Showing posts with label Historian. Show all posts
Showing posts with label Historian. Show all posts

Wednesday, December 16, 2009

Mengapa Biografi Anda Penting?

Banyak yang berpendapat layak dan tidaknya seseorang membuat Biografi
(Otobiografi) dinilai dari keberhasilannya dalam meraih kedudukan tertentu

Misalnya, “Aku ingin membuat biografi kalau sudah jadi presiden atau menteri!”
Itu tidak salah, namun bukan seperti itu tujuan utama pembuatan Biografi,
melainkan tentang kesadaran seseorang akan hakekat ruang dan waktu—dan kita
semua tidak tahu batas hidup kita. Memang, saat ini kita “ada” di dunia nyata
ini, namun seiring waktu apakah kita akan hilang begitu saja? Jawabnya ada dua
kemungkinan, ya dan tidak. Kita tidak akan hilang bila kita meninggalkan
jejak-jejak tertulis sehingga Biografi tidak harus dicetak massal dan
dipublikasikan untuk umum—yang lebih penting sebagai dokumentasi pribadi,
keluarga, organisasi, maupun perusahaan.

Biografi memiliki kelebihan khusus bila dibanding media lainnya, karena di
dalamnya terkandung image, intelektualitas, idealisme, spiritualitas, dan
sebagainya. Hanya dengan Biografi kita dapat mengutarakan pikiran, cita-cita,
nilai-nilai dan pandangan hidup secara sistematis. Dengan Biografi pula kita
membuat jejak sejarah, sehingga anak cucu, juga generasi penerus akan dengan
mudah mempelajari dan meneruskan nilai-nilai yang kita wariskan.

Harap diketahui juga, hanya buku Biografi yang dapat menampung rekaman masa
lalu kita. Bandingkan dengan kamera yang hanya mengandung gambar, tanpa bisa
merekam aspek pikiran. Bandingkan juga dengan audio visual/televisi. Dengan
kamera tertentu seseorang bisa diambil gambar dan suaranya, tetapi aspek
gagasan, perjuangan, nilai-nilai serta pandangan hidup yang berkenaan dengan
hati dan pikiran tidak bisa terekam secara lengkap di audio visual tersebut.
Kisah dan perjalanan hidup Anda bisa dibuat sebuah novel yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi novel monumental.

Selain itu, Biografi menjadi tonggak yang sangat penting karena akan menjadi
“babon” atau induk silsilah keluarga. Kesadaran historis sering dilupakan,
sehingga kebanyakan orang sudah tidak tahu lagi siapa kakek buyutnya, siapa
yang lebih di atasnya lagi, dan nilai-nilai apa yang telah diwariskan. Apa
sajakah manfaat Biografi? Banyak, antara lain:

1. Biografi ini menjadi tonggak historis Anda dan keluarga

2. Biografi menjadi penyelamat sejarah keluarga dan keluarga besar

3. Biografi menjadi “penyambung lidah” nilai-nilai, misi, dan visi Anda

4. Dengan adanya Biografi maka di masa selanjutnya anak cucu dapat dengan mudah
melakukan up date, karena tinggal meneruskan naskah yang berupa soft copy yang
disimpan di komputer atau media lainnya

5. Kelak, berpuluh tahun kemudian atau beratus tahun kemudian, sejarah hidup
Anda masih dapat dilacak oleh anak dan cucu. Mereka tidak sekadar mengenal nama
Anda, tetapi dapat mendapatkan kisah dan perjuangan Anda

6. Biografi dapat dijadikan bahan film dokumenter

7. Dan masih banya kegunaan-keguanan lainnya.

Pro Historian
024-7060.9694
Independent with my own idealism

Tuesday, December 8, 2009

conservatist di Copenhagen, Bencana 2012 dan Perubahan Iklim

Seorang arif dari masa lampau diundang datang ke Konferensi Perubahan Iklim yang diadakan PBB di Copenhagen, Denmark, tgl 7-18 Desember 2009.

Ini adalah acara besar yang menjadi tumpuan harapan banyak ilmuwan dan pemerhati
lingkungan di seluruh dunia. Hasil konferensi akan menentukan nasib bumi dan
kelanjutan keberadaan umat manusia yang hidup di sana, demikian pesan
dikumandangkan penyelenggara acara dalam setahun terakhir. Dan perhitungan
mundur count down ke hari H acara pun dipasang di semua website organisasi
lingkungan hidup sedunia untuk mengingatkan betapa pentinganya acara ini. Si
orang kuno kebingungan melihat begitu banyak orang penting di sana, ada 40
pemimpin dunia dan para menteri dari 180 negara duduk bersama-sama, orangorang
pandai dan intelek pun berkumpul mulai dari pemuda-pemudi terpelajar yang
berdiskusi berapi-api hingga para ilmuwan senior yang kadang kelihatan agak
manyun, semua tampak serius, sama2 berniat baik ingin menyelamatkan bumi dari
bencana alam tak terbayangkan yang mereka sebut “perubahan iklim” itu.
Konferensi dibuka dengan menampilkan grafik yang menunjukkan tidak
adanya pengurangan emisi gas rumah kaca sejak konferensi pertama digelar tahun
1997 di Kyoto, Jepang, yang terjadi justru sebaliknya. Pendengar pun gelisah,
mereka mulai kehilangan kepercayaan akan adanya usaha yang bisa dilakukan
manusia untuk menghentikannya. Presentasi dilanjutkan dengan penampilan foto2
kerusakan alam yang semakin parah di mana2, penggundulan hutan, polusi air,
tanah dan udara, gambar kota-kota besar dunia ketiga yang centang perenang,
melelehnya kutub utara dan selatan, lalu yang paling mencekam adalah proyeksi
angka kelahiran yang melompat tinggi mencapai 9 miliyar manusia akan hidup di
bumi 40 tahun mendatang sedangkan ketersediaan sumber daya alam makin
merosot : ikan akan habis dari laut di seluruh dunia mulai 10 tahun ke depan hingga
habis total di tahun 2048, ancaman kelaparan karena akan sering terjadi banjir dan
kekeringan yang membawa krisis pertanian sejak 2015, serta banyak lagi data
maupun ramalan saintifik mengerikan yang membuat orang kuno ini melongo
keheranan. Konferensi akhirnya masuk pada tahap yang paling menegangkan: yaitu
pembuatan kesepakatan global perubahan iklim. Semua negara diharapkan bisa
sama-sama sepakat menurunkan tingkat emisi dan polusi dari negara masingmasing,
“karena planet bumi ini cuma satu dan di sana kita semua saling terhubung
dan tersambung, tidak ada satupun negara yang bisa berdiri sendiri, ini hukum
ekologis”, kata seorang ilmuwan dengan emosi, “kita bisa menunda, atau siapa tahu
bisa menyetop bencana besar itu”, tambahnya. Seperti yang sudah-sudah, kali
inipun pembicaraan berjalan alot, terjadi beberapa kali deadlock dan rapat terpaksa
dihentikan sebentar. “Ini sudah kuduga”, kata seorang ilmuwan tua. “yaa”, sambung
yang lain serempak, “bukankah survey telah menunjukkan bahwa 9 dari 10 kita tidak
berharap ada perbaikan apapun yang bisa dicapai dari acara ini”, kata mereka
pesimis . Negara superpower Amerika yang menjadi penyumbang gas rumah kaca
dan polutan terbesar di dunia dan mengkonsumsi sepertiga sumberdaya alam di
seluruh bumi hanya untuk negara itu sendiri yang berpenduduk hanya 5% populasi
dunia tampaknya bersitegang lagi ketika pembicaraan masuk pada tahap
kesepakatan global perubahan iklim. Cina dan India sebagai pencemar bumi
terbesar nomer 2 dan 3 setelah Amerika, dua negara yang kini sedang mengalami
industrialisasi besar2an dan karena itu ditekan habis-habisan oleh negara2 barat
untuk mengerem laju pertumbuhannya, berdua mereka sepakat mengancam tidak
akan setuju menandatangani kesepakatan itu sebelum negara-negara maju terlebih
dulu tandatangan, “kalian sudah lebih dulu kaya, sekarang giliran kami”, kata mereka
berdua. Forum menjadi riuh. Terdengar oleh si orang kuno kasak-kusuk pemudapemudi
pintar yang seringkali berbicara kelewat keras, ceplosan gunjingan tidak
sedap tentang rencana kotor negara-negara kaya untuk melenyapkan 2.5 milyar
manusia kulit berwarna dengan jalan membuat penyakit menular yang ampuh
memematikan tetapi selektif hanya pada ras-ras tertentu saja di negara miskin yang
suka merepotkan dan gemar beranak banyak itu.

