Monday, August 27, 2007

Islam Fundamentalis Versus Islam Modernis

Saya pernah baca buku tentang Islam Fundamentalis Versus Islam Modernis milik seorang teman, saya lupa entah siapa pengarang maupun penerbitnya. Yang jelas pertentangan antara kedua kubu di atas sudah terjadi sejak lama. Pertentangan ini sendiri bukan dalam artian saling baku hantam dengan kekuatan fisik atau senjata namun dalam hal perbedaaan pendapat dan ide. Saya tidak memihak salah satu diantaranya,namun saya prihatin sekaligus memahami berbagai alasan kedua kubu di atas dalam memperjuangkan ide-ide mereka. Ketika AS menginvasi Afghanistan sebagai sesama saudara muslim saya sangat marah. Bahkan ketika AS juga kembali menginvasi Irak sebagai negara berdaulat, kebencian terhadap AS terutama pemerintahan Bush Junior saya rasakan semakin meningkat. Perasaan benci ini menimbulkan sikap simpatik kepada golongan-golongan yang oleh AS sebagai "Negara-Negara Terroris" seperti Iran misalnya. Perasaan simpatik tersebut kembali menyeruak ketika Milisi Hezbollah berhasil mematahkan serangan militer Israel yang notabene adalah militer yang paling ditakuti di Timur Tengah. Jadi tidak salah apabila pengaruh Islam Fundamentalis semakin menguat di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Saya sendiri meskipun bukanlah seorang muslim yang taat tetapi tetap peduli dengan saudara-saudara kita di Irak, Afghanistan, Libanon selatan, Filipina Selatan, Thailand Selatan yang tengah berjuang mempertahankan hidup mereka. Saya takut semakin lama kebencian ini makin menumpuk dan pada akhirnya akan merugikan kita semua karena pada akhirnya kaum modernis Islam akan kehilangan pengaruh mereka.

1 comment:

  1. Salam,

    Sejarah mencatatkan bahwa kemunculan perbedaan pandangan dalam Islam dimuali sejak masa sepeninggalan nabi Muhammad sebagai pemimpin umat baik dari aspek ideologi religius, kultur dan poltik. Dari sana muncul sebuah wacana yang cukup membuat dunia Islam waktu itu mengalami sebuah kebingunan dalam menentukan sistem politik Islam terutama terkait dengan masalah bentuk politik yang akan dibawa. Pada mulanya, memang benar bahwa negara Islam itu tidak pernah ada dalam sistem politik era nabi Muhammad ini. Namun belakangan ketika Muhammad wafat, keinginan untuk membentuk sebuah daulah atau kenegaraan berdasarkan pada prinsip hukum islam muncul. Namun sistem politik yang dijalani tetap belum sepenuhnya kuat. Sehingga penunjukkan Abu Bakar sebagai pemimpin setelah Muhammad adalah sebuah penawaran solusi dalam mengantisipasi kemungkinan munculnya kekacauan di Arab. Lambat laun keinginnan kuat untuk membuat sebuah kenegaraan Islam ini semakin kuat manakala banyaknya pertempuran ideologi tokoh-tokoh Islam pada masa itu semakin mengemuka. Bahkan pada puncaknya, kepemimpinan Ali menjadi titik kulminasi adanya perang ideologi tersebut. Lalu muncullah pemisahan diri antar golongan. Dari sana pula kemudian muncul istilah 'Syiah' dan 'Sunni'.

    Jadi pada prinsipnya, perbedaan dalam pemahaman Islam ini sebenarnya merupakan wilayah politik ketimbang menyoal pada permasalahan akidah. Hal ini sebagaimana pula terjadi pada negara yang bernama Indonesia ini. Perang ideologi antara kaum nasionalis dengan kalangan Islam yang lebih cenderung radikal, nampaknya terus berkelanjutan hingga sekarang ini. Dan perdebatan dalam ranah ideologi ini rupanya sempat pula dimanfaatkan oleh Greetz untuk memberikan kategorial kaum dalam strata sosial masyarakat. Andaikata kita tidak terlalu hirau dengan penelitian Greetz ini sebenarnya mungkin tidak akan pernah terjadi perang ideologi ini. Hanya saja kepentingan politik yang membawa wabah penghancuran ini nampaknya terus akan berkelanjutan sebelum kedua kekuatan ini sama-sama menyadari arti persamaan dalam perbedaan dan juga sebaliknya.

    Saya kira tidak perlulah ada istilah fundamental, radikal, moderat atau apa saja. Bagi saya Islam ya Islam. Tidak ada lagi NU, Muhammadiyah, Syiah, Sunni, Ahmadiyah, Hizbut Tahrir, atau apa saja. Mungkin kita butuh mursyid yang memang benar-benar mumpuni untuk dapat menjelaskan apa itu Islam.

    Salam,
    Robert Dahlan

    ReplyDelete

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers