Moral dan keyakinan merupakan hasil dari ruang dan waktu tertentu, dan karenanya tidak ada yang bisa disebut “benar” atau “salah”
Sebuah ungkapan yang hampir mirip dengan obyektifitas dan subyektifitas dalam sejarah. Sudah sejak lama disiplin ilmu sejarah dipertanyakan tingkat keabsahannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena peristiwa sejarah bersifat einmaligh, dan peristiwa tersebut tidak dapat direkonstruksi secara benar-benar serupa dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Banyak faktor yang memengaruhi sebuah peristiwa tidak dapat direkonstruksi sesuai dengan yang asli. Faktor waktu, tempat, keadaan, lingkungan dan segudang faktor yang lainnya adalah hal-hal yang membuat mengapa sebuah peristiwa sejarah tidak dapat diulang sama persis dengan yang aslinya
Esensi ‘benar” dan “salah” bukan harga mati, karena “benar” dan “salah” bukan tujuan utama penulisan sejarah. Sejarah hanya berusaha merekonstruksi sebuah peristiwa mendekati semaksimal mungkin dengan peristiwa yang terjadi. Perkara “benar” dan “salah” tergantung dari subyektifitas pembaca atau penikmat karya sejarah tersebut. Sudut pandang pembaca atau penikmat adalah faktor utama yang membuat pengkategorian karya tersebut “benar” atau “salah”. Penempatan sudut pandang dalam menilai suatu peristiwa inilah yang membuat banyak ungkapan tentang esensi “benar” dan “salah.
Seperti kasus subyektifitas berikut: [Jika] s dan s’ mempunyai makna yang sama, maka apapun kondisi –kondisi yang membuat benar akan [selalu] membuat s’ benar. Sehingga tidak mengejutkan bahwa relativis cenderung untuk mengutamakan konsepsi-konsepsi holistic tentang kebenaran dan bermakna, yang membuat bagian semantik utama sesuatu yang lebih rumit daripada kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai relativis seseorang dengan orang lain akan berbeda. Hal ini terkait erat dengan unsur subyektifitas seperti yang tertera di atas. Tidak ada yang bisa menggugat ego seseorang. Ego yang timbul akan senantiasa mati-matian dipertahankan oleh orang yang melontarkan ego tersebut. Walaupun banyak orang berkilah akan tingkat kebesaran hatinya dalam menerima perbedaan atau kritikan, tetapi ego yang telah bermain di dalamnya walau kadang dipungkiri tapi tetap akan dipertahankan dan senantiasa bermain di dalamnya (dalam upaya mempertahankan argumen).
Unsur “benar’ dan “salah” dalam sejarah, bukan perkara “hitam” dan “putih” saja, tetapi lebih luas dari itu. Bagaimana cara menganalisa sebuah persoalan, minimal mendekati dengan pendekatan yang maksimal terhadap sebuah persoalan. Dalam pendekatannya, seorang sejarawan (dalam usaha penulisannya) akan berbenturan dengan berbagai kepentingannya. Pemihakan pribadi (personal bias), yaitu persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu atau golongan dari seseorang, prasangka kelompok (group prejudice) yaitu menyangkut keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok apakah itu bangsa, ras, kelompok sosial, atau agama tertentu, teori-teori penafsiran sejarah yang berbeda (Conflicting theories of historical interpretation) yaitu perbedaan penafsiran teori, misal sejarawan Marxis akan menulis berdasarkan teori determinisme ekonomi, konflik-konflik filsafat yang mendasar (underlying philosophical conflicts) yaitu kepercayaan moral atau pandangan hidup seseorang. Unsur-unsur seperti yang tertera diataslah yang menyebabkan penulisan sejarah tidak se-simple “hitam” dan “putih” saja atau “benar” dan “salah”.
Referensi dikutip oleh Joko Hamdani, S.S.,
Peter Levine. 2002. Nietzsche “Krisis Manusia Modern”. a.b Ahmad Sahidah, Yogyakarta: IRCiSoD.
Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Departemen P & K. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Roy Jackson. 2003. Friedrich Nietzsche. a.b. Abdul Mukhid. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.
Sosialisasi Sejarah Historimedia Sejarawan Kontemporer Modern (whatsapp: 0823.2223.2268)
Showing posts with label hati. Show all posts
Showing posts with label hati. Show all posts
Sunday, November 22, 2009
Penentu suasana hati orang lain.
Anda dapat membuat 9 dari 10 orang menyukai anda dengan seketika!