Si orang kuno menengok ke kanan-kiri, pelan-pelan dia mengamati raut wajah
semua yang hadir di sana, jiwanya yang halus bisa menangkap getaran
kegersangan, kehausan dan kegetiran dari jiwa orang2 di sekelilingnya. Matanya
yang lataif bisa menerawang jauh ke dalam sukma manusia-manusia modern itu,
dan “ahh, ini dia”, katanya, tampak olehnya di kepala orang-orang itu gambar alam
yang tidak punya tali penghubung vertikal dengan Ruh Alam Semesta, alam yang
hanya benda mati saja, yang tersusun hanya dari materi dan energi, titik, habis
perkara!. Diapun lalu terkekeh pelan, “kasihan orang-orang ini” ujarnya, “terlalu besar
harapan yang mereka gantungkan pada perhelatan akbar ini. Bagaimana mungkin
mereka bisa selesaikan masalah yang sebetulnya mereka bikin sendiri itu? Sama
mustahilnya seperti mengharap ayam jantan bertelur. Mereka telah membakar
tangannya dengan api yang mereka nyalakan sendiri”, katanya. Rupanya orang kuno
ini lebih cerdik dari semua yang hadir di sana. Albert Einstein yang super jenius pun
pernah mengatakan hal yang sama. Dia bilang, kita tidak akan bisa menyelesaikan
masalah dengan menggunakan cara berfikir yang persis sama dengan cara berfikir
yang kita pakai waktu kita membuat masalah itu. Krisis lingkungan lahir dari
modernisasi, jadi bagaimana mungkin kita bisa selesaikannya memakai cara berfikir
modern melulu? Kita perlu ganti kepala dan ganti mata untuk coba melihat dan
memikirkannya dengan worldview yang berbeda. Sesungguhnya, krisis lingkungan
lahir dari krisis spiritualitas manusia-manusia modern.

Climate change


Climate Change atau Perubahan Iklim timbul sebagai akibat dari bumi yang
makin panas atau dikenal dengan global warming. Para ahli meyakini perubahan
iklim sudah mulai terjadi dengan berbagai variasi dampak yang ditimbulkannya di
seluruh penjuru dunia. Tidak ada satupun negara yang bisa terbebas darinya,
perubahan iklim adalah bencana global. Sejak 1997 banyak konverensi diadakan
oleh berbagai lembaga yang didirikan dan bekerja keras mencari jalan untuk
meredakan, atau bahkan menyiapkan umat manusia untuk menerima dan
beradaptasi dengannya. Climate change dan Peak Oil atau habisnya minyak bumi
kini menjadi issue paling top dan paling hangat yang bahkan bisa membuat issueissue
global lain menjadi tidak berarti. Semua orang membicarakannya, ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu ikut terlibat, dari ilmu alam hingga psikologi dari kalangan bisnis hingga asuransi. Empat bulan sebelum acara di Copenhagen, pada 31 Agustus
2009, acara serupa diadakan di Geneve, Swiss, khusus untuk dunia ketiga Third
World Climate Conference. 1000 orang pengambil keputusan dan ilmuwan, termasuk
puluhan petinggi dari 150 negara menghadirinya. Pertemuan seminggu penuh itu
diselenggarakan oleh World Meteorological Organization dengan tujuan membantu
bangsa-bangsa dunia ketiga menghadapi perubahan iklim melalui pembuatan
mekanisme yang efektif untuk pengumpulan dan penyebaran berita iklim antar
negara. Banjir dan kekeringan diperkirakan akan menjadi dampak paling dominan di
banyak negara dunia ketiga, sedangkan makin dingin adalah dampak yang paling
mengerikan bagi negara2 kaya di utara ketika suplai minyak pun makin menipis,
sedangkan Australia akan mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Karena itu
negara tropis harus menyiapkan sistem pengairan yang baik dengan menampung
hujan untuk masa kekeringan, demikian juga antisipasi saluran air di perkotaan.
Konferensi di Copenhagen ini diharapkan bisa menelurkan kesepakatan
global yang akan menggantikan Kyoto Protocol yang tidak pernah berjalan baik
dimana Amerika Serikat terus menolak untuk menandatanganinya. Meski IPCC
(International Panel on Climate Change) lembaga yang dibentuk PBB untuk
memantau perubahan iklim menetapkan target penurunan emisi dari negara-negara
maju hingga 25-40% sebelum tahun 2020, hingga kini banyak negara kaya termasuk
Amerika Serikat belum mau menyepakatinya. Beberapa negara Afrika dan Asia walk
out dari negosiasi multinasional di Barcelona bulan lalu, mereka merasa terlalu
banyak tuntutan kepada mereka padahal negara kaya tidak mau berkorban banyak.
Protocol Kyoto tidak membawa manfaat apa-apa pada negara mereka.

