Showing posts with label waktu. Show all posts
Showing posts with label waktu. Show all posts

Wednesday, April 7, 2010

Jangan sampai terlambat

“Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending.” ~Maria Robinson

Kakekku pernah mengatakan ini padaku.
“Selama kita masih diberi umur dan kesehatan oleh TUHAN, bekerjalah sekeras mungkin, menabung sebanyak mungkin dan berbuat sebaik-baiknya untuk diri sendiri dan orang lain. Karena waktu bukan sesuatu yang tidak terbatas”.

Dan kini, dalam perjalanan meeting ke rumah client kami, aku bertemu perwujudan nyata dari hal-hal tersebut.

Peristiwa pertama yang kutemui adalah seorang tua, dengan topi dan kemeja lusuh -yang sudah sangat pantas dijadikan lap kotor- bersandal jepit kumal keriting, berdiri dipersimpangan jalan. Mengatur lalu lintas dan berharap belas kasihan uang receh sebagai imbalannya. Polisi gopek.

Kemudian, seorang tua renta –kali ini jauh lebih tua dari yang pertama tadi- dengan mata kiri yang cacat, berpakaian tukang parkir berjalan mendekat kearah mobil ku. Sebenarnya, sedari tadi orang ini sudah menarik perhatianku. Betapa tidak, dalam usia seperti itu bekerja sebagai tukang parkir. Setiap hari berkeliaran dipinggir jalan aspal, dibawah terik matahari membakar, berselimut debu dan asap dari mulut knalpot seantero kendaraan di Jakarta. Mungkin karena sudah terbiasa, ia tidak terlalu peduli dengan keadaannya itu. Tetapi bagi ku pribadi ini adalah pemandangan keadaan dibawah standard kemanusiawian. Orang tua seperti dirinya seharusnya sudah beristirahat dirumah bersama anak cucu tercinta. “Ya ampun, biar Pak, nggak usah…”, kataku sambil bergegas setengah berlari kearahnya. Orang tua itu menggenggam handle pintu mobil, dan berniat membukakannya bagiku. Aku menyentuh tangan-tangan keriput berdebu dengan hiasan urat-urat kasar disekelilingnya.

“Pak, anak atau cucu bapak dimana ?”, tanyaku tak sabar lagi.

Ia tersenyum ramah lalu menunduk. Sesaat terdiam, sementara aku tetap menunggu jawabannya tak mau beranjak. Akhirnya wajah itu terangkat, kini matanya diselimuti air, sementara pundak-pundak tua itu tampak bergetar. Ia menangis. “Ada..”, jawabnya lirih. Sekarang rasa haru menyelimuti dadaku. Mungkin pertanyaan penasaran dariku membuka kembali luka dan menjadi terlalu berat untuk dicarikan jawabannya.

“Ya sudah Pak..tak perlu diceritakan”, ujarku selembut mungkin, tak ingin menyiksanya terlalu lama. Setelah membayar parkir, aku segera berlalu sambil membisikkan sebuah doa baginya, TUHAN menyertaimu.

Kini setibaku di rumah client kami, pemandangan kontraspun terhampar didepan mata.

Seorang bapak -pemilik sebuah perusahaan minyak ternama, dengan lima orang anak, dirumah mereka yang elegan, tak lupa seorang sopir, pengawal dan mobil mewah yang siap mengantar kemanapun ia akan pergi-tengah membagi-bagikan uang lima puluh ribuan kepada cucu-cucunya, berjumlah tujuh orang dan beberapa lembar seratusribuan kepada beberapa orang keponakan beliau. Ada dua cucu beliau, mungkin karena masih kecil untuk mengerti angka limapuluh ribu, tidak terlalu menggubris pemberian eyang mereka, meletakkan dengan sembarang uang itu, lalu asyik berkejar-kejaran dengan cucu yang lain.

“Biasa Mas Made, mereka belum ngerti uang, biasanya sih saya memberikan hadiah kecil buat mereka. Tapi tadi saya lupa, biar bapak ibunya aja yang beliin buat dia”, ujar beliau sambil tersenyum.

Jelas laki-laki ini begitu terhormat dan berada dalam status sosial dan kualitas hidup beratus-ratus tingkat diatas kedua lelaki yang kuceritakan sebelumnya diatas.

