brave mind is always impregnable.
Reality is something you rise above.

Jorganizer Hamdina
"Ur Problem Solver"
024-7060.9694

Followers