Zaman Kaliyuga dan Kiamat 2012

Film Kiamat 2012 yang laris manis di Indonesia mungkin menyisakan
perenungan bagi sebagian mereka yang bisa mengambil hikmah dari tontonan itu,
bahwa manusia adalah lemah di hadapan kekuasaan yang Maha Kuasa, dan bahwa
ada ilmu pengetahuan lain diluar yang diberikan sekolah dan perguruan tinggi yang
mengetahui tentang hal-hal yang tidak kasat mata. Terlepas dari perdebatan tentang
film tersebut dari sudut pandang agama penulis bermaksud mengajak pembaca
merenungkan film itu dalam kaitannya dengan Climate Change yang tidak lain
adalah bentuk bencana alam yang perlu kita ketahui untuk dapat beradaptasi
dengannya. Kebanyakan umat Hindu meyakini sekarang adalah masa Kali Yuga
atau zaman ”kegelapan” sebagaimana juga umat Islam melihat banyak tanda2 akhir
zaman yang diramalkan dalam hadits2 Rashulullah telah menjadi kenyataan. Agama
Hindu mempunyai teori siklus kosmik yang terperinci membagi waktu dalam Yuga
dimana 4 Yuga sama dengan 1 Mahayuga, 71 Mahayuga sama dengan 1
Manvantara, 14 Manvantara sama dengan 1 Kalpa, dan 360 x 2 Kalpa sama dengan
1 Para atau 1 tahun Brahma. Di dalam setiap ”eon” atau Mahayuga – seperti di mana
kita berada sekarang – selalu terdapat 4 jenjang zaman yang merupakan siklus dari
Yuga, yaitu Krita-Yuga, Treta-Yuga, Dwapara-Yuga dan Kali-Yuga atau zaman
kegelapan. Dalam kitab Visnu-Purana yang merupakan kumpulan cerita-cerita kuno
yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia,
dituturkan:

“Pada masa Kali Yuga, dari hari ke hari kesalehan akan merosot, kecukupan
ketersediaan kebutuhan manusia terus berkurang hingga dunia benar2 dalam
kerusakan. Di zaman itu harta yang akan menentukan derajat seseorang, gairah
dan nafsu menjadi satu2nya alasan yang menyatukan pria dan wanita,
kebohongan menjadi alat mencari nafkah, wanita menjadi obyek kesenangan
sensual semata, bumi dinilai hanya dari tambang dan sumberdaya alam yang
ada di dalamnya saja, kepandaian menipu menjadi kunci kesuksesan,
melakukan sedikit saja kebaikan sudah dianggap cukup untuk penyucian diri.
Tidak ada lagi kepatuhan pada kasta, hukum, dan lembaga adat. Upacara dan
ritual yang diresepkan dalam Veda diabaikan. Wanita menuruti hanya kehendak
dirinya sendiri dan tergila-gila pada kesenangan duniawi. Pria dari semua lapisan
masyarakat menganggap dirinya Brahmin (ahli agama). Kaum petani
meninggalkan tanah pertanian dan kaum pedagang meninggalkan
perdagangannya untuk bekerja mengoperasikan alat-alat. Jalan Veda telah
ditinggalkan, manusia semakin jauh dari tradisi agamanya. Ketidak-adilan akan
meraja lela dan akibatnya umur manusia akan semakin pendek. Pada akhirnya
manusia akan berhenti menyembah Tuhan dan mengatakan “mengapa wahyu
dan Nabi harus mempunyai otoritas lebih dari akal kita?” “siapakah Tuhan itu?”
“untuk apa kita harus melakukan ritual ini dan itu?”.....

Di zaman Kali Yuga kasta yang paling dominan adalah shudra. Orang yang
kurang terpelajar akan mengajari kebenaran, kebajikan akan meredup dan
berhenti berkembang, orang-orang berilmu kelihatan lucu dan aneh. Orang tua
tidak peka terhadap yang muda, anak muda melawan yang tua. Pada zaman
Kali Yuga, para guru akan dilawan oleh muridnya. Mereka perlahan-lahan
kehilangan rasa hormat. Pelajarannya akan dicela dan Kama (nafsu) akan
mengontrol semua keinginan manusia.

Umat manusia akan kehilangan akal sehatnya, melemah raganya, mentalnya
dan rohaninya, akibatnya mereka akan senantiasa melakukan perbuatan dosa:
semua yang keji, kotor dan terencana untuk menghancurkan umat manusia akan
terjadi di zaman ini.

Ketika pohon-pohon berhenti berbunga, dan pohon-pohon buah berhenti
berbuah, maka pada saat itulah masa-masa menjelang akhirnya zaman Kali
Yuga. Hujan akan turun bukan pada musimnya ketika akhir zaman Kali Yuga
sudah mendekat”.

Jika dibaca dalam konteks universal pertanda zaman kali yuga yang dalam kitab
Visnu Purana ditulis memakai bahasa Hinduisme, hampir semua tanda2 tersebut
telah bisa dirasakan kehadirannya sekarang, terlebih dengan krisis global yang kini
melanda semua aspek kehidupan dan global warming yang mulai dirasakan
dampaknya pada perubahan iklim di seluruh bagian di bumi. Di sini, kita orang Timur
perlu mengenal perbedaan perspektif tentang waktu antara Barat dan Timur. Barat
melihat waktu sebagai garis lurus sedang Timur melihatnya sebagai siklus. Dalam
garis lurus tidak ada kesempatan ke-dua, semua harus dilakukan sebelum waktu
habis, sedang dalam perspektif siklus di Timur seperti teori siklus kosmik Hindu dan
doktrin Imam Mahdi di Islam umat manusia senantiasa punya
kesempatan menemukan kembali 'self renewing system' yaitu sistem yang akan
menghidupkan kembali dan berjalan lagi meski kita sendiri sudah tidak berada di
alam fana ini, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Nuh a.s. yang membawa setiap
pasang hewan dan setiap jenis tumbuhan dalam perahunya sebelum banjir besar itu
datang agar kelak ketika surut makhluk itu bisa kembali hidup dan berkembang biak.
Simbolisasi kisah Nabi Nuh menjadi ajaran agama yang paling relevan dalam melihat
persoalan perubahan iklim, bahkan beberapa bulan lalu Green Peace membangun
simbol kapal Nabi Nuh di gunung Ararat, Turki, yang diyakini sebagai tempat bahtera
Nabi Nuh mendarat. Gerakan yang dinamai Operation Noah dijalankan oleh
kelompok religius Kristiani di Inggris dan Amerika mengajak manusia menghadapi
perubahan iklim dengan keimanan. Namun, sebagaimana juga Nabi Nuh, pekerjaan
itu tidaklah mudah. Banyak dari kaum Nuh yang tidak mau mendengarkan bahkan
istri dan anaknya sendiripun tidak mengikutinya yang kemudian terbawa arus banjir
besar itu.

Terlepas dari perdebatan tentang film Kiamat 2012 dari sudut pandang agama
penulis bermaksud mengajak pembaca merenungkan film itu dalam kaitannya
dengan Climate Change atau perubahan iklim yang tidak lain adalah bentuk bencana
alam. Besar kecilnya dampak yang ditimbulkan di tiap2 tempat berbeda-beda, tetapi
tidak ada satupun negara yang terbebas dari bencana ini, bahkan negara super kaya
sekalipun bisa jadi jauh lebih rentan terhadap dampaknya dibanding negara miskin
jika ada ketergantungan yang tinggi pada negara itu terhadap negara lain untuk
suplai makanan, energi, dsb Dengan demkian dapat dikatakan semakin self sufficient
atau mandiri suatu tempat, semakin tinggi ketahanan tempat itu terhadap perubahan
iklim.

