Showing posts with label Sejarawan. Show all posts
Showing posts with label Sejarawan. Show all posts

Sunday, January 3, 2010

Bunuh Diri Itu Menular

Dalam catatan sejarah, dalam tiga pekan ini, paling tidak lima nyawa melayang setelah terjun dari ketinggian gedung bertingkat di Jakarta. Diduga mereka meloncat karena sengaja bunuh diri (Kompas, 16/12/2009). Sebelumnya di Surabaya juga terjadi hal yang sama. Kerap kejadian seperti ini terjadi secara beruntun. Kebetulan atau memang menjalar?

Sekitar akhir abad kedelapan belas, Goethe, seorang penulis kesohor, bertutur dalam novelnya, The Sorrows of Young Werther. Dikisahkan, sang tokoh protagonis, Werther, sengaja mengakhiri hidup karena cintanya kepada tokoh utama perempuan gagal. Dalam waktu singkat setelah novel tersebut beredar, tindakan Werther ditiru oleh banyak pembacanya dengan memakai pakaian dan cara mati yamg serupa dengan yang dilakukan Werther, sementara buku novel tersebut berada di sampingnya. Dramatis!

Banyak bukti memperjelas bahwa mereka terinspirasi oleh kisah sang tokoh dalam novel tersebut. Kejadian yang sempat menggemparkan bumi Eropa saat itu sehingga novel tersebut lantas dilarang beredar. Dari situlah muncul istilah The Werther effect, atau bunuh diri yang menjalar cepat bak penyakit menular (contagious) . Mereka mengimitasi apa yang dibaca, dilihat, atau didengar, terutama bagi individu yang rentan.

Media dan perilaku meniru

Kendati peniruan bunuh diri (copycat suicide) lebih tepat dipakai untuk mengistilahkan bunuh diri yang menjalar di antara kelompok teman, namun tak terlalu berbeda dengan perilaku bunuh diri yang ditularkan lewat berbagai bentuk media. Umumnya lantaran paparan yang begitu menonjol, kejadiannya dramatis, sensasional, dan disiarkan terus-menerus oleh media.

Begitu banyak bukti bahwa media mempunyai andil besar terhadap perilaku bunuh diri (Fu & Yip, 2007). Umumnya remaja dan dewasa muda yang mempunyai faktor risikolah yang banyak mengimitasi perilaku bunuh diri dengan memungut metode yang sama. Kebetulan cara melompat dari gedung tinggi menjadi semacam tren akhir-akhir ini, baik di pusat perbelanjaan, gedung apartemen jangkung yang mulai menjamur, menara tinggi, maupun sejenisnya.

Masuk akal, apalagi di kota besar, terutama Jakarta, yang tengah berlomba membangun gedung-gedung tinggi, cara mengakhiri hidup semacam itu akan menjadi masalah, sebagaimana Hongkong yang saat ini sudah mulai berpikir untuk mengembangkan sistem pengamanan lewat arsitektur bangunan yang tak mengundang orang untuk mengakhiri penderitaan mereka di tempat tersebut. Hal itu termasuk bagaimana mengamankan jembatan-jembatan yang menjadi ikon kota.

Mungkinkah pengelola gedung (termasuk yang memberikan izin mendirikan gedung) di Indonesia mulai berpikir dan bertindak seperti itu? Hal ini tak boleh dianggap sepele bila tak ingin melihat korban berjatuhan kembali. Semua komponen masyarakat ikut bertanggung jawab. termasuk media massa, terutama dalam pemberitaan yang berpotensi ditiru masyarakat. Misalnya mengenai peristiwa bunuh diri, seyogianya media memberitakan secara lebih bertanggung jawab, akurat, dan lebih sensitif memegang etika reportase. Diharapkan, media menghindari cara pemberitaan yang sensasional, terlalu didramatisasi, menghindari pelaporan secara detail, apalagi lokasi tempat dan cara kematian secara eksplisit.

Hal penting lain, tidak melakukan penyederhanaan penyebab masalah karena bisa menafikan kausa kompleks bunuh diri yang sebenarnya lebih penting. Kerap berbagai reportase menyebutkan penyebab bunuh diri karena faktor tunggal, misalnya karena impitan ekonomi atau masalah dengan pasangan. Akibatnya, kelompok orang yang sedang mengalami "nasib" buruk serupa dan sudah terlintas ide untuk mati, seakan diberikan justifikasi untuk melakukan hal sama. Lebih-lebih bila ada "model" yang bisa ditiru, atau celebrity suicide, seperti yang terjadi di berbagai penjuru dunia.

Saat ini di beberapa negara sedang gencar terjalin kerja sama antara media massa dan institusi terkait untuk membuat semacam media guidelines dalam pemberitaan bunuh diri. Ini membawa hasil yang menggembirakan, terutama menghindari terjadinya copycat.

Kesehatan mental

Tindakan bunuh diri bukanlah sesederhana yang sering dibicarakan selama ini. Begitu berliku lorong suram yang memberi gurat cerita nestapa tersebut. Sebuah interaksi rumit yang terjalin antara faktor biologik, genetik, psikologik, sosiobudaya, ekonomi, masalah interpersonal, kepribadian, dan masalah psikiatrik. Bukan karena faktor tunggal. Perilaku bunuh diri ini menunjukkan salah satu indikator tingkat kesehatan mental yang buruk di masyarakat.

Sembilan puluh persen perilaku bunuh diri memang berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental dan kedaruratan medik. Ketika faktor mendasar tak diatasi, tak ayal jumlah kasus bunuh diri akan terus melambung karena faktor pemicunya kian menyeruak, membuat kehidupan seakan tersedak.

Media diharapkan lebih terlibat dan memberikan informasi akan tersedianya sarana bantuan bagi orang-orang yang sedang kalah ini. Sudah saatnya pula masyarakat mulai bergerak menyediakan sarana bantuan bagi sekelompok orang yang seakan terperangkap dalam labirin suram. Jangan biarkan mereka merasa tak ada harapan. Kita bisa mengulurkan tangan untuk sekadar menampung kegundahan mereka, bukan menyalahkan, tetapi memberikan dukungan.

Sebagian besar dari mereka terbukti mengurungkan niat bunuh dirinya ketika ada akses seseorang yang empatik, mau memahami, mendengarkan, dan memberikan dukungan yang bisa mengenyahkan noktah keputusasaan. Bahwa penderitaan tak layak diselesaikan lewat jalan pintas.

Patut diingat, yang meninggal hanyalah sebagian kecil dari perilaku bunuh diri yang diberitakan. Yang baru berniat atau tidak fatal tentu jauh berlipat kali jumlahnya. Inilah fenomena gunung es taraf kesehatan mental yang memburuk. Seakan menjadi silent killer yang tak terendus sehingga kita alpa mengantisipasi.

Lembaga nirlaba semacam Samaritans atau Papyrus yang sudah berdiri di berbagai belahan dunia mungkin bisa dipungut sebagai bahan inspirasi dengan beberapa modifikasi lokal. Lembaga yang bisa menjadi sumber informasi lengkap dan memberikan udara segar bagi orang-orang yang membutuhkan tempat bersandar. Memberikan secercah lentera bagi orang-orang yang sedang melihat penderitaan tanpa harapan. Bahwa ada hikmah di balik musibah, seperti digambarkan Pincus (1972) dengan indahnya:

There is no growth without pain and conflict/ There is no loss which cannot lead to gain....

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Industri Semakin Terancam

Catatan sejarah menunjukkan, ada satu pertanyaan: Apakah kita rela membeli produk dalam negeri dengan harga lebih mahal? Seorang pejabat Departemen Perdagangan dalam sebuah seminar menjawab, "Saya lebih rela membeli produk lokal, seperti jeruk Brastagi, karena kita akan turut menyejahterakan petani."

Semangat nasionalisme itu runtuh. Pengamat ekonomi Faisal Basri justru memberikan jawaban kontroversial, "Kalau suruh pilih, saya lebih memilih produk luar negeri yang bisa jauh lebih murah dan berkualitas. "

Faisal mengaku tidak rela membeli produk lokal yang jauh lebih mahal. Tidak jaminan semangat nasionalisme yang dikampanyekan pejabat dapat menyejahterakan petani.

Harga jeruk Brastagi, misalnya. Harganya sendiri murah di tingkat petani, terlebih ketika musim panen tiba. Yang bikin mahal dan bikin tidak rela adalah proses distribusi yang dihancurkan oleh aneka macam pungutan liar.

Contoh perdebatan kecil itu sangat kental terjadi di kalangan industri. Boleh jadi benar juga slogan iklan rokok yang bilang "Lagi Susah Dinaikin, Lagi Naik Disusahin".

Pada pengujung tahun 2009, industri semakin terimpit oleh agenda besar Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement) ASEAN-China. Sektor industri, terutama industri nonmigas, kewalahan menghadapi pasar global pada masa depan.