Anda dapat membuat 9 dari 10 orang sopan, kooperatif, dan bersahabat dalam 1 detik !(dengan keajaiban yang sama)
Begini caranya:
1. Dengan mengingat bahwa beberapa detik pertama dari suatu hubungan biasanya menentukan suasana dan sifat hubungan itu.
2. Gunakan hokum Dasar Kedua dari Perilaku Manusia
ORANG SANGAT CENDERUNG UNTUK MENANGGAPI DENGAN BAIK PERILAKU ORANG LAIN
Singkatnya, ORANG MENANGGAPI DENGAN BAIK
Jadi, dalam detik pertama saat anda pertama kali melakukan kontak matadengan orang, sebelum anda mengatakan sesuatu, sebelum anda memecah kesunyian_BERIKAN SENYUM TULUS ANDA KEPADANYA.
Apa yang terjadi? MEREKA AKAN MENAGGAPI DENGAN BAIK_MEREKA AKAN MEMBALAS SENYUM ANDA DENGAN SENANG.
Dalam setiap tindakan relasi manusiawi_ada suatu hubungan diantara dua orang. Ada suatu atmosfir, suasana hati, adegan.
Ketrampilan disini adalah kemampuan anda menentukan atmosfir, suasana hati, dan adegan itu. Baik anda maupun orang lain akan menentukannya. Jika anda bijaksana, anda akan menentukannya untuk keuntungan anda sendiri.
Salah satu fakta tragis dalam hubungan manusia adalah kegagalan orang untuk menyadari bahwa apa yang mereka akibatkan pada orang lain, mereka akan mendapatkan balasannya dari mereka.
Jika anda membuat matahari bersinar bagi orang lain, anda pun akan mendapat sinar matahari dari mereka. Jika anda mendatangkan badai bagi mereka, anda pun kana menuai badai.
Kuncinya terletak dalam waktu_TERSENYUM_lah sebelum anda memecah kesunyian. Ini menjadikan adegan itu dimuali dengan suasana yang hangat dan bersahabat.
Nada suara dan ekspresi wajah anda juga amat penting karena hal itu menunjukkan pemikiran-pemikiran anda yang lebih dalam.
Ingatlah untuk mulai tersenyum dengan cara yang sama seperti yang dilakukan para penghibur dan model professional. Katakan dalam hati, tanpa bersuara:
“ SENYUM “
Anda pasti berhasil !
Artikel dari berbagai sumber disadur kembali oleh:
Hamdina Organizer
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.
Anda dapat membuat 9 dari 10 orang sopan, kooperatif, dan bersahabat dalam 1 detik !(dengan keajaiban yang sama)
Begini caranya:
1. Dengan mengingat bahwa beberapa detik pertama dari suatu hubungan biasanya menentukan suasana dan sifat hubungan itu.
2. Gunakan hokum Dasar Kedua dari Perilaku Manusia
ORANG SANGAT CENDERUNG UNTUK MENANGGAPI DENGAN BAIK PERILAKU ORANG LAIN
Singkatnya, ORANG MENANGGAPI DENGAN BAIK
Jadi, dalam detik pertama saat anda pertama kali melakukan kontak matadengan orang, sebelum anda mengatakan sesuatu, sebelum anda memecah kesunyian_BERIKAN SENYUM TULUS ANDA KEPADANYA.
Apa yang terjadi? MEREKA AKAN MENAGGAPI DENGAN BAIK_MEREKA AKAN MEMBALAS SENYUM ANDA DENGAN SENANG.
Dalam setiap tindakan relasi manusiawi_ada suatu hubungan diantara dua orang. Ada suatu atmosfir, suasana hati, adegan.
Ketrampilan disini adalah kemampuan anda menentukan atmosfir, suasana hati, dan adegan itu. Baik anda maupun orang lain akan menentukannya. Jika anda bijaksana, anda akan menentukannya untuk keuntungan anda sendiri.
Salah satu fakta tragis dalam hubungan manusia adalah kegagalan orang untuk menyadari bahwa apa yang mereka akibatkan pada orang lain, mereka akan mendapatkan balasannya dari mereka.
Jika anda membuat matahari bersinar bagi orang lain, anda pun akan mendapat sinar matahari dari mereka. Jika anda mendatangkan badai bagi mereka, anda pun kana menuai badai.
Kuncinya terletak dalam waktu_TERSENYUM_lah sebelum anda memecah kesunyian. Ini menjadikan adegan itu dimuali dengan suasana yang hangat dan bersahabat.
Nada suara dan ekspresi wajah anda juga amat penting karena hal itu menunjukkan pemikiran-pemikiran anda yang lebih dalam.
Ingatlah untuk mulai tersenyum dengan cara yang sama seperti yang dilakukan para penghibur dan model professional. Katakan dalam hati, tanpa bersuara:
“ SENYUM “
Anda pasti berhasil !
Artikel dari berbagai sumber disadur kembali oleh:
Hamdina Organizer
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.
Subscribe to:
Posts (Atom)