Apakah hidup melakukan sebuah kekeliruan ? Apakah TUHAN yang salah menempatkan sebuah kemuliaan ? Ataukah kita –para manusia ini- yang tidak tahu menghormati betapa mulianya diri kita, dan betapa berharganya hidup ini ?

Kesaksian orang-orang mulia, bijak dan kaya menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam hal-hal tersebut. Bahwa hidup sudah diprogram sedemikian rupa untuk hanya memberikan kemuliaan hanya kepada mereka yang hidup didalamnya. Bahwa hidup hanya akan merekam lalu mengembalikan apa saja yang kita berikan kepadanya. Bahwa TUHAN dengan segala keagungan dan keadilannya selalu saja mengganjari setiap orang menurut kesucian tangan dan hidup mereka. Dan bahwa manusia itu sedari awal adalah berharga dan mulia dimata-NYA. Kita terlalu dicintai-NYA.

Hanya saja banyak diantara kita dulu merasa terlalu perlu menghormati diri dan hidup ini, mungkin karena merasa terlalu muda, terlalu tampan, terlalu sexy, terlalu exist, terlalu asyik dengan hal-hal yang tidak memuliakan diri kita, lalu kemudian tiba-tiba tersadar disuatu pagi, dan menemukan segalanya sudah terlambat. Terlalu terikat kebiasaan buruk, terlalu berpenyakit untuk menikmati hidup, terlalu miskin untuk memberi, terlalu banyak masalah untuk sekedar bernafas, terlalu tua, terlalu lemah, terlalu terlambat.

Sungguh setiap orang jika diletakkan dalam jajaran waktu adalah merugi.

Memang benar ada peribahasa : manusia berencana, TUHAN menentukan. Namun ada benarnya juga jika kita sadar, bahwa rencana-rencana mulia TUHAN tidak akan terwujud pada hidup kita, jika kita menolak menjalankan rencana-rencana- NYA. Karena TUHAN bukan lah diktator, yang kemudian merebut paksa “kebebasan bersikap” yang IA berikan pada kita.

Seandainya saja kita menuruti-NYA. Ya, seandainya saja kita menurut.

Artikel berasal dari:


disadur kembali oleh Koko Jorganizer
024-7060.9694

Friday, November 13, 2009

Lingkup Studi Sejarah

Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui struktur yang terkandung dalam proses gerak sejarah secara keseluruhan. Menurut Ankersmit, umumnya terdapat tiga hal yang menjadi pusat kajian yaitu pola gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.

1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata

Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), “geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan.

2.Rumusan batasan pengertian sejarah

Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

1.Sejarah sebagai cerita

Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus sejarah seperti Renier: “nothing but a story”; Trevelyan: “the historian’s first duty is to tell the story”; Huizinga: “the story of something that has happened”, semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.

Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.

2.Sejarah sebagai ilmu

Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud adalah:
•Ada objek masalahnya
•Memiliki metode
•Tersusun secara sistematis
•Menggunakan pemikiran yang rasional
•Memiliki kebenaran yang objektif

Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan dari sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa “history is a science, no less and no more” kiranya memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam kenyataannya banyak pihak yang masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu.

Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi misalnya, dimana di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya (personal bias), prasangka kelompoknya (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan (conflicting theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya sangat mempengaruhi terhadap proses interpretasi tersebut.

Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya yang ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurang bisa dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara berlebihan atau keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari subjektivitas, sehingga sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah yang seobjektif mungkin atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting bagi sejarawan adalah seperti yang pernah dikemukakan G. J. Renier, “we must not cheat”.

3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama

a.Kaidah pertama: sejarah itu fakta

Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

b.Kaidah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik

•Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

•Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau menceritakan saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya sama-sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila ia dapat melukiskan sebuah revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua revolusi.

•Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu). Sejarah menulis hal-hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah misalnya Revolusi Indonesia, Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren “X”, Revolusi di Desa atau Kota “Y”. Revolusi Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi. Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan yang hanya menerangkan hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

c.Kaidah ketiga: sejarah itu empiris

Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ia berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu lebih bersifat normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang tercantum dalam Kitab Suci masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang diwahyukan oleh Tuhan.