Padahal, industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil yang dibantu Departemen Perindustrian, dengan restrukturisasi mesin tekstil mulai tahun 2008, sedang bangkit untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas demi mendongkrak daya saing.

Industri otomotif lain lagi hambatannya. Penyesuaian pajak-pajak kendaraan, terutama pajak progresif, menjadi ancaman di pasar domestik. Padahal, industri otomotif niscaya menjadi "lokomotif" yang bisa menggerakkan industri komponen, kemasan, dan sebagainya. Tentu, lapangan pekerjaan memberikan kontribusi positif pada problem pengangguran yang bikin pusing pemerintah.

Hingga kini, problem besar yang menjadi masalah klasik dihadapi industri adalah rendahnya peran perbankan dalam menyalurkan kredit. Suku bunga perbankan pun tidak kompetitif.

Departemen Perindustrian sebagai "rumah" bagi industri dalam berkeluh kesah pun menjadi ibarat "pendekar tanpa pedang". Industri ingin bergerak, tetapi sayangnya ketersediaan energi listrik, pasokan gas, dan infrastruktur jalan untuk mendukung distribusi serta pelayanan pelabuhan belum memadai.

Kuncinya adalah membangun fondasi industri yang kuat. Tidak bisa lagi pembangunan hanya berorientasi lima tahunan. Dalam diskusi Roadmap 2025 dan Visi Industri 2030, gejala deindustrialisasi dini muncul tak terbendung.

Peran industri manufaktur dalam menciptakan nilai tambah mencapai puncak pada tahun 2004 dengan kontribusi 28,1 persen terhadap produk domestik bruto. Sejak saat itu peran industri manufaktur terus turun hingga 27,1 persen pada tahun 2007 dan sedikit meningkat menjadi 27,9 persen pada tahun 2008.

Namun, penurunan peran industri manufaktur ini diperkirakan akan terus berlanjut sejalan dengan pertumbuhannya yang lebih rendah dari pertumbuhan produk domestik bruto. Perekonomian pun mulai bergeser ke sektor jasa, terutama jasa modern di perkotaan yang kurang menyerap tenaga kerja. Apabila terus berlanjut, pengangguran akan tak terbendung.

Respons terhadap deindustrialisasi pun ditanggapi sinis. Indonesia tidak mengalami deindustrialisasi. Indonesia selama ini tidak punya industri. Yang ada cuma bangunan-bangunan pabrik.

Belakangan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat menimpali, "Gejala deindustrialisasi hanya bisa dituntaskan dengan kerja keras, menciptakan reindustrialisasi! "

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesungguhnya sudah enak dalam melangkah. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Riset, dan Teknologi Rahmat Gobel bersama beberapa pengamat ekonomi dan pengusaha di berbagai sektor berupaya merintis kluster-kluster unggulan yang bisa dijadikan prioritas pembangunan ekonomi.

Finalisasi roadmap tersebut membuahkan hasil terdiri dari empat kluster unggulan pendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil serta industri alas kaki, industri elektronik dan komponennya, dan industri alat angkut dan komponen otomotif.

Ada pula tiga kluster unggulan pendalaman struktur, yaitu industri alat telekomunikasi dan informatika, industri logam dasar dan mesin, serta industri petrokimia.

Yang tidak kalah penting adalah kluster unggulan sumber penerima devisa, yaitu industri pengolahan hasil pertanian, peternakan dan kehutanan, industri pengolahan hasil laut dan kemaritiman, serta industri berbasis tradisi dan budaya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Tjahyono meyakini pasar mebel Indonesia masih dipandang baik, terutama di pasar Eropa dan Amerika. Posisi nilai ekspor mebel Indonesia tahun 2008 mencapai 2 miliar dollar AS dan produk kerajinan 650 juta dollar AS.

Namun, belakangan ini nilai ekspor mebel Indonesia kalah dibandingkan dengan Vietnam. Nilai ekspor mebel Vietnam bisa mencapai 3,8 miliar dollar AS karena dukungan Pemerintah Vietnam sangat besar, termasuk aspek promosi mendatangkan pembeli dari luar negeri. Tenaga kerja Vietnam juga masih tergolong muda, usia 25-35 tahun.

Rahmat Gobel mengatakan, peluang Indonesia sangat besar. Apalagi, kini Departemen Perindustrian dipimpin oleh pengusaha yang diharapkan mengerti betul kebutuhan industri. Kini, tantangannya adalah meningkatkan nilai tambah bagi setiap hasil produksi.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Tuesday, December 29, 2009

Evolution of Japan

PURPLE PATCH: Evolution of Japan -Sidney Gulick

The study of the evolution of Japan is one of unusual interest; first, because of the fact that Japan has experienced such unique changes in her environment. Her history brings into clear light some principles of evolution which the visual development of a people does not make so clear.

In the second place, New Japan is in a state of rapid growth. She is in a critical period, resembling a youth, just coming to manhood, when all the powers of growth are most vigorous. The latent qualities of body and mind and heart then burst forth with peculiar force. In the course of four or five short years the green boy develops into a refined and noble man; the thoughtless girl ripens into the full maturity of womanhood and of motherhood. These are the years of special interest to those who would observe nature in her time of most critical activity.

Not otherwise is it in the life of nations. There are times when their growth is phenomenally rapid; when their latent qualities are developed; when their growth can be watched with special ease and delight, because so rapid. The Renaissance was such a period in Europe. Modern art, science, and philosophy took their start with the awakening of the mind of Europe at that eventful and epochal period of her life. Such, I take it, is the condition of Japan to-day. She is "being born again"; undergoing her "renaissance" . Her intellect, hitherto largely dormant, is but now awaking. Her ambition is equalled only by her self-reliance. Her self-confidence and amazing expectations have not yet been sobered by hard experience. Neither does she, nor do her critics, know how much she can or cannot do. She is in the first flush of her new-found powers; powers of mind and spirit, as well as of physical force. Her dreams are gorgeous with all the colours of the rainbow. Her efforts are sure, to be noble in proportion as her ambitions are high. The growth of the past half-century is only the beginning of what we may expect to see.

Then again, this latest and greatest step in the evolution of Japan has taken place at a time unparalleled for opportunities of observation, under the incandescent light of the nineteenth century, with its thousands of educated men to observe and record the facts, many of whom are active agents in the evolution in progress. Hundreds of papers and magazines, native and European, read by tens of thousands of intelligent men and women, have kept the world aware of the daily and hourly events. Telegraphic dispatches and letters by the million have passed between the far East and the West. It would seem as if the modernising of Japan had been providentially delayed until the last half of the nineteenth century with its steam and electricity, annihilators of space and time, in order that her evolution might be studied with a minuteness impossible in any previous age, or by any previous generation. It is almost as if one were conducting an experiment in human evolution in his own laboratory, imposing the conditions and noting the results.

In Japan there is going on to-day a process unique in the history of the human race. Two streams of civilisation, that of the far East and that of the far West, are beginning to flow in a single channel. These streams are exceedingly diverse, in social structure, in government, in moral ideals and standards, in religion, in psychological and metaphysical conceptions. Can they live together? Or is one going to drive out and annihilate the other? If so, which will be victor? Or is there to be modification of both? In other words, is there to be a new civilisation - a Japanese, an Occidento-Oriental civilisation?

The answer is plain to him who has eyes with which to see. Can the Ethiopian change his skin or the leopard his spots? No more can Japan lose all trace of inherited customs of daily life, of habits of thought and language, products of a thousand years of training in Chinese literature, Buddhist doctrine, and Confucian ethics. That "the boy is father to the man" is true of a nation no less than of an individual. What a youth has been at home in his habits of thought, in his purpose and spirit and in their manifestation in action, will largely determine his after-life. In like manner the mental and moral history of Japan has so stamped certain characteristics on her language, on her thought, and above all on her temperament and character, that, however she may strive to Westernise herself, it is impossible for her to obliterate her Oriental features. She will inevitably and always remain Japanese.

Japan has already produced an Occidento-Oriental civilisation. Time will serve progressively to Occidentalise it. But there is no reason for thinking that it will ever become wholly Occidentalised. A Westerner visiting Japan will always be impressed with its Oriental features, while an Asiatic will be impressed with its Occidental features. This progressive Occidentalisation of Japan will take place according to the laws of social evolution.

Comparison is often made between Japan and India. In both countries enormous social changes are taking place; in both, Eastern and Western civilisations are in contact and in conflict. The differences, however, are even more striking than the likenesses. Most conspicuous is the fact that whereas, in India, the changes in civilisation are due almost wholly to the force and rule of the conquering race, in Japan these changes are spontaneous, attributable entirely to the desire and initiative of the native rulers. This difference is fundamental and vital. The evolution of society in India is to a large degree compulsory; in a true sense it is an artificial evolution. In Japan, on the other hand, evolution is natural. There has not been the slightest physical compulsion laid on her from without.