Alam adalah tadjalli (manifestasi) Tuhan


Dalam semua masyarakat tradisional di manapun juga manusia dipandang
sebagai pontiff atau jembatan antara Langit dan Bumi yang berperan menjadi
pemelihara dan penjaga alam. Konsep ini jelas berseberangan dengan konsep
manusia modern, yang memberontak pada kehendak Ilahi kemudian mengganti
perannya justru menjadi perusak alam. Manusia yang semula makhluk yang
diturunkan dari atas atau Surga untuk hidup harmonis dengan alam dan semua
ciptaanNya, kini melalui teori evolusi menjadi makhluk yang muncul dari bawah
kemudian menjadi predator paling mematikan bagi semua makhluk yang lain. Di
sinilah keterkaitan kerusakan lingkungan dengan krisis spiritualitas yang melanda
umat manusia modern jelas terlihat. Melihat manusia sebagai pontiff adalah sebuah
cara pandang komprehensif atau weltanschauung yang menganggap manusia
sebagai “wajah Tuhan”. Dalam Islam ini dinyatakan jelas di dalam hadits qudsi
khalaqa’Llahu Adama ala suratihi yang berarti Tuhan menciptakan manusia sesuai
bentukNya. Namun, hadits ini hendaknya tidak dipahami secara antropomorfis. Islam
memandang manusia sebagai khalifah di bumi yang bertugas mengurus bumi, tetapi
kekhalifahan itupun dikomplementasi dengan kehambaan manusia sebagai abdi atau
pelayan Tuhan (al-ubudiyah) . Dalam Islam tradisional alam dipandang sebagai
tanda-tanda Tuhan (ayat) yang memantulkan sifat-sifatNya. Banyak ayat di Quran
yang menyebut ‘alam terlihat’ atau ‘termanifestasikan’ (alam syahadah) dan “alam
tak terlihat” (alam ghaib). Alam syahadah bukanlah sebuah realitas yang berdiri
sendiri secara independent melainkan manifestasi dari alam yang jauh lebih besar.
Alam syahadah bagaikan apa-apa yang terlihat di sekita api unggun yang menyala di
tengah padang pasir sangat luas di malam gelap, semua yang tampak itu pelan2
melenyap ke dalam gelap yang luas di sekitarnya. Apa-apa yang tampak hanyalah
bagaikan debu di tengah lautan luas yang tak tampak yang menjadi ‘lingkungan’
yang sesungguhnya bagi yang tampak itu. Demikianlah hubungan halus dan rumit
antara “alam tampak” (syahadah) dan “alam tak tampak” (ghaib). Quran
menyebutkan di surat IV.126 bahwa Allah bersifat al-Muhit yaitu yang Maha
Melingkupi, dalam bahasa Arab al-muhit juga bisa berarti ‘lingkungan’. Krisis
lingkungan terjadi karena manusia tidak lagi melihat Tuhan yang Maha Melingkupi
sebagai “lingkungan ilahiyah” yang menopang alam semesta dan tidak lagi
mengenali kesakralan alam sebagai karya agung dari yang Maha Berkarya.
Pertambahan penduduk yang melonjak tajam akibat perbaikan sanitasi, ilmu
kesehatan dan teknologi medis telah menciptakan obat-obatan yang menakjubkan
sekaligus mengerikan dengan mengganggu keseimbangan alam karena kelebihan
penduduk berarti melanggar kemampuan daya dukung alam untuk menghidupi
manusia. Ledakan jumlah penduduk justru terjadi di negara-negara yang selama
ribuan tahun memiliki angka kematian bayi yang tinggi. Ini persoalan etika dan
spiritual yang sangat pelik. Hanya ketika para pemuka agama bisa memahami
kepelikan kaitan ilmu ekologi, spiritual dan etika, kita akan berhenti memperdebatkan
hukum halal dan haram dalam pembatasan kelahiran.

Keindahan di balik Climate Change


Si orang kuno peserta dari masa lampau itu bergegas meninggalkan
konferensi yang makin ricuh. Para undangan kelihatan makin kecewa sampai-sampai
pemimpin sidang pun harus mengumumkan bahwa konferensi memang bertujuan
membuat kesepakatan pada tingkat garis besar saja, detailnya akan dikerjakan
panitia-panitia kecil yang akan dibentuk lagi setelah sidang selesai. “Kita butuh
pemimpin, bukan politisi”, kata direktur eksekutif Greenpeace yang berasal dari
Afrika Selatan itu, “kalau politisi tidak mau mengganti politiknya, maka kita yang
harus mengganti politisinya”, serunya. Si orang kuno bergumam lirih dalam hati,
“tidak mungkin, tidak mungkin, mereka tidak akan bisa menyelamatkan alam
sebelum mereka menemukan kembali tali penghubung vertikal antara alam dengan
Ruh alam semesta” gumamnya. Sekali lagi dia mencuri pandang melihat wajah2
orang di sekitarnya, tidak tampak olehnya tanda-tanda perenungan di sana, mereka
mahluk duniawi semata yang memutlakkan dunia dan memuja egonya. Seorang
bijak seperti dia bagaimanapun juga senantiasa melihat Tuhan ada di mana-mana,
termasuk di tengah kekalutan itu. Dia tetap bisa melihat ketika gelap, tetap
mendengar ketika sunyi, dalam kegelapan dia sendiri yang melihat cahaya, dalam
kesunyian dia sendiri yang bisa mengenali harmoni. “Bencana ini akan membuat
manusia-manusia ini menjadi lebih baik”, katanya sambil tersenyum arif. “mereka
akan terpaksa bersama-sama menjadi miskin di hadapan yang maha Kaya, mereka
akan terpaksa kembali mengenal dan berkumpul dengan keluarga, teman dan
kerabatnya, mereka akan terpaksa mencangkul untuk menanam makanannya dan
kembali mengenal alam yang selama ini menjadi sumber rejekinya, mereka akan
terpaksa hidup seadanya, berjalan dan mengayuh sepeda ke mana-mana dan
mencari kesenangan-kesenangan sederhana. Kemiskinan dan penderitaan itu akan
meletakkan laki-laki dan perempuan ini di hadapan misteri, dan akhirnya mereka
terpaksa kembali mengenal Ruh alam semesta yang memberikan rejekinya”, ujarnya.

Artikel telah disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Sunday, November 29, 2009

Integrasi data rantai pasokan, kunci dari profit.

Dalam supply chain management, data yang berdiri sendiri dari masing masing rantai akan menimbulkan biaya yang tinggi, membuat tidak fleksibel, dan akibatnya profitpun terancam. Bagaimana mengubahnya, berikut risalah tulisan dari F John Reh, About.com.
Integrasi Data.

Ketika perusahaan mulai berdiri, tidak banyak data yang diperlukan. Hampir semua data disimpan dalam kepala seorang pemilik perusahaan, pemasok atau pelanggan mendapatkan data dengan bicara panjang lebar.
Kemudian dengan berkembangnya perusahaan, maka mulailah data dibuat di beberapa tempat oleh beberapa orang, misalnya data produksi, data finansial, dan data marketing. Dan bicara panjang lebarpun sudah tidak bisa membuat data terkumpul dengan cepat, akibatnya proses finansial perusahaan jadi melambat, marketing jadi menurun, dan produksi jadi bulan bulanan. Akhirnya tumbuhlah kebutuhan untuk merangkum data data tersebut secara periodik, mingguan atau harian. Dan saat ini, dunia bisnis sudah membutuhkan lebih dari rangkuman periodik, dunia bisnis saat ini membutuhkan data yang saling terikat setiap saat, saling terhubung setiap saat, dan data yang akurat setiap saat. Real Time Visibility sudah dimulai.
Kunci sukses dan profit perusahaan perusahaan saat ini dan dimasa mendatang adalah seberapa cepat data terintegrasi dan seberapa akurat data tersebut. Dan itu melalui penguasaan teknologi informasi.