Jorganizer Hamdina
024-7060.9694
Survivor historian with excellent entrepreneur skill.

Saturday, October 24, 2009

Manajemen Waktu


"Doest thou love life?
Then do not squander time; for that's the stuff life is made of."


Manajemen waktu merupakan hal yang utama dalam Manajemen
Diri. Karena sebagaimana halnya kehidupan yang harus dikelola dan
dikendalikan, waktu juga harus dikelola dan dikendalikan dengan
sebaik-baiknya agar kita dapat mencapai sasaran dan tujuan dalam
kehidupan dan pekerjaan secara lebih efektif dan efisien.

Selama ini pengertian manajemen waktu hanya diartikan sebagai
cara-cara mengalokasikan waktu secara efektif dan efisien. Telah
banyak pakar yang menulis tentang bagaimana kita mengelola waktu
kita, misalnya Stephen Covey dengan menggunakan kuadran prioritas
antara "sense of urgency" (apakah hal atau tugas itu mendesak)
dan "sense of importance" (apakah hal atau tugas itu penting). Dengan
melihat tingkat urgensi dan tingkat kepentingannya, maka kita dapat
membuat daftar prioritas dari apa saja yang harus diselesaikan –
dilaksanakan maupun diatasi. Atau dalam istilah Covey adalah "Put
First Things First" – Dahulukan apa yang perlu didahulukan. Semakin
piawai kita mengelola waktu diharapkan semakin efektif dan efisien
hidup kita. Tetapi pendekatan yang semata hanya menekankan prioritas
dan alokasi waktu saja tidak cukup. Perhatikan contoh-contoh berikut
ini :

Pingkan adalah seorang profesional wanita yang muda. Ia telah
mengikuti kursus manajemen waktu. Dari luar ia tampak bahagia dan
berhasil, tetapi dari dalam dia merasa bingung dan tidak terkendali.
Pekerjaannya menimbulkan tekanan yang tidak pernah berakhir, tetapi
dia tahu segala tentang manajemen waktu. Kemanapun dia pergi, dia
membawa buku catatannya yang penuh dengan janji dan daftar proyek
yang diberi kode warna untuk menunjukkan sifat mendesak atau penting,
atau keduanya. Dia tahu banyak tentang teknik manajemen waktu, tetapi
dia tidak memahami prinsip-prinsipnya.

Sedangkan pak Hadi mengalami hal sebaliknya. Dahulu beliau
adalah seorang eksekutif puncak yang sangat sibuk. Hari-harinya
dipenuhi jadwal janji dan pertemuan, peninjauan proyek, menyusun
rencana proyek, dan menyelesaikan laporan-laporan rutin. Kini ketika
pensiun enam bulan yang lalu, pak Hadi merasa sangat tertekan. Dia
hanya berputar-putar di rumah dan tidak banyak melakukan pekerjaan,
merasa bosan dan tidak berguna. Selama ini waktunya diatur dan
dikendalikan oleh kesibukan pekerjaannya. Bahkan sebenarnya
sekretarisnyalah yang mengatur dan mengendalikan sebagian besar
kehidupannya. Dia paham betul mengenai manajemen waktu yang efektif.
Apa katanya tentang manajemen waktu? "Bukankah manajemen waktu adalah
hal yang hanya diperlukan oleh para eksekutif, yaitu orang-orang yang
harus bekerja terlalu banyak. Persoalan saya adalah bahwa saya
mempunyai terlalu banyak waktu dan tidak mempunyai cukup kegiatan
untuk dikerjakan.

Disinilah justru letak kekeliruan pemahaman sebagian besar
kita. Karena sesungguhnya bukan waktu yang perlu dikelola; tetapi
diri kitalah yang justru perlu dikelola.

PRINSIP UTAMA MANAJEMEN WAKTU

Manajemen waktu sesungguhnya adalah Manajemen Diri. Banyak baku dan
pelatihan maupun kursus yang ditujukan untuk manajemen waktu, tetapi
prinsip utamanya ternyata sederhana dan mendalam : "gunakan waktu
untuk hal-hal yang anda hargai (Use your time to do the things you
value most) atau hal-hal yang membantu anda mencapai tujuan ada (or
the things that help you reach your goals).