(This extract is taken from Evolution of the Japanese: Social and Psychic by Sidney Gulick)

Sidney Gulick was an educator, author, and missionary who spent much of his life working to promote greater understanding and friendship between Japanese and American cultures

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Khasiat Jahe

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman.

Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup.

Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis) lali (Irian)

Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian 40 – 100 cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih kekuningan.

Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam berwarna kuning pucat.

Kandungan Rimpang Jahe

Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Mnnyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.

Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol.

Khasiat Jahe

Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan.

Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe.

Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat.

Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :
• Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.
• Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..
• Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.
• Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok perjalanan.
• Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan angin.
• Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

Jahe sebagai Obat Praktis

Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri rematik, sakit kepala, dan migren. Caranya, minum wedang jahe 3 kali sehari. Bisa juga minum wedang ronde, mengulum permen jahe, atau menambahkan jahe saat pada soto, semur, atau rendang.

Daun jahe juga berkhasiat, antara lain dengan ditumbuk dan diberi sedikit air dapat dipergunakan sebagai obat kompres pada sakit kepala dan dapat dipercikan ke wajah orang yang sedang menggigil. Sedangkan rimpangnya ditumbuk dan direbus dalam air mendidih selama lebih kurang ½ jam, kemudian airnya dapat diminum sebagai obat untuk memperkuat pencernaan makanan dan mengusir gas di dalamnya, mengobati hati yang membengkak, batuk dan demam.

Untuk mengobati rematik rematik siapkan 1 atau 2 rimpang jahe. Panaskan rimpang tersebut di atas api atau bara dan kemudian ditumbuk. Tempel tumbukan jahe pada bagian tubuh yang sakit rematik. Cara lain adalah dengam menumbuk bersama cengkeh, dan ditempelkan pada bagian tubuh yang rematik.

Jahe juga dapat digunakan untuk mengobati luka karena lecet, ditikam benda tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular. Caranya rimpang jahe merah ditumbuk dan ditambahkan sedikit garam. Letakkan pada bagian tubuh yang terluka.
Rimpang tumbuk juga dapat dipakai sebagai obat gosok pada penyakit gatal karena sengatan serangga.

Rimpang yang ditumbuk, dengan diberi sedikit garam, kemudian ditempelkan pada luka bekas gigitan ular beracun (hanya sebagai pertolongan pertama sebelum penderita dibawa ke dokter).

Dengan dicampur lobak, jahe dapat digunakan untuk mengobati eksim. Parutan lobak dicampur dengan air jahe. Air jahe dapat diperoleh dengan memarut rimpang jahe, lalu diperas. Ramuan ini dioleskan ke bagian kulit yang terkena eksim. Biasanya dalam waktu 2 minggu saja penyakit sudah berkurang.

Untuk mencegah mabuk perjalanan, ada baiknya minum wedang jahe sebelum bepergian. Caranya: pukul-pukul jahe segar sepanjang satu ruas jari. Masukkan ke dalam satu gelas air panas, beri madu secukupnya, lalu diminum. Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh jahe bubuk, atau kalau tahan, makan dua kerat jahe mentah.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Hidup Bahagia Dg Konsep Khilafah Dalam Kepemilikan Kekayaan Property Share

Ilmuwan besar muslim Ibnu Rusyd pernah berkata bahwa " Kebahagiaan seorang manusia itu bukan terletak pada kekayaan hartanya atau jabatannya tapi terletak pada kesehatan jiwanya, dan kesehatan jiwa hanya bisa tercapai dengan menjalankan semua perintah Allah,SWT dan menjauhi segala larangan-Nya"

Pesan Ibnu Rusyd tsb sangatlah dalam maknanya , bukannya maksud beliau melarang manusia itu memiliki harta kekayaan, tapi beliau menekankan bahwa untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki adalah dengan menjalankan semua perintah Allah,SWT dan menjauhi segala larang-Nya termasuk disini adalah menggunakan konsep khilafah (perwalian) dalam kepemilikan kekayaan property. Konsep khilafah (perwalian) dalam ajaran Islam adalah suatu konsep dimana memberikan kepemilikan pribadi atas suatu kekayaan property label amanah dan mengubah si pemilik menjadi wali dari kekayaan dan wakil (khalifah) Allah Yang Maha Tinggi, Pemilik dan Penguasa alam semesta beserta segala isinya.

Jadi dengan konsep khilafah ini manusia harus sadar sepenuhnya bahwa semua kekayaan property adalah property Allah,SWT. Dialah Pemilik sebenarnya. Manusia hanyalah khalifah-Nya di muka bumi, menjadi wali-Nya atau diberikan amanah atas bumi dan segala kekayaan yang dikandungnya.
Firman Allah,SWT :
"Dialah yang menjadikan kalian khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka akaibat kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhan mereka, dan kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka . (Q.S Fathir 35:39)
"Berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkanlah sebagian dari harta kalian yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya… (Qs Al-Hadid 57:7)

Sebagaimana lazimnya pemberian amanah tersebut meniscayakan manusia untuk mempertanggungjawab kan amanah itu kepada si pemberi amanah, dalam hal ini manusia juga berada dalam pengawasan Allah ,SWT (Sang Pemberi amanah) berkenaan dengan penggunaan dan pemanfaatan amanah yang telah diberikan-Nya.

Konsepsi islami mengenai esensi kepemilikan ini yaitu konsep khilafah, bila ada dan mendominasi kuat dalam mentalitas Muslim yang memiliki kekayaan, maka ia (konsep khilafah) akan menjadi sebuah kekuatan yang mengarahkan perilaku, sehingga Muslim yang memiliki kekayaan merasa terikat dengan semua aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa , menjadikannya sebagai sekedar seorang wakil yang selalu berkewajiban menjalankan segala kehendak pihak yang mengangkatnya sebagai wakil atau khalifah.

Saya akan coba berikan contoh-contoh pelaksanaan konsep khilafah dalam kepemilikan property agar kita bisa lebih mengamalkannya dengan baik konsep ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh Pertama, kaum Muslim JANGAN menjadikan kepemilikan property pribadi sebagai ukuran kehormatan dalam masyarakat Muslim dan memandangnya bernilai dalam hubungan sosial. Dalam suatu hadist dikatakan " Seseorang yang bertemu dengan seorang Muslim miskin lalu menyapa dengan salam yang bebeda dari salamnya kepada orang kaya, Allah akan memandangnya dengan pandangan yang penuh kemarahan di hari kiamat"

Mengapa saya mengambil contoh ini sebagai contoh pertama dalam konsep khilafah dikarenakan pengamatan saya sampai dengan kondisi saat ini, kaum muslimin banyak sekali yang sudah meninggalkan ajaran Islam ini yaitu menghormati dan menghargai orang lain bukan lagi dari akhlaknya atau agamanya tetapi dari kekayaan property yang dimiliki atau dari jabatannya, sehingga sudah banyak sekali mendorong kerusakan – kerusakan moral dalam masyarakat kita yaitu seperti terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Contoh Kedua, dalam konsep khilafah kepemilikan property pribadi mempunyai fungsi sosial , Islam mengajarkan kepada ummatnya agar anugerah kekayaan yang berlimpah bukan untuk ditimbun melankan untuk dimanfaatkan demi tujuan yang telah Allah,SWT tunjukkan kepada ummat manusia. Seperti dengan mengeluarkan Zakat, Infaq dan Sedekah atas kekayaan yang dimilikinya tsb.

Contoh Ketiga, Manusia yang memiliki kekayaan property tidak boleh congkak, sombong, arogan atau diliputi rasa bangga dan pongah. Kalau hal ini dilanggar maka cepat atau lambat akan membawa kehancuran kepada manusia itu sendiri. Lihat Firman Allah,SWT Qs.Al-Kahfi 18:39-42

Contoh Keempat, Jangan menjadikan kepemilikan kekayaan property itu sebagai tujuan akhir, tapi jadikanlah sebuah sarana untuk mewujudkan tujuah khilafah umum dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan umat manusia, bukan untuk memuaskan hasrat menimbun dan menumpuk-numpuk yang tak akan pernah surut.

Sebenarnya masih banyak contoh-contoh pelaksanaan konsep khilafah dalam kepemilikan kekayaan property agar ummat muslim khususnya dan ummat manusia pada umumnya bisa mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki, namun untuk saat ini saya baru bisa memberikan beberapa contoh tsb. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Apa itu bisnis internet (website) ?

Bisnis Internet dikenal juga dengan istilah Internet marketing, i-marketing, web marketing, online marketing, atau eMarketing, adalah cara memasarkan produk atau layanan melalui Internet. Internet marketing, also referred to as i-marketing, web marketing, online marketing, or eMarketing, is the marketing of products or services over the Internet.
Jadi singkatnya, Bisnis Internet adalah bisnis yang menggunakan media internet sebagai media pemasaran produk dan jasanya. Jadi internet hanyalah media. Produk yang dipasarkan bisa berupa produk fisik, produk digital maupun Jasa.