Langkah langkah integrasi data.

Untuk menata data data memang terdengar mudah, namun sangat besar tantangannya. Selain penguasaan teknologi informasi, dibutuhkan visi yang kuat, kemauan baja, kesabaran biksu, dan kedewasaan untuk mencapainya. Namun begitu berikut langkah langkah menuju data yang terintegrasi

1. Tentukan data data apa yang perlu di integrasikan [misal: finansial, purchasing, produksi, dan customer service].
2, Tunjuk siapa yang mengumpulkan dan mengolah data data tersebut.
3. Tentukan siapa pemilik data hasil integrasi tersebut, sebagai penanggungjawab atas kualitasnya.
4. Diskusi dengan pemilik data tersebut tentang apa yang diinginkan dari data integrasi itu, bukan hanya apa yang bisa didapatkan.
5. Tentukan bahasa standard, dan tempat dimana data itu akan diproses, diolah dan disimpan.
6. Adakan proses pengadaan berdasarkan hasil hasil spesifikasi diatas.
7. Terus satukan persepsi bahwa data itu nantinya adalah data integrasi dari perusahaan bukan lagi data masing masing bagian.
8. Aktifkan sistem integrasi data yang baru dan segera matikan sistem yang lama.
9. Saatnya memperhatikan dan mengevaluasi, apakah finansial status membaik.

Dengan integrasi data ini kita akan mengurangi biaya biaya produksi, meningkatkan produktifitas, dan profit akan terkontrol.

Tindakan bijak yang membuat Anda cepat menjadi Manajer atau GM

Janganlah minder dan anda tidak akan lambat dipromosikan gara-gara tidak memiliki Blackberry. Itu hanya mode dunia. Komunikasi terbaik di dunia kerja tetaplah yang personal, verbal, dengan gerak tubuh, visual dan tatap muka. Perkuat dan berlatihlah skill komunikasi verbal Anda dengan lebih baik, apalagi berkelas empatik. Leadership adalah tentang human. Jika Anda memiliki teknologi canggih, komunikasi Anda haruslah lebih canggih, lebih kreatif dan lebih memberi added-value bagi kehidupan dan bagi bisnis Anda, bukan?

Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694 (sms/ telp, pro historian)
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Sunday, November 22, 2009

Eksplanasi: Pengejawantahan Data dan Fakta dalam Penulisan Sejarah.

Eksplanasi sering dikenal dengan istilah penjelasan dalam setiap kajian ilmiah. Menurut D. H Fischer, kata eksplanasi sendiri berasal dari explain atau penjelasan; eksplanasi berarti membuat terang, jelas dan dapat dimengerti.

Dalam eksplanasi data, fakta maupun fakta sejarah memegang peranan yang sangat penting. Data dan fakta ini berguna bagi pen-diskripsian kerangka wacana dalam eksplanasi.

Penjelasan yang dilakukan dalam eksplanasi memungkinkan para pembacanya untuk memahami dan mengerti akan maksud yang terkandung dalam penjabaran tersebut. Dalam suatu peristiwa sejarah, hendaklah bisa ditunjukkan unsur-unsur wujud peristiwa (what), pelakunya (who), tempat terjadinya peristiwa (where), waktu kejadian (when), unsur mengapa atau latar belakang kejadian (why) dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut bagaimana mungkin peristiwa itu bisa terjadi (how).

Dengan sendirinya, penjelasan yang menyangkut why (mengapa) dan how (bagaimana) terutama menjadi perhatian penting dalam keterangan sejarah, sebab di sinilah kekhususan ciri-ciri sejarah itu bisa dilihat. Seperti halnya dalam jurnalisme yang sangat menekankan 5 W + 1 H, maka begitupula eksplanasi dalam sejarah menerapkannya. Dalam melakukan eksplanasi, semua ilmu bisa digunakan, baik itu mengambil dari ilmu sosial, maupun dari ilmu sejarah itu sendiri. Demikian pula dengan imajinasi dan logika. Semuanya berperan besar dalam proses eksplanasi tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam eksplanasi inipun seorang sejarawan akan “berpetualang” kembali dalam lautan imajinasinya. Tanpa “petualangan” tersebut, dapat dipastikan banyak hal yang tidak bisa dituliskan, apalagi diterangkan. Seperti yang dinyatakan oleh Collingwood, yang menekankan keistimewaan yang bisa dilakukan oleh sejarawan terhadap objeknya dibandingkan yang hanya mampu dilakukan oleh scientist, yaitu dengan jalan ”re thinking them in his own mind”, (memikirkan kembali dalam pemikiran sejarawan sendiri). Dengan maksud bahwa sejarawan mampu menerobos alam pikiran pelaku sejarah secara imajiner, mencoba menempatkan dirinya ke dalam alam pikiran para pelaku sejarah yang bersangkutan. Ini dianggap merupakan unsur pokok ke dalam “cara berfikir historis” (historical thinking) yang menjadi dasar “cara menerangkan dalam sejarah” (historical eksplanation).

Dalam eksplanasi ini dapat dilihat adanya manfaat dari kematangan seorang sejarawan untuk dapat merangkai semua data dan fakta yang diperolehnya untuk menjadikan sebuah penulisan. Dalam eksplanasi inipun akan jelas terlihat bagaimana tingkat kreatifitas sejarawan dalam membuka wacana para pembacanya. Penjelasan yang baku seringkali ditingggalkan oleh para pembacanya. Sedang penjelasan yang ringan tapi berbobot menjadikan para pembacanya seolah-oleh enggan untuk meninggalkan bahan bacaan yang dibacanya. Di sinilah ajang pembuktian keahlian seorang sejarawan dapat dibuktikan.

Referensi:

Kuntowijoyo. 1997. Metodologi Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Helius Syamsuddin. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Depdikbud.


Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Kekuatan unggul ilmu sejarah

Keunggulan sejarah dapat dilihat dari kemampuan handalnya menembus berbagai lintas bidang menjadi satu kesatuan yang utuh bukan malah semakin terdiferensiasi.

Sifat ilmu sejarah yang multidimensional sebab memanfaatkan waktu sebagai pengikat dan katalisator analisis fakta dan peristiwa terangkai dalam kronologis yang utuh.

Imajinasi Sejarah: Penyatuan Serpihan Materi Peristiwa

Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan intelektual dan ini suatu cara yang utama untuk memahami sejarah (Paul Veyne, 1971:71; Tosh, 1985:94).