Alasan utama kita serius merasa bingung dan tertekan adalah
karena kita tidak memiliki nilai-nilai kehidupan yang kita hargai
atau karena kita tidak memiliki tujuan atau misi hidup yang jelas.
Dalam jangka panjang kita tidak memiliki sasaran yang jelas sehingga
kita tidak bisa fokus terhadap tujuan tersebut. Sekali lagi Covey
memberikan suatu dasar yang penting dalam manajemen waktu atau
Manajemen Diri. Dia menekankan pentingnya segala sesuatu dimulai
dengan akhir yang ada di pikiran kita ("Begin With An End in Mind").
Mulailah dengan tujuan hidup yang jelas dengan memahami dimana kita
sekarang dan kemana kita akan pergi, serta apa yang kita hargai dalam
hidup ini.

Namun ternyata hal inipun belum cukup. Kita hidup dibatasi
oleh waktu yang hanya 24 jam sehari. Secanggih apapun kita mengelola
waktu kita, dengan tujuan hidup yang jelas dan melakukan hal-hal
prioritas, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa sehari hanya dua
puluh empat jam. Sebagai ilustrasi tahukah anda bahwa setiap beberapa
jam, restauran waralaba hamburger Mac Donalds membuka satu outlet
baru diseluruh dunia.

Bayangkan betapa efisien dan canggihnya para eksekutif dan
karyawan Mac Donalds sehingga mampu membangun satu outlet restaurant
setiap beberapa jam saja. Inilah yang disebut dengan konsep
pengungkit (LEVERAGE)

Konsep Leverage Dalam Manajemen Waktu


Prinsip alat pengungkit barangkali sudah diketahui pada masa
prasejarah, namun baru pertama kali dijelaskan secara lengkap oleh
ahli matematika besar Yunani bernama Archimedes (287-212 sebelum
Masehi) disekitar tahun 260 sebelum Masehi.

Menurut definisi, sebuah pengungkit adalah sejenis tongkat
yang kokoh dan kuat yang digunakan untuk mengangkat benda yang berat.
Tongkat tersebut diletakkan diatas sebuah titik tetap yang disebut
fulcrum tenaga yang didorong dari salah satu titik dapat
diseimbangkan dengan tenaga secukupnya dititik yang lain, biasanya
pada sisi yang berhadapan dengan fulcrum. Ide dasar dari pengungkit
dapat digambarkan dengan sebuah linggis yang digunakan untuk
mengangkat sebuah benda berat. Untuk panjang pengungkit tertentu,
semakin dekat fulcrum ditempatkan kepada obyek yang diangkat, semakin
kecil tenaga yang diperlukan untuk mengangkatnya.

Contoh-contoh benda sederhana yang menggunakan prinsip
pengungkit adalah gunting, tang, pompa tangan, gergaji, penarik paku,
dan stappler. Jadi sesungguhnya kita dapat melaksanakan atau
mengerjakan hal-hal yang nampaknya tidak masuk akal jika ditinjau
dari sisi waktu, tetapi dengan prinsip pengungkit kita bisa. Kuncinya
adalah menggunakan waktu orang lain secara kreatif dan sinergis
sehingga tercapai tujuan kita. Contoh yang menarik adalah konsep
pemasaran dengan sistem jaringan (network marketing). Bayangkan bahwa
kita rata-rata bekerja 8 jam seminggu. Jika waktu produktif kita
adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja.
Jika dalam jaringan kerja kita memiliki 1000 anggota yang rata-rata
bekerja satu jam sehari untuk bisnis network marketing kita, maka
kita bisa menggantikan produktifitas seumur hidup kita hanya dalam 80
hari!!! Inilah kekuatan konsep leverage.

Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui dalam
menerapkan manajemen waktu secara ManDiri.