Contoh produk fisik seperti pakaian, elektronik, komputer, handphone dan lain-lainnya, contoh produk digital seperti ebook, video, audio, software, dan lain-lainnya sedangkan contoh produk jasa seperti jasa design website, jasa pemasangan iklan, jasa penterjemah dan lain-lainnya.

Bisnis produk fisik memerlukan kegiatan pengiriman produk melalui Pos/kurir ke alamat pembeli. Pada bisnis produk digital, pembeli menggunakan akses koneksi internet untuk mendownload produk digital tersebut ke komputernya, dengan demikian pengiriman produk dapat dilakukan secara ototmatis sehingga mengurangi beban kerja pengusaha. Pada bisnis Jasa, pengiriman produk tergantung jenis Jasa apa yang ditawarkan.

Bisnis Internet bukanlah bisnis yang rumit, Anda bisa memasarkan produk fisik melalui internet seperti pakaian, komputer, handphone, dan lain-lainnya, dengan mengatur cara pemesanan dan pembayarannya, dan kemudian mengirimkan produk fisik tersebut ke alamat pembeli baik di Indonesia maupun ke luar negeri.

Tetapi dalam memasarkan produk secara online di internet, produk digital-lah yang memberikan keuntungan paling besar. Mengapa??? Karena produk digital sangat cepat dan mudah untuk membuatnya, hanya mengeluarkan biaya produksi pertama kali saja, dan selanjutnya merupakan keuntungan 100% dari setiap penjualan dan proses pengirimannya bisa dilakukan melalui internet langsung sehingga tidak mengeluarkan biaya pengiriman lagi.


Apa saja Keuntungan Memiliki Bisnis Internet?

1. Potensi pasar yang luas
2. Memiliki faktor leverage (daya ungkit) pemasarannya.
3. Sistem bisa bekerja 24 jam secara otomatis
4. Dapat dijalankan paruh waktu
5. Promosi murah, bahkan bisa gratis
6. Modal awal kecil, dibawah Rp 500rb

Berikut penjelasanan lebih detil:

1. Potensi pasar yang luas
Coba bandingkan bila Anda menjalankan bisnis secara offline (bisnis sehari-hari) biasanya Anda terbatasi dalam memasarkan produk dan jasa Anda pada suatu wilayah kota atau dalam satu negara saja, tetapi dengan memasarkan produk secara online menggunakan media internet. Anda bisa memasarkannya ke seluruh Indonesia bahkan ke luar negeri.

2. Memiliki faktor leverage (daya ungkit) pemasarannya
Dengan pasar yang sangat besar tersebut, akan memberikan faktor kali (leverage) yang sangat besar dalam kecepatan menghasilkan uang. Karena produk yang Anda jual di internet bisa dibeli oleh siapa saja dari Indonesia atau dari luar negeri, tinggal bagaimana cara Anda memasarkannya.

3. Sistem bisa bekerja 24 jam secara otomatis
Jika Anda menjual produk digital, maka bisnis Internet bisa diotomatisasi dengan menggunakan sistem penjualan dan follow up yang Anda atur sebelumnya. Jadi ibaratkan Bisnis Internet Anda adalah sebuah toko, maka toko Anda tersebut akan buka 24 jam sehari 7 hari seminggu non stop melayani pembeli dari seluruh dunia dan setiap calon pembeli akan difollow up secara otomatis menggunakan sistem sehingga tidak memerlukan kehadiran Anda setiap saat untuk mengawasi dan Anda bisa mengerjakan aktifitas lainnya sambil menjual produk melalui internet dan mendapatkan uang dari internet. Transaksi dan profit bisa terjadi ketika pemilik bisnis sedang tidur!

4. Dapat dijalankan paruh waktu
Bisnis Internet dapat dijalankan dengan waktu yang fleksibel dan paruh waktu. Anda bisa menggunakan waktu 1 atau 2 jam sehari untuk membangun bisnis Internet Anda setelah pulang kerja/kuliah, atapun pada saat-saat istirahat makan siang. Jika anda punya semangat yang tinggi bisnis Internet bisa Anda kembangkan dengan cepat di malam hari ketika orang lain sedang tidur!

5. Promosi murah, bahkan bisa gratis
Media Internet menyediakan banyak sekali sarana beriklan secara gratis dan efektif. Jika anda belum mempunya modal yang cukup, anda bisa mengiklankan produk dan jasa anda pada beberapa website iklan gratis.

6. Modal awal kecil, dibawah Rp 500rb
Bisni internet membutuhkan modal awal yang tidak besar. Anda bisa memulai bisnis Anda dengan modal dibawah 500rb. Bahkan ada bisnis yang bisa dimulai dengan modal awal 100rb hingga 200rb saja.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

FOKUS

Seorang psikolog dan pembicara public yang telah mempelajari performance para peraih puncak hampir selama 20 tahun , ketika melakukan ekspansi bisnisnya ke Taiwan pernah ditanya oleh seorang karyawan barunya.

"Mr steve, Apa yang harus saya lakukan agar saya bisa sukses seperti anda ?”

"Baik, saya akan memberi kamu satu tips yang jitu, tetapi apakah kamu siap menerima konsekuensinya jika kamu tidak berhasil melakukannya? "

"Ya, saya siap melakukannya"

"Gampang sekali, Besok pagi kamu harus sudah mendapatkan 100 kartu nama orang-orang yang akan menjadi calon customer anda, dan jika anda gagal melakukannya, maka anda akan saya keluarkan dari perusahaan ini, karena anda tidak mempunyai kualifikasi yang saya butuhkan."

Pegawai tersebut terkejut dan berkata,
"Wah, begitu beratkah konsekuensinya? " Sepertinya dia tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar dari pimpinannya.


"Jika anda tidak percaya, lihat saja besok".


Keesokan paginya, karyawan baru tersebut sudah datang kekantor pagi-pagi sekali ,dan ditangannya terdapat 100 lembar kartu nama, dia lalu memberikan kepada Mr.steve dan dia bertanya apa yang harus dia lakukan. Mr.steve mengatakan bahwa, apa yg perlu dia lakukan adalah segera telepon dan menghubungi ke 100 customer barunya tersebut. Karyawan tersebut mulai menelepon berdasarkan kartu nama yang berhasil dia dapatkan satu persatu hingga hingga yang ke 73, tetapi tidak ada satupun customer yang berminat dengan penawarannya.

Mr Steve kemudian memberitahunya untuk melakukan pendekatan ke customer ,dengan Nada suara yang mengandung antusiasme, tanpa putus asa, dia kembali ke CUSTOMER YANG KE 74.Dan tampaknya custumer ini mulai tertarik dengan penawarannya, untuk itu dia bersedia memberi waktu 5 menit untuk bertemu.

Apa yang membuat customer tersebut memberikan respons yang positif? satu hal yang pasti. CUSTOMER TERSEBUT MENDENGAR NADA YANG ANTUSIAS DALAM PENAWARAN TERSEBUT. Dan setelah pertemuan dengan customer ke 74 ini, dan berkat pelayanan yang prima, para pelanggan merasa puas dan mereferensikan kepada lebih banyak orang lagi. Sehingga angka
penjualannya semakin meningkat, HANYA DALAM WAKTU SATU BULAN SAJA, dia sudah berubah dari seorang karyawan YANG BIASA menjadi seorang karyawan yang berprestasi.

"Hasil yang baik berarti anda memusatkan segenap perhatian dan energi secara konsisten pada apa yang anda lakukan."

"Hasil yang tidak baik berarti anda tidak atau kurang memusatkan perhatian dan energi secara konsisten pada apa yang anda lakukan."

Ketika kita melihat sebatang pohon apel yang penuh dengan buah apel yang ranum berwarna merah dengan aroma yang menyegarkan dan mengundang selera untuk menikmatinya, maka kita tahu bahwa sebelumnya ada seseorang yang dengan sepenuh hati telah menanam dan merawatnyanya secara konsisten. Demikian juga Jika kita melihat sebatang pohon anggur, berarti ada seseorang yang menanam bibit anggur disana, dan jika kita melihat sebatang pohon jeruk, maka bisa dipastikan bahwa ada seseorang yang telah menanam bibit jeruk tersebut.

Tetapi jika kita melihat tidak ada satu buahpun pada pohon-pohon tersebut, hal tersebut memberikan satu gambaran bahwa orang yang telah menanam pohon tersebut tidak serius ketika menanam pohon tersebut dan memusatkan perhatian dan energi untuk merawatnya secara konsisten.