Apakah itu imajinasi? Apakah sejarah memerlukan imajinasi dalam penulisannya? Tidak takutkah bila imajinasi tersebut dapat berkembang menjadi sebuah fiksi? Bagaimana cara membatasi sebuah imajiasi dalam penulisan sejarah? Mungkinkah imajinasi tersebut nantinya menjadi sebuah imajinasi yang cukup obyektif?
Pertanyaan-pertanyaan seperti tertulis di atas kadangkala “menggelitik” para sejarawan dalam menerapkan metode penelitian sejarahnya. Memang, imajinasi yang berlebihan dapat menjadikan obyek yang di-imajinasikan bisa jauh dari keadaan yang sebenarnya. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pembatasan yang jelas tentang peng-interpretasi-an imajinasi tersebut.

Menurut Kuntowijoyo, seorang sejarawan, dalam pekerjaannya harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudahnya (Kuntowijoyo, 2001:70). Dalam kasus seperti ini, batasan yang dipakai sangat jelas. Pembatasan yang seharusnya dilakukan adalah, membatasi imajinasi yang berkembang khusus pada keadaan yang sebenarnya terjadi. Jadi jika imajinasi yang berkembang menjadi meng-interpretasi-kan keadaan yang bukan sebenarnya terjadi, maka telah terjadi manipulasi peristiwa yang sebenarnya.

Imajinasi dalam Sejarah dan Imajiasi dalam interpretasi Fiksi

Imajinasi dalam sejarah dan imajinasi dalam interpretasi fiksi sangat beda. Oleh karena itu, di sini penting memilah antara imajinasi sejarah dan imajinasi fiksi. Imajinasi sejarah merupakan imajinasi yang dilakukan seorang sejarawan atau seorang sumber sejarah dalam mengungkap sebuah peristiwa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Imajinasi fiksi (seperti sastra atau ruang lingkup fiksi lainnya) secara singkat dapat dikatakan sebagai pengungkapan imajinasi yang terus berkembang tanpa batas yang jelas.

Walau dalam novel sejarah, ada beberapa kasus sejarah yang berusaha ditampilkan atau minimal sebagai bahan “pembangkit” awal masalah atau mungkin “hanya” sebagai pendahuluan yang dikonstruksi sebagai jalan masuk ke dalam cerita (latar belakang peristiwa atau tempat atau bahkan sebagai pendahuluan), tetapi sebagian besar cerita dalam novel tersebut telah “tercemar” dengan faktor imajinasi sang penulis. Untuk itu perlu ditegaskan di sini bahwa imajinasi sejarah dan imajinasi fiksi merupakan dua hal yang beda.

Sebagai contoh, dalam imajinasi sejarah, seorang sejarawan harus mampu untuk ber-imajinasi tentang sejarah yang akan digalinya. Misalnya, dalam Perang Aceh, ia (sejarawan) harus mampu berimajinasi mengenai pantai, hutan, desa, meunasah, istana, mesjid, dan bukit-bukit. Mungkin ia akan bisa memahami Teuku Umar melalui pemahaman imajinernya tentang pantai, erlawanan Tjoet Nyak Dhien melalui hutannya, dan penyebaran cita-cita perang Sabil lewat imajinasinya tentang desa, meunasah, dan mesjid (Kuntowijoyo, 2001:70).

Tuntutan dalam Interpretasi Sejarah

Petualangan yang menguntungkan dalam penelitian sejarah hanya dapat kita memulainya bila mengidentifikasikan suatu masalah yang membingungkan dan kemudian merumuskannya dengan benar (Consuelo G. Sevilla et.al.:63). Dalam kasus ini, seorang sejarawan dituntut untuk dapat meng-interpretasi-kan sebuah masalah dengan cukup obyektif, sesuai dengan materi yang sebenarnya. Di sinilah imajinasi dalam sejarah diperlukan. Sebuah imajinasi dengan batasan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan imajinasi dalam interpretasi dan eksplanasi menjadi mutlak disaat kasus yang sulit menjadi penghalang dalam meng-interpretasikan masalah yang dihadapi.

Selain batasan tersebut diatas, faktor continuitas dan akronisme menjadi faktor yang harus diperhatikan. Kesinambungan dan urutan waktu dalam interpretasi maupun ekplanasi menjadi hal yang wajib ditaati agar tidak terjadi fallacies (kesalahan-kesalahan dalam penulisan). Sangat lucu jika fakta yang kita rangkai tidak sinambung dan urutan waktunya berloncatan. Maka tuntutan seorang sejarawan dalam meramu fakta secara continuitas dan akronisme, sangat mutlak dilakukan. Hal ini untuk menghindari kerancuan dalam sejarah dan sebagai landasan yang kuat dalam menerima serbuan kritik.

Referensi

Consuelo G. Sevilla et.al. Pengantar Metodologi Penelitian. UIP.

Helius Sjamsudin. 1994. Metodologi Sejarah, Departeman P & K, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.


Artikel disadur kembali oleh:
Hamdina Organizer
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

Wednesday, April 15, 2009

If u want to be a Sejarawan.

Semua orang bisa menjadi sejarawan, apabila telah mengetahui hakikat dari ilmu sejarah dengan baik dan benar serta mampu mengaplikasikan ilmu tersebut secara bermanfaat.



TUNTUTAN untuk mereinterpretasi sejarah nasional merupakan imbas yang tidak terelakkan. Tesis Ralph Waldo Emerson, There is Properly No History; Only Biography agaknya lebih cocok dengan rentang perjalanan sejarah nasional Indonesia. Sejak dimulainya penulisan sejarah istana-centris pada masa kerajaan-kerajaan, sejarawan selalu dekat dengan kekuasaan. Demikian juga dengan historici kolonial. Mereka akan menulis orang-orang di seputar kekuasaan dan reputasi baiknya tanpa kritik. Belum ada sejarawan amatir yang diakui sebagai bagian besar optimalisasi yang mandiri dari penulisan sejarah dan menulis keadaan masyarakat secara umum yang diakui setara.

The main objective of this presentation is to explore the ways this blog can help you develop a love of history like a 'sejarawan'. "Perhaps with the increased personalization and individualization of learning, we can return to a Socratic dialogue between novices and experts in a mass education system rather than in one where education was for the privileged minority (...). One of the significant features of dialogue is that it emphasizes collective, as opposed to solitary, activity." (Michelle Selinger, Connected Schools, Cisco Systems)

If we accept the perspective that the teacher's main task is to facilitate "learning" we will set in our aims tha need of providing "elements" to learn (call it contents that develop objectives and are assessed according to pre-set criteria) and "reasons" for learning. It is an accepted standard view that more "teaching" time does not lead to more "learning". I believe this blog, on humanistic grounds (i.e., as a tool to foster guided and/or independent work; as a strategy to help students "face" the multi-faceted aspects of a given topic; as a lead to "unveil" knowledge, but considering that the use of blog is part of a whole where classroom interaction, collaboration and respect for others in their capacities) can help and foster autonomy and can produce a good deal of collaborative work. Our role might be "leading" to the use or in the use of those programs allowing room for creativity, for collaboration and for extra-classroom extension.