Prinsip pertama : jangan menjadi budak waktu tetapi jadilah
pengendali waktu.
Prinsip kedua : mengetahui tujuan hidup kita dan hal-hal yang kita
hargai.
Prinsip ketiga : memberikan inspirasi kepada orang lain.
Prinsip keempat : mendorong dan mengeluarkan potensi terbaik dari
orang lain.
Prinsip kelima : manfaatkan kekuatan daya pikiran anda (Mind power
Management).
Prinsip keenam : membangun tim dan kerjasama tim (Team Work) yang
kokoh, efektif dan efisien.
Prinsip ketujuh : ikhlas

Khusus untuk prinsip ketujuh ada ilustrasi sebagai berikut. Ada 2
orang pemuka agama yang sedang membangun rumah ibadah. Yang satu
membangun sebuah rumah ibadah dalam tiga tahun. Itupun belum selesai
sepenuhnya. Sedangkan pemuka agama satunya dalam tiga tahun telah
membangun 300 buah rumah ibadah !!!. Artinya setiap 3-4 hari sekali
dia membangun rumah ibadah. Ketika ditanyakan motivasinya. Kyai yang
pertama mengatakan bahwa jika kita membangun sebuah rumah ibadah,
maka Tuhan akan membangun sebuah mahligai untuk kita di surga.
Sedangkan pemuka agama yang telah membangun 300 buah rumah ibadah
hanya mengatakan bahwa semuanya dia lakukan dengan ikhlas, semata-
mata untuk menyediakan tempat beribadah bagi umat Tuhan di desa-desa.
Motivasi yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda.

KOLOM `TEMAN' (TEladan MANdiri)


Salah satu tren penting di bidang manajemen adalah pengambilan
keputusan berbasis fakta (fact-based decision making). Khusunya di
bidang pemasaran, keputusan berbasis fakta perlu didukung oleh riset
pemasaran yang baik. Menyadari pentingnya tren ini, Asto Sunu
Subroto, alumnus Jurusan Statistika IPB, MM UI, dan Dale Carnegie
Training Program, dengan penuh antusias mendirikan dan mengembangkan
bisnis riset pemasaran (marketing research) melalui PT Capricorn
Multimars Indotama (MARS) dan MARS School of Marketing Research.
Saat ini bendera MARS telah berkibar tegar dan dikenal oleh para
pebisnis khususnya yang berhubungan dengan sektor pemasaran dalam
arti luas. Pebisnis kelahiran Solo, 29 Maret 1964 ini tidak puas
dengan ilmu yang dimilikinya dan ingin terus berkembang. Saat ini,
Asto telah menyelesaikan studi di Advance School of Marketing
Research: AMA – University of Georgia, 2000, dan bersamaan dengan
menjalankan bisnisnya, saat ini tengah melanjutkan studi S3 di
program Pasca Sarjana FE UI di bidang pemasaran. Selain aktif
mengembangkan bisnis dan melanjutkan studinya, Asto juga aktif dalam
kegiatan gereja dan Yayasan Rawinala untuk penderita cacat ganda
(buta dan tuli).
Suksesnya meraih prestasi bisnis dan keinginan keras untuk terus
belajar serta aktivitas sosial yang cukup padat tersebut tentu tidak
mendadak muncul begitu saja. Apa sih resepnya sehingga bisa mencapai
semua ini ? Berikut ini, hasil wawancara tim ManDiri dengan beliau.
Menurut beliau, resep suksesnya adalah sebagai berikut:
".....Perlu memiliki :
1. Visi yang jelas
2. Rencana yang matang, applicable dan reachable untuk
mengimplementasikan visi
3. Komitmen dan konsistensi yang tinggi pada visi dan rencana
yang ditetapkan.
4. Kepekaan untuk senantiasa menjaga relasi dengan : Diri,
sesama dan Tuhan.

....dan membangun brand diri sehingga pasar melihat bahwa kita
memiliki: Performance – yang baik pada bidang yang dipilih;
Competence – yang tinggi pada bidang yang digeluti; Personality yang
baik yang sesuai karakter profesional; Integrity – pada tugas dan
tanggung jawab."
Kepada pembaca ManDiri secara khusus Asto
berpesan: "...Ketekunan dan kerja keras akan membuahkan
keberhasilan. Keberhasilan tidak datang begitu saja, tetapi buah
dari proses panjang yang menuntut ketekunan dan komitmen yang
tinggi. Tetapi jangan lupa dalam proses tersebut tidak hanya DIRI
yang perlu dipersiapkan, tetapi juga RELASI yang baik dengan Sesama
dan Tuhan tetap harus dijaga. Tanpa kedua hal terakhir ini kesuksesan
anda justru akan menakutkan banyak orang...."


Jorganizer Hamdani
024-7060.9694

Followers