Seandainya, pada hari ini, jika anda belum merasa puas dengan apa yang telah anda hasilkan, hal ini .Itu memberikan satu gambaran, bahwa ANDA BELUM MENANAM SECARA BENAR DAN KONSISTEN. Anda setuju? Saya akan memberi satu simulasi kepada anda, JIKA ANDA INGIN MENARIK UANG DARI BANK, MAKA TERLEBIH DAHULU ANDA HARUS MENABUNG UANG DIBANK.

Saatnya untuk bertanya pada diri sendiri, SIAPAKAH SAYA?, APA YANG SEDANG SAYA LAKUKAN ?, APA TUJUAN HIDUP SAYA?, DAN APAKAH SAYA TELAH MELAKUKANNYA DENGAN BAIK DAN BENAR?.

Do the Best, Be the Best, and God will take care the rest.

Pro Historian
024-7060.9694
Independent with my own idealism

Sunday, November 22, 2009

Eksplanasi: Pengejawantahan Data dan Fakta dalam Penulisan Sejarah.

Eksplanasi sering dikenal dengan istilah penjelasan dalam setiap kajian ilmiah. Menurut D. H Fischer, kata eksplanasi sendiri berasal dari explain atau penjelasan; eksplanasi berarti membuat terang, jelas dan dapat dimengerti.

Dalam eksplanasi data, fakta maupun fakta sejarah memegang peranan yang sangat penting. Data dan fakta ini berguna bagi pen-diskripsian kerangka wacana dalam eksplanasi.

Penjelasan yang dilakukan dalam eksplanasi memungkinkan para pembacanya untuk memahami dan mengerti akan maksud yang terkandung dalam penjabaran tersebut. Dalam suatu peristiwa sejarah, hendaklah bisa ditunjukkan unsur-unsur wujud peristiwa (what), pelakunya (who), tempat terjadinya peristiwa (where), waktu kejadian (when), unsur mengapa atau latar belakang kejadian (why) dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut bagaimana mungkin peristiwa itu bisa terjadi (how).

Dengan sendirinya, penjelasan yang menyangkut why (mengapa) dan how (bagaimana) terutama menjadi perhatian penting dalam keterangan sejarah, sebab di sinilah kekhususan ciri-ciri sejarah itu bisa dilihat. Seperti halnya dalam jurnalisme yang sangat menekankan 5 W + 1 H, maka begitupula eksplanasi dalam sejarah menerapkannya. Dalam melakukan eksplanasi, semua ilmu bisa digunakan, baik itu mengambil dari ilmu sosial, maupun dari ilmu sejarah itu sendiri. Demikian pula dengan imajinasi dan logika. Semuanya berperan besar dalam proses eksplanasi tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam eksplanasi inipun seorang sejarawan akan “berpetualang” kembali dalam lautan imajinasinya. Tanpa “petualangan” tersebut, dapat dipastikan banyak hal yang tidak bisa dituliskan, apalagi diterangkan. Seperti yang dinyatakan oleh Collingwood, yang menekankan keistimewaan yang bisa dilakukan oleh sejarawan terhadap objeknya dibandingkan yang hanya mampu dilakukan oleh scientist, yaitu dengan jalan ”re thinking them in his own mind”, (memikirkan kembali dalam pemikiran sejarawan sendiri). Dengan maksud bahwa sejarawan mampu menerobos alam pikiran pelaku sejarah secara imajiner, mencoba menempatkan dirinya ke dalam alam pikiran para pelaku sejarah yang bersangkutan. Ini dianggap merupakan unsur pokok ke dalam “cara berfikir historis” (historical thinking) yang menjadi dasar “cara menerangkan dalam sejarah” (historical eksplanation).

Dalam eksplanasi ini dapat dilihat adanya manfaat dari kematangan seorang sejarawan untuk dapat merangkai semua data dan fakta yang diperolehnya untuk menjadikan sebuah penulisan. Dalam eksplanasi inipun akan jelas terlihat bagaimana tingkat kreatifitas sejarawan dalam membuka wacana para pembacanya. Penjelasan yang baku seringkali ditingggalkan oleh para pembacanya. Sedang penjelasan yang ringan tapi berbobot menjadikan para pembacanya seolah-oleh enggan untuk meninggalkan bahan bacaan yang dibacanya. Di sinilah ajang pembuktian keahlian seorang sejarawan dapat dibuktikan.

Referensi:

Kuntowijoyo. 1997. Metodologi Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Helius Syamsuddin. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Depdikbud.


Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Friday, November 13, 2009

Lingkup Studi Sejarah

Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui struktur yang terkandung dalam proses gerak sejarah secara keseluruhan. Menurut Ankersmit, umumnya terdapat tiga hal yang menjadi pusat kajian yaitu pola gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.

1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata

Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), “geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan.

2.Rumusan batasan pengertian sejarah

Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

1.Sejarah sebagai cerita

Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus sejarah seperti Renier: “nothing but a story”; Trevelyan: “the historian’s first duty is to tell the story”; Huizinga: “the story of something that has happened”, semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.

Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.

2.Sejarah sebagai ilmu

Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud adalah:
•Ada objek masalahnya
•Memiliki metode
•Tersusun secara sistematis
•Menggunakan pemikiran yang rasional
•Memiliki kebenaran yang objektif

Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan dari sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa “history is a science, no less and no more” kiranya memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam kenyataannya banyak pihak yang masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu.

Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi misalnya, dimana di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya (personal bias), prasangka kelompoknya (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan (conflicting theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya sangat mempengaruhi terhadap proses interpretasi tersebut.

Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya yang ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurang bisa dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara berlebihan atau keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari subjektivitas, sehingga sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah yang seobjektif mungkin atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting bagi sejarawan adalah seperti yang pernah dikemukakan G. J. Renier, “we must not cheat”.

3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama

a.Kaidah pertama: sejarah itu fakta

Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

b.Kaidah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik

•Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

•Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau menceritakan saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya sama-sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila ia dapat melukiskan sebuah revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua revolusi.

•Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu). Sejarah menulis hal-hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah misalnya Revolusi Indonesia, Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren “X”, Revolusi di Desa atau Kota “Y”. Revolusi Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi. Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan yang hanya menerangkan hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

c.Kaidah ketiga: sejarah itu empiris

Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ia berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu lebih bersifat normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang tercantum dalam Kitab Suci masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang diwahyukan oleh Tuhan.

Jorganizer Hamdina
024-7060.9694
Survivor historian with excellent entrepreneur skill.

Dasar-dasar Ilmu Sejarah.

Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.

Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena:
ü Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau
ü Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau
ü Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang
ü Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi

A. Pengertian sejarah

Secara etimologi atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya:
• Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah.
Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
• Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi.
• Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
• Dalam bahasa Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
• Kata History sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu.

Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi.
Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoria artinya ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis.

Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.

Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian:
1. Sejarah adalah silsilah atau asal-usul.
2. Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3. Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Jadi pengertian sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.

B. KONSEP DASAR SEJARAH

Sejarah mempunyai sifat yang khas dibanding ilmu yang lain,yaitu:
1) Adanya masa lalu yang berdasarkan urutan waktu atau kronologis.
2) Peristiwa sejarah menyangkut tiga dimensi waktu yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang
3) Ada hubungan sebab akibat atau kausalitas dari peristiwa tersebut
4) Kebenaran dari peristiwa sejarah bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur apabila ditemukan data pembuktian yang baru.

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di masa lampau.

Mengapa Sejarah selalu berhubungan dengan masa lalu/lampau:

Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sehingga, sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang.

Masa Lampau, merupakan masa yang telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan How.
Kejadian yang menyangkut kehidupan manusia merupakan unsur penting dalam sejarah yang menempati rentang waktu. Waktu akan memberikan makna dalam kehidupan dunia yang sedang dijalani sehingga selama hidup manusia tidak dapat lepas dari waktu karena perjalanan hidup manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri. Perkembangan sejarah manusia akan mempengaruhi perkembangan masyarakat masa kini dan masa yang akan datang.

C. Sejarah dari berbagai sudut pandang

Sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :

1. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana/ seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang.

Ciri utama dari Sejarah sebagai peristiwa adalah sebagai berikut.

• Abadi,
Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa.
• Unik,
Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama persis.
• Penting,
Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak.

Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui melalui bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi. Agar sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
a. Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok.
b. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu (kapan dan dimana)
c. Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain
Contoh: peristiwa ekonomi yang terjadi bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial dan budaya.
d. Adanya hubungan sebab-akibat dari peristiwa tersebut.
Adanya hubungan sebab akibat baik karena faktor dari dalam maupun dari luar peristiwa tersebut. Penyebab adalah hal yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.
Hal ini disebabkan karena sejarah pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan tersebut dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.

2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang.
Sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan.

Bentuk lisan,
Contoh penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi.
Bentuk tulisan, dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Sejarah sebagai kisah sifatnya akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur cerita.

Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah. Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat dan dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.