Tragisnya, sampai hari ini sejarawan akademis tidak pernah merasa bersalah apalagi menangisi kematian kebebasan menafsirkan sejarah obyektif bangsanya, lingkungannya, masyarakatnya, dan setiap personal. Sejarawan senior, Kuntowijoyo, dalam pembuka buku Metodologi Sejarah menandaskan, sejarawan adalah penulis sejarah! Tidak peduli dia bekerja sebagai apa. Kenyataan ini sering diingkari karena setiap penulisan sejarah selalu didominasi sejarawan akademis yang terpayungi otoritas keilmiahan sampai kenegaraan.

Sejak seminar nasional sejarah pertama dekade 1960-an, yang kedua (1970), sampai ketiga (1981), isu besar yang dibahas adalah pencarian bentuk kesepahaman penulisan sejarah nasional yang bisa mencakup semua titik-titik puncak sejarah lokal yang berdimensi nasional. Pada saat yang sama juga dirumuskan berbagai macam urusan metodologi dan aneka pendekatan yang lebih mutakhir dalam penulisan ilmu sejarah. Hasilnya adalah buku sejarah nasional 7 jilid yang kini dikritik habis-habisan, bahkan oleh pihak-pihak yang dulu mendukungnya.

Bagaimana pun sejarah merupakan hal penting. Di dalamnya ada landasan eksistensi, harga diri, kebanggaan, kritik, dan alasan untuk introspeksi. Pekerjaan penulis sejarah, jika diartikan sebagai profesi independen yang disandangkan pada sejarawan akademis, dapat diubah pada pengertian yang lebih sederhana. Kerangka penguatan sipil sebagai landasan otoritas tertinggi dalam negara demokrasi tetap mengharuskan dihormatinya institusi independen yang lahir dari rahim masyarakat sipil yang mempunyai dinamika tersendiri. Sehingga berapa pun rezim berganti, masyarakat akan selalu berminat untuk menuliskan sejarahnya dengan mandiri.

Akhirnya, sejarah nasional bisa diartikan sebagai rangkuman sejarah masyarakat dalam tingkatan lokal yang tertulis dengan lebih beragam. Sejarawan akademis tidak lagi memegang proses tunggal normalisasi sejarah nasional dan interpretasinya yang bersifat menghakimi. Sejarawan akan kembali menjadi milik masyarakat, bukan negara, dan setiap penulisan sejarah dalam semua level akan saling memanfaatkan satu sama lain untuk tujuan universal penulisan sejarah.

Wednesday, March 25, 2009

(US$) Dollar is not strong enough.

American Dollar is not strong enough and doesn't powerfull today. Memang jatuhnya nilai dolar akhir-akhir menjadi berita besar di pasar modal internasional. Fenomena ini telah mulai terasa pada pertengahan tahun 2004. Nilai mata uang sesuatu negara sering dipandang selaku mencerminkan kekuatan ekonomi negara bersangkutan. Tetapi menurut pakar tidak selamanya demikian. Perubahan dalam nilai lawan mata uang selalu menolong beberapa sektor ekonomi, tetapi juga merugikan sektor lainnya.

Ketika nilai euro mencapai level tertinggi US$ 1,52, Jean-Claude Trichet, presiden bank sentral Eropa, mengatakan kepada wartawan bahwa ia prihatin dengan cepatnya apresiasi euro sembari "menggarisbawahi" kebijakan resmi US Treasury yang mendukung upaya meningkatkan nilai dolar. Beberapa menteri keuangan Eropa kemudian menyuarakan tema serupa.


Sebenarnya AS jelas tidak memiliki kebijakan khusus mengenai dolar selain daripada membiarkan pasar menentukan nilai mata uang tersebut. Pemerintah AS tidak campur tangan dalam pasar valas untuk mendukung dolar, dan kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) juga tidak diarahkan mencapai tujuan tersebut. Begitu juga Fed tidak secara khusus berupaya menurunkan nilai dolar. Walaupun tindakannya yang menurunkan suku bunga Dana Federal dari 5,25 persen pada musim panas 2007 menjadi 3 persen menyebabkan depresiasi dolar, hal itu dilakukannya untuk merangsang ekonomi AS yang sedang melemah.


Meskipun demikian, semua Menteri Keuangan AS, setidak-tidaknya mulai Robert Rubin pada pemerintahan Clinton, berulang kali mengatakan "dolar yang kuat baik untuk Amerika" bila ditanya mengenai nilai dolar. Tapi, walaupun ini tampaknya merupakan pernyataan yang lebih responsif daripada sekadar "no comment," ia tidak banyak mengisyaratkan tindakan apa yang akan diambil pemerintah saat itu dan di masa depan.


Sebenarnya, satu-satunya tujuan Kementerian Keuangan AS yang eksplisit pada waktu ini adalah menekan Cina agar meningkatkan nilai mata uangnya, renminbi, dan dengan demikian mengurangi indeks rata-rata tertimbang (weighted average) perdagangan global dalam mata uang dolar. Tekanan terhadap Cina ini konsisten dengan kebijakan AS yang mendorong negara-negara di dunia membiarkan pasar keuangan menentukan sendiri nilai tukar mata-uangnya masing-masing.


Sudah tentu ada benarnya pernyataan bahwa dolar yang kuat menguntungkan masyarakat Amerika, karena ia memungkinkan mereka membeli produk-produk dari luar negeri dengan harga yang lebih murah dengan dolar yang mereka miliki. Tapi walaupun turunnya nilai dolar mengurangi daya beli orang-orang Amerika, efeknya tidak besar karena impor hanya 15 persen dari produk domestik bruto AS. Maka itu, depresiasi dolar sebesar 20 persen hanya mengurangi daya beli orang-orang Amerika sebesar 3 persen.


Pada saat yang sama, turunnya nilai dolar membuat produk Amerika lebih bersaing di pasar global, sehingga akan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Nilai dolar sudah menurun selama dua tahun terakhir ini bukan saja terhadap euro, tapi juga terhadap mata uang lainnya, termasuk yen Jepang dan renminbi Cina. Menurut indeks rata-rata tertimbang perdagangan global yang riil, dolar turun sebesar 13 persen terkait dengan nilainya pada Maret 2006.


Diperlukan peningkatan daya saing barang dan jasa Amerika untuk menciutkan defisit perdagangan AS yang besar itu. Bahkan dengan turunnya nilai dolar dan naiknya nilai ekspor sebesar 25 persen selama dua tahun terakhir, AS masih mengalami defisit perdagangan sekitar US$ 700 miliar (5 persen dari PDB) pada akhir triwulan keempat 2007. Karena impor US besarnya hampir dua kali lipat ekspor, maka diperlukan kenaikan ekspor sebesar 20 persen untuk mengimbangi kenaikan impor sebesar 10 persen. Artinya, dolar harus turun lebih rendah lagi untuk menciutkan defisit perdagangan ke tingkat yang berkesinambungan.


Investor di seluruh dunia juga ingin mengurangi dolar yang dimilikinya, karena tiga alasan utama. Pertama, suku bunga euro dan obligasi Inggris lebih tinggi daripada surat berharga AS serupa, sehingga investasi dalam mata uang tersebut lebih menguntungkan daripada investasi dalam mata uang dolar.