Faktor yang harus diperhatikan dan mempengaruhi dalam melihat sejarah sebagai kisah, adalah sebagai berikut.
• Kepentingan yang diperjuangkannya
Faktor kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan kisah/peristiwa sejarah. Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok.
Contoh:
Seorang pencerita biasanya akan lebih menonjolkan perannya sendiri dalam suatu peristiwa. Misalnya, seorang pejuang akan menceritakan kehebatanya dalam menghadapai penjajah.
• Kelompok sosial dimana dia berada
Dalam hal ini adalah lingkungan tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama pekerjaannya atau statusnya. Darimana asal pencerita sejarah tersebut juga mempengaruhi cara penulisan sejarah.
Contoh:
Seorang sejarawan akan menulis sejarah dengan menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah sedang seorang wartawan akan menulis sejarah dengan bahasa wartawan.
• Perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya
Pengetahuan dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan.
Hal tersebut dapat terlihat dari kelengkapan kisah yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan interpretasinya atas peristiwa sejarah yang akan dikisahkannya.
• Kemampuan bahasa yang dimilikinya
Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil rekonstruksi penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa si penutur kisah sejarah.

3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.

Sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif. Sejarah melihat manusia tertentu yang mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat dalam kejadian tertentu sejarah tidak hanya melihat manusia dalam gambaran dan angan-angan saja.
Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.

Menurut Kuntowijoyo, ciri-ciri atau karakteristik sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut.
a. Bersifat Empiris
Empiris berasal dari kata Yunani emperia artinya pengalaman, percobaan, penemuan, pengamatan yang dilakukan.
Bersifat empiris sebab sejarah melakukan kajian pada peristiwa yang sungguh terjadi di masa lampau. Sejarah akan sangat tergantung pada pengalaman dan aktivitas nyata manusia yang direkam dalam dokumen. Untuk selanjutnya dokumen tersebut diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta yang akan diinterpretasi/ditafsirkan menjadi tulisan sejarah. Sejarah hanya meninggalkan jejak berupa dokumen.
b. Memiliki Objek
Objek sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau).
Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan utama dalam kajian sejarah.
c. Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
d. Memiliki Metode
Metode merupakan cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud. Setiap ilmu tentu memiliki tujuan. Tujuan dalam ilmu sejarah adalah menjelaskan perkembangan atau perubahan kehidupan masyarakat. Metode dalam ilmu sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan jangan terlalu berani tetapi sewajarnya saja.
e. Mempunyai Generalisasi
Studi dari suatu ilmu selalu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjadi kesimpulan umum atau generalisasi. Jadi generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari pengamatan dan pemahaman penulis.

Ilmu pengetahuan sosial sifatnya selalu berubah dan mudah terjadi sebab kondisi setempat berubah, waktunya berubah, dan adanya pengaruh dari luar. Manusia tetap ingin tahu yang terjadi di masa lampau. Sejarah berbeda dengan ilmu sosial/ kemanusiaan yang lain seperti antropologi dan sosiologi sebab :
ü Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu yang artinya sejarah memperhatikan perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.
ü Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegangan pada teorinya sendiri. Teori tersebut ditemukan dalam setiap tradisi sejarah. Teori sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing tradisi.
ü Sejarah juga mempunyai generalisasi, dalam menarik kesimpulan umumnya dapat juga sebagai koreksi terhadap ilmu-ilmu lain.
ü Sejarah juga mempunyai metode sendiri yang sifatnya terbuka dan hanya tunduk pada fakta.
ü Sejarah membutuhkan riset, penulisan yang baik, penalaran yang teratur dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.

4. Sejarah sebagai Seni

Sejarah sebagai seni merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa di masa lalu.

Seni dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah karena:

• Jika hanya mementingkan data-data maka akan sangat kaku dalam berkisah.
• Tetapi jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan menjadi kehilangan fakta yang harus diungkap.
• Sehingga seni dibutuhkan untuk memperindah penuturan/ pengisahan suatu cerita.
• Seperti seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa.
• Seorang sejarawan sebaiknya mampu mengkombinasikan antara pengisahan (yang mementingkan detail dan fakta-fakta) dengan kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat menyajikan peristiwa yang objektif, lancar, dan mengalir.

Ciri sejarah sebagai seni, terdapat :

Intuisi :
Intuisi merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik yang sedang diteliti.

Dalam penelitian untuk menentukan sesuatu sejarawan membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja keras dengan data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya, harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin ia akan berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum melanjutkan proses kreatifnya.

Emosi :
Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang.
Emosi diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan melibatkan emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu.

Gaya Bahasa :
Gaya bahasa merupakan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik yaitu yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit.

Imajinasi :
Imajinasi merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (khayalan).
Imajinasi diperlukan sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta apa yang akan terjadi.

D. PERSAMAAN dan PERBEDAAN SEJARAH dan ILMU ALAM

Persamaan sejarah dengan ilmu alam,
Sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan dan penyerapan.
Sama-sama memiliki dasar teori dan metode.

Perbedaan sejarah dengan ilmu-ilmu alam.
1. Ilmu Alam : Percobaan dalam ilmu alam dapat diulang-ulang
Ilmu Sejarah : Percobaannya tidak dapat diulang sebab hanya sekali terjadi.
Contoh:
Peristiwa G30SPKI hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang kembali untuk diperbaiki.
2. Ilmu Alam : Objek dalam ilmu alam adalah semua makhluk hidup
Ilmu Sejarah : Objek dalam sejarah adalah segala peristiwa dalam aktivitas manusia
3. Ilmu Alam : Hukum-hukum berlaku secara tetap tanpa memandang orang, tempat, waktu, dan suasana.
Sejarah : Hukumnya sangat bergantung pada pengalaman manusia yang telah direkam sebagai dokumen untuk diteliti sejarawan guna menemukan fakta sejarah.
4. Ilmu Alam : Tujuan untuk menemukan hukum-hukum yang bersifat umum dan Nomotheis (berupa pendapat tunggal)
Sejarah : Tujuannya untuk menuliskan hal-hal yang bersifat khas dan bersifat ideografis (berupa banyak pendapat yang saling berkaitan)
5. Ilmu Alam : Kesimpulan umum (Generalisasi) untuk ilmu alam biasanya diakui kebenarannya dimana-mana (semua orang)

Sejarah : Kesimpulan terlihat dari kebenaran suatu pola/kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan melihat masa yang akan datang. Sehingga kesimpulan dari sejarah tidak bisa langsung diakui oleh banyak orang, karena akan terus diperbaharui sejauh orang mampu menemukan bukti-bukti yang ada.


Hamdina Organizer
024-7060.9697
Riset, Analisis, Historiografi, dan Kredibelitas berdasarkan fakta.

Thursday, November 12, 2009

Pengertian Sejarah

Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu sering disebut dengan istilah Sejarah.

Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang artinya pohon, keturunan, asal usul atau silsilah. Dalam bahasa Inggris (history), Bahasa Yunani (istoria), Bahasa Jerman (geschicht).Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).
Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu Budaya (Humaniora). Akan tetapi, di saat sekarang ini, Sejarah lebih sering dikategorikan sebagai Ilmu Sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis.
Ilmu Sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti kronologi, historiograf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.
Ilmu Sejarah juga disebut sebagai Ilmu Tarikh atau Ilmu Babad.
B. Pengertian Sejarah menurut Para Ahli Sejarah
1). Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan.
2). R. Moh Ali, pengertian sejarah ada 3 yaitu:
a). Sejarah adalah kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa seluruhnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
b). Sejarah adalah cerita yang tersusun secara sistematis (serba teratur dan rapi)
c). Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian pada masa lampau.
3). Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
4). J.V Brice
Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan diperbuat oleh manusia.
Pengertian sejarah berbeda dengan pengertian Ilmu sejarah. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu manusia sedangkan Ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.

B. Karakteristik ilmu Sejarah
Unik, artinya peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk kedua kalinya.
Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia
Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang sepanjang masa

C. Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni

1. Sejarah sebagai peristiwa.
Sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada masa lalu. Disebut sejarah sebagai objek

2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun berdasarkan pendapat seseorang, memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Disebut sejarah sebagai subyek yang artinya sejarah tersebut telah mendapatkan penafsiran dari penyusunan cerita sejarah. Dalam hal ini sejarawan mempunyai peran sebagai ”The Man Behind the Gun”, artinya mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (sejarah sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang sejarawan itu sendiri.

3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lalu yang disusun secara sistematis dan menggunakan metode yang didasarkan atas asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.
Syarat pokok sejarah disebut sebagai ilmu adalah:
a). Obyek yang definitif
b). Adanya formulasi kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya
c). Metode yang efisien
d). Menggunakan sistem penyusunan tertentu

4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan cara bagaimana membuat pembaca sejarah tertarik atas informasi kejadian masa lalu yang disajikan karena unsur keindahan yang disertakan di dalam menyajikan informasi sejarah di masa lalu sehingga akan mencapai sasaran penyampaian informasi sejarah. Sejarah berperan sebagai seni sangat terkait sekali dengan cara penulisan sejarah itu sendiri.

D. Guna Sejarah
Keberadaan suatu ilmu yang ada di dunia ini tidak akan langgeng tanpa adanya kesadaran akan manfaatnya bagi manusia. Demikian pula dengan ilmu sejarah. Dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, ilmu sejarah memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Guna Edukatif (memberi pendidikan)
Nilai sejarah terletak pada kenyataan, apa yang terjadi pada masa lalu memberikan pelajaran bagi manusia yang telah melewatinya. Guna edukatif berarti sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya karena semangat sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah adalah nilai kemasakiniannya.

2. Guna Instruktif (memberi pengajaran)
Guna Instruktif artinya sejarah dapat memberikan pelajaran mengenai sesuatu baik keterampilan maupun pengetahuan.

3. Guna Inspiratif (memberi inspirasi)
Guna Inspiratif artinya kejadian dan peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat memberikan ilham, ide-ide atau inspirasi bagi manusia pada masa sekarang.
Contoh: kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lalu di Nusantara memberikan ilham kepada para pendiri bangsa untuk membangun kembali kebesaran masa lampau tersebut.

4. Guna Rekreatif (memberi kesenangan)
Sejarah merupakan suatu kreasi seni, sehingga dapat menghadirkan kesenangan batin.
Contoh: kita berkunjung ke Candi Borobudur, dengan berkunjung kesana kita bisa membayangkan pembangunan pada masa itu. Dimulai dari jumlah pekerjanya, arsiteknya, lama pembangunan dan tujuannya dan sebagainya sehingga dalam hati dan pikiran kita akan menembus dimensi waktu.

E. Periodisasi dan Kronologi Sejarah

1). Periodisasi sejarah
Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi spasial (ruang) dan dimensi temporal (waktu). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo (time) yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Pengertian periodisasi sejarah berkaitan erat dengan pembagian masa lampau manusia berdasarkan urutan waktu (Periodisasi = Pembabagan waktu).
Pentingnya periodisasi dalam sejarah yaitu:
1. Memudahkan sistematika penulisan sejarah
2. Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
3. Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah
4. Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah

2). Kronologi sejarah
Adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengertian suatu peristiwa sejarah secara gamblang yang dapat mengkaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain secara logis.
Kronologi sejarah sangat diperlukan karena dapat mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya dalam bentuk kausalitas atau sebab akibat.


Disadur kembali oleh;

Jorganizer Hamdina
024-7060.9694
Periset handal yg kritis analitis ^_^

Definisi Sejarah

Perkataan Sejarah (History) yang kita gunakan pada masa kini berpunca daripada perkataan Arab yaitu Syajaratun yang bermaksud Pohon. Dari sudut lain pula, istilah history merupakan terjemahan dari perkataan Yunani yakni Histories yang membawa makna satu penyelidikan ataupun pengkajian.


[1] Mengikut pandangan "Bapa Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.[2] Mengikut definisi yang diberikan oleh Aristotle, bahawa Sejarah merupakan satu sistem yang mengira kejadian semulajadi dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang kukuh.

Menurut R. G. Collingwood, Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.[3] Manakala Shefer pula berpendapat bahawa Sejarah adalah peristiwa yang telah lepas dan benar-benar berlaku.[4] Sementara itu, Drs. Sidi Gazalba cuba menggambarkan sejarah sebagai masa lampau manusia dan persekitarannya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku.[5] Sebagai usaha susulan dalam memahami sejarah, Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka telah memberikan Sejarah sebagai asal-usul, keturunan, salasilah, peristiwa yang benar-benar berlaku pada waktu yang lampau, kisah, riwayat, tambo, tawarikh dan kajian atau pengetahuan mengenai peristiwa yang telah berlaku.[6]

Sejarah dalam arti kata lain digunakan untuk mengetahui masa lampau berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih bagi membolehkan manusia memperkayakan pengetahuan supaya waktu sekarang dan akan datang menjadi lebih cerah. Dengan itu akan timbul sikap waspada (awareness) dalam diri semua kelompok masyarakat kerana melalui pembelajaran Sejarah, ia dapat membentuk sikap tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada masa lampau dapat dijadikan pengajaran yang berguna. Pengertian Sejarah boleh dilihat dari tiga dimensi iaitu epistomologi (kata akar), metodologi (kaedah sesuatu sejarah itu dipaparkan) dan filsafat atau pemikiran peristiwa lalu yang dianalisa secara teliti untuk menentukan sama ada ia benar atau tidak.[7]

Sejarah Berulang

Sejarah Berulang (Repeating History) boleh diertikan sebagai satu keadaan di mana peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah berlak pada suatu masa dahulu boleh berlaku pula pada masa-masa yang berlainan, iaitu pada masa sezaman mahupun pada masa yang akan datang. Ini kerana sejarah itu dianggap sebagai suatu gejala yang berulang-ulang yakni sesuatu peristiwa itu berlaku berulang kali di dalam satu proses kitaran yang saling berkaitan serta silih berganti.

Proses kitaran yang dimaksudkan itu mempunyai kaitan yang rapat dengan kemunculan sesebuah negara yang mempunyai suatu titik kelahiran. Kemudian meningkat maju sehingga mencapai kejayaan dan seterusnya apabila tiba suatu tempoh masa ia akan mengalami kemerosotan atau keruntuhan. Maka dengan itu, dipercayai kitaran ini akan sentiasa berulang-ulang dari satu tempoh masa ke satu tempoh masa yang lain mengikut perkembangan politik sesuatu negara.[8]

Namun demikian, persoalan yang dibangkitkan sekarang adalah, benarkah sejarah itu memang berulang secara keseluruhannya? Bagi menyelesaikan persoalan ini, perlulah kita meneliti beberapa contoh yang berkaitan dengan Sejarah berulang.

Salah satu contoh yang kukuh adalah kebangkitan dan seterusnya keruntuhan kerajaan Marxist Rusia. Sebelum tahun 1870, Rusia memang berada dalam era keruntuhan. Keruntuhan itu berpunca dari ketidakseimbangan dalam politik Rusia dan juga ketandusan pemimpin yang cekap. Namun demikian Rusia adalah sebuah negara yang terbesar di dunia (dengan keluasan lebih kurang 22402000 km/persegi = 8649000 batu/persegi).[9] Walau bagaimanapun Rusia mula muncul sebagai sebuah kerajaan Marxist yang berwibawa selepas revolusi tahun 1917. Dengan usaha pemimpin-pemimpin mereka seperti Lenin (1870-1924) dan Stalin (1879-1953), Rusia telah berupaya menjadi kuasa besar selepas Perang Dunia Kedua (1945). Taraf seperti ini dapat dikekalnya sehingga bahagian pertama dekad 1980-an. Mulai pertengahan dekad tersebut, Rusia nampaknya tidak dapat bertahan lagi. Ia mula menghadapi krisis ekonomi yang sangat meruncing. Pemimpinnya pada ketika itu, yaitu Mikhail Gorbachov memperkenalkan satu dasar yang dikenali sebagai Glasnost, yang bertujuan memperbaiki keadaan ekonomi melalui beberapa pembaharuan dasar ekonomi. Namun gerakan itu tidak menghasilkan kejayaan. Sementara itu, gerakan politik dan ekonomi yang bertujuan menghancurkan struktur dan ideologi Marxist di negara itu, yang pada mulanya tidaklah menonjol, telah menapakkan kecergasannya menjelang hujung dekade tersebut. Akhirnya, pada tahun 1990, bubarlah atau hancurlah secara rasmi Kesatuan Republik Soviet Rusia. Selepas itu yang tinggal ialah Rusia dan gabungan beberapa republik merdeka yang dahulunya merupakan sebahagian daripada kesatuan tersebut. Kini Rusia sedang berusaha untuk hidup dan mengamalkan sistem demokrasi Barat serta unsru-unsurnya yang berkaitan. Dalam pada itu, kejayaan pihak demokrasi itu belumlah betul-betul kukuh karena menjelang pertengahan dekat 1990-an ini pihak komunis telah menampakkan pula kebangkitan semula mereka.