Kedua, karena AS mengalami defisit perdagangan yang besar yang hanya bisa diatasi dengan dolar yang lebih bersaing (sementara negara-negara zone euro secara kolektif mengalami surplus perdagangan), maka investor mengharapkan nilai dolar cenderung turun. Penurunan nilai dolar yang dapat diprediksi ini membuat hasil perolehan dari obligasi dalam mata uang dolar, bahkan relatif lebih rendah lagi daripada selisih suku bunga itu sendiri.


Akhirnya, setiap tahun investor menambahkan hampir satu triliun dolar berupa net dollar securities ke dalam posisinya, dan dengan demikian meningkatkan risiko berlanjutnya akumulasi dolar. Dengan turunnya total yield dan naiknya portfolio risk, maka tidak mengherankan bila investor di seluruh dunia ingin menjual dolarnya.


Walaupun investor asing masing-masing bisa menjual surat berharga dalam mata uang dolar yang mereka miliki, mereka hanya bisa menjualnya kepada investor asing lainnya. Selama AS mengalami defisit neraca pembayaran, klaim surat berharga milik investor asing terhadap ekonomi AS pasti meningkat. Tapi walaupun investor asing tidak lagi mau memegang surat berharga dalam mata uang dolar, upaya mereka untuk menjualnya akan terus menurunkan nilainya sampai berkurangnya kemungkinan dan berkurangnya kekhawatiran menurunnya nilai dolar lebih lanjut membuat mereka bersedia menahan sisa surat berharga dalam mata uang dolar yang mereka miliki.


Daripada cuma mengharapkan agar nilai dolar tidak turun lebih rendah lagi, pemerintah di negara-negara Eropa perlu mengambil langkah merangsang permintaan domestik guna menghentikan anjloknya penjualan dan hilangnya pekerjaan dengan dolar yang lebih bersaing. Bukan tugas yang mudah karena bank sentral Eropa harus tetap waspada terhadap meningkatnya inflasi, serta karena banyak negara Uni Eropa mengalami defisit fiskal yang cukup besar.


Dengan terbatasnya ruang gerak bank sentral Eropa, maka dilakukannya perubahan regulasi dan pindah persneling ke gigi netral pendapatan dalam struktur perpajakan (misalnya kredit pajak investasi sementara yang dibiayai dengan kenaikan sementara tarif pajak korporasi) bisa memberikan rangsangan yang dibutuhkan untuk mengimbangi turunnya net exports. Karena itu, penting bagi negara-negara Uni Eropa mengalihkan perhatiannya kepada tantangan baru ini.


Monday, March 23, 2009

Universal Revolution

The world is changing, not yet get happy end. Perubahan adalah hukum abadi. Beberapa perubahan yang telah terjadi di dunia hingga alam semesta adalah proses yang konsisten, dan terselenggara oleh keberadaan ruang dan waktu. Others have held that the only way to make sense of change is as an inconsistency. Pendapat lain telah menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk memahami perubahan adalah dengan memahaminya sebagai ketidaksesuaian.

Perubahan dpt menembus hal-hal yang sangat personal pada kehidupan kita. One can think of it in a very general way as alteration. Salah satu yang dapat berpikir dalam cara yang sangat umum sebagai perubahan. But alteration in a thing raises subtle problems. Tetapi perubahan dalam hal pribadi terkadang menimbulkan masalah. One of the most perplexing is the problem of the consistency of change: how can one thing have incompatible properties and yet remain the same thing? Salah satu yang paling membingungkan adalah masalah konsistensi perubahan: bagaimana bisa ada satu hal yang bertentangan (bertolakbelakang namun tetap hal yang sama?

Setiap peristiwa yg terjadi dalam ruang dan waktu alam semesta termasuk dunia pasti memiliki tiga unsur: masa lampau, saat ini, dan waktu yg akan datang, tapi ini adalah suatu kontradiksi. The only way out of the contradiction is to say that the event is past, present and future at different times; but the same question arises about the temporal instants themselves, which would force us to appeal to a further time series to avoid the contradiction. Satu-satunya jalan keluar dari kontradiksi yang mengatakan bahwa acara ini adalah masa lalu, sekarang dan yang akan datang pada waktu yang berbeda, tetapi muncul pertanyaan yang sama tentang instants sementara itu sendiri, yang akan memaksa kita untuk naik banding ke sebuah rangkaian waktu lebih untuk menghindari kontradiksi.

Two millennia of philosophical history show in the greater sophistication of McTaggart's argument over those of the Greeks. Dua ribuan tahun yang muncul dalam sejarah filosofis yang apapun kita buat, dan banyak telah ditulis mengenai itu, ia menyoroti serta mempertanyakan sifat yang nyata dari petikan waktu. However, one thing can be said about all the above denials of change: they all argue against change on the ground that it implies a contradiction. Namun, satu hal dapat dikatakan tentang semua perubahan di atas denials mereka semua membantah terhadap perubahan di lapangan yang menunjukkan suatu kontradiksi.

Artinya, dalam perubahan itu sendiri fenomena kontradiksi/ paradoks hanyalah gejala yang bias. Ia sesungguhnya merupakan satu kesatuan dan tidak menimbulkan chaos/ ketidakberaturan. Apapun yang terlihat dari luar belum tentu intinya memang seperti itu. Sesungguhnya Tuhan menjalankan alam semesta dengan keindahan misterinya tersendiri. Existensi tersebut muncul dikarenakan kehendak dan kekuasaan-Nya.

Monday, August 27, 2007

Islam Fundamentalis Versus Islam Modernis

Saya pernah baca buku tentang Islam Fundamentalis Versus Islam Modernis milik seorang teman, saya lupa entah siapa pengarang maupun penerbitnya. Yang jelas pertentangan antara kedua kubu di atas sudah terjadi sejak lama. Pertentangan ini sendiri bukan dalam artian saling baku hantam dengan kekuatan fisik atau senjata namun dalam hal perbedaaan pendapat dan ide. Saya tidak memihak salah satu diantaranya,namun saya prihatin sekaligus memahami berbagai alasan kedua kubu di atas dalam memperjuangkan ide-ide mereka. Ketika AS menginvasi Afghanistan sebagai sesama saudara muslim saya sangat marah. Bahkan ketika AS juga kembali menginvasi Irak sebagai negara berdaulat, kebencian terhadap AS terutama pemerintahan Bush Junior saya rasakan semakin meningkat. Perasaan benci ini menimbulkan sikap simpatik kepada golongan-golongan yang oleh AS sebagai "Negara-Negara Terroris" seperti Iran misalnya. Perasaan simpatik tersebut kembali menyeruak ketika Milisi Hezbollah berhasil mematahkan serangan militer Israel yang notabene adalah militer yang paling ditakuti di Timur Tengah. Jadi tidak salah apabila pengaruh Islam Fundamentalis semakin menguat di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Saya sendiri meskipun bukanlah seorang muslim yang taat tetapi tetap peduli dengan saudara-saudara kita di Irak, Afghanistan, Libanon selatan, Filipina Selatan, Thailand Selatan yang tengah berjuang mempertahankan hidup mereka. Saya takut semakin lama kebencian ini makin menumpuk dan pada akhirnya akan merugikan kita semua karena pada akhirnya kaum modernis Islam akan kehilangan pengaruh mereka.

Followers