Melihat kepada contoh tersebut, jelaslah kepada kita bahwa proses kitaran yang silih berganti memang wujud dalam negara Rusia di mana terdapatnya titik kelahiran, perkembangan dan keruntuhan di dalam pimpinan negara tersebut. Walhalnya adakah sejarah itu berulang? Memang tidak, ini kerana daripada contoh tersebut, kita dapati sejarah hanya berulang dari segi falsafah ataupun, fenomena sahaja, tetapi tidak berulang secara khusus pada zaman, waktu, tempat, pemimpin atau or ang yang sama. Malah pernyataan ini juga disokong oleh sejarahwan, misalnya Leopold Von Ranke sendiri mengakui bahawa setiap peristiwa sejarah itu adalah unik dalam erti kata lain sejarah hanya berlaku sekali sahaja pada suatu waktu yang tertentu dan dengan hal yang demikian tidaklah ada satu peristiwa sejarah pun mempunyai persamaan yang tepat dengan satu peristiwa sejarah yang lain walaupun nampak seakan-akan sama.[10]

Jawapannya, memang terbukti tidak, sejarah tidak berulang sepenuhnya walaupun kejayaan 1986 diulang kembali pada tahun 1993. Kalau dilihat secara tajam, waktu penganjuran pertandingan, pengurusan serta pemain pasukan dan jumlah jaringan pertandingan akhir yang membawa kejayaan kepada pasukan negara pada tahun 1993 memang berbeza dengan waktu penganjuran pertandingan, pengurusan serta pemain pasukan dan jumlah jaringan pada perlawanan akhir pada tahun 1986. Tetapi satu perkara yang lebih jelas kepada kita ialah, dalam tempoh masa 7 tahun tersebut, berlaku proses kitaran yang silih berganti dalam bolasepak negara iaitu berlaku pengulangan proses umum ataupun keadaan umum seperti kelahiran ataupun kewujudan, perkembangan serta kejayaan dan akhirnya keruntuhan. Proses kitaran ini juga menunjukkan bahawa hidup bolasepak Malaysia sentiasa beredar di dalam satu pusingan yang tidak putus-putus di mana ia bermula, berkembang maju dan kemudian runtuh dan selepas itu bermula semula dengan satu sistem pimpinan yang baru. Namun apa yang jelas adalah proses kitaran itu akan sentiasa berterusan.

Kepentingan Sejarah Berulang Mengikut Pandangan Masyarakat Yunani

Masyarakat Yunani mempercayai bahawa sesuatu peristiwa yang berlaku pada suatu masa dahulu boleh berlaku kembali dalam tempoh masa berlainan dan ianya sukar diagak. Walau bagaimanapun peristiwa-peristiwa yang berlaku dianggap oleh mereka mampu memberikan pengajaran kepada mereka untuk berwaspada pada masa-masa yang akan datang serta untuk mencari langkah untuk mengelak sesuatu peristiwa yang tidak diingini. Selain itu sejarah juga dianggap oleh mereka sebagai satu petunjuk dalam mengharungi kehidupan yang penuh dengan dugaan, cabaran dan halangan. Pada masa yang sama, sejarah itu juga merupakan satu falsafah yang memberikan pengajaran melalui contoh-contoh. Sebenarnya peristiwa yang berulang-ulang itu menunjukkan kepada mereka tentang tingkah laku serta pembuatan mereka pada masa yang telah lalu dan juga perbuatan orang-orang yang terdahulu daripada mereka.

Kesimpulan

Keseluruhannya, jelaslah bahawa sejarah itu tidak berulang walaupun sesetengah golongan berpendapat bahawa sejarah itu berulang. Ini kerana sejarah itu memiliki fakta yang lengkap dengan masa dan tarikh sesuatu peristiwa itu terjadi. Walaupun proses kitaran yang silih berganti itu wujud (kelahiran, perkembangan atau kejayaan dan keruntuhan) namun agak sukar bagi kita untuk melihat sesuatu fakta yang sama muncul pada zaman akan datang di mana tarikh, objek dan tempatnya adalah sama. Oleh itu, sekali lagi saya tekankan di sini bahawa sejarah hanya berulang dari segi falsafah atau fenomena yang mampu memberikan pengajaran, tunjuk ajar serta pengetahuan kepada masyarakat tetapi tidak berulang secara khusus pada zaman, waktu, tempat, pemimpin ataupun orang yang sama.


Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional Historian.

Tuesday, November 10, 2009

Negotiation.

Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.

Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi,
mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk menentukan dimana akan makan siang kita harus
bernegosiasi dengan rekan sekerja kita.

Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomadasi kepentingan orang lain. Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia
lainnya. Mulai dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di kalangan atas. Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat
memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja.

Kita bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua, bos kita, teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat setiap hari. Negosiasi dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli, biaya servis mobil, biaya liburan keluarga, dan sebagainya. Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Dalam buku Teach Yourself Negotiating, karangan Phil Baguley,
dijelaskan tentang definisi NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk
menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua
pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan
di masa mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah
karakteristik utama, yaitu:

1. senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual,
perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung
konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam
akhir negosiasi;
3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu – baik berupa tawar
menawar (bargain) atau tukar menukar (barter);
4. hampir selalu berbentuk tatap-muka – yang menggunakan bahasa
lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau
sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil
oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah
pihak sepakat untuk tidak sepakat.

Manajemen Konflik

Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh
prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi
atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif
penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-
masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:

[ADA GAMBAR DI SINI]

1. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)

Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan
menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa
berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan
konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu
menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara
ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang
ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban
dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi
konflik harus dapat segera diselesaikan.

2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)

Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak
lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita
untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar
sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah
suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya
penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak
yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga
sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan
penyelesaian yang cepat dan tegas.

3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)

Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah –
mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau
mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk
menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga
merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari
konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita
menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna
terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki
esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk
juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita
bersama bisa menuju ke kuadran pertama.

4. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)

Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi
atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan
menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama
yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang
paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama
lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak
untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang
yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa
masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk
mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.

Negosiasi Dengan Hati

Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali,
mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain.
Disinilah seringkali banyak diantara kita tidak menyadari bahwa
negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam
hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es,
dimana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan
yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan,
maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan
untung rugi. Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi
adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,
keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh
individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam
proses negosiasi. Hal-hal yang didalam inilah justru seringkali
menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.

Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut
sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu
karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam
kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang
kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-
kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin
menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam
bernegosiasi).

Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan
hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam
negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut
yaitu: karakter, metoda dan perilaku. Dalam banyak hal, negosiasi
justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat
formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks,
di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi
kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal
formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi
dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Langkah-langkah bernegosiasi

Persiapan

Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan.
Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang
akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri
yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus
kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas
apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas
dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi.
Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk
melakukan tawar menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.

Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita.
Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang
paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi (sudah pernah kita
bahas dalam edisi Mandiri 22). Bagi kita yang menguasai teknik
pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita
dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita,
sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita
menjadi lebih siap dan percaya diri.

Pembukaan

Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan.
Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum
proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan
baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan,
dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap
yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant
(menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh
dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan
dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan
memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada
beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:

a. Jangan memegang apapun di tangan kanan anda ketika memasuki
ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali
pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common
ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan
dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki
perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan
(proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang
perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut
adalah:

a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai
pembicaraan pada materi pokok negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda
secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk
mencapai suatu kesepakatan dengan mereka;
d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar menawar dalam
negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa "jika mereka memberi anda ini anda akan
memberi mereka itu – if you'll give us this, we'll give you that."
Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan
sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.

Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan
dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak
lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-
teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan
tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak
mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun
penuh perhatian.

Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)

Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita
perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu
wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual
(Seller's Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer's
Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer's
Ideal Offer, Buyer's Realistic Price dan Buyer's Highest Price pada
sisi pembeli dan Seller's Ideal Price, Seller's Realistic Price dan
Seller's Lowest Price pada sisi pembeli.

Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di
dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh
Seller's Realistic Price dan Buyer's Realistic Price. Biasanya
kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan
penjual dalam wilayah Final Offer Zone.

Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan
dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua
pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or
agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk
melaksanakannya.

Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai
kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak
tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus
dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak. Sehingga
kita tidak bertepuk sebelah tangan. Sehingga penting sekali dalam
awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak
lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh
maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada
yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan,
maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu
perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation
dan arbitration melalui pihak ketiga.

Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal
lain yang tidak bisa dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi
kita selaku praktisi Mandiri, kita harus tahu bahwa negosiasi bukan
hal yang asing. Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya
setiap hari setiap saat. Selain itu negosiasi memerlukan karakter
(artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita), memerlukan
penguasaan metoda ataupun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan
dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar.


WANTING TO WIN IS EVERYTHING

Success is connected with continuous action. It's largely a matter of hanging on after others have let go. You're not finished when you're defeated, you're only finished when you quit.

The most important quality essential to success is perseverance. It overcomes almost everything, even nature. You can have a fresh start any time you choose, for "failure" is not in the falling down, but in the staying down. It's not over until it's over.

If you've got the courage to stick it out, you'll attain your goal. Winning isn't everything, but wanting to is.

If at first you don't succeed, try, try, try again.


Jorganizer Hamdina
"Professional Great Negotiator"
024-7060.9694

Followers