Sosialisasi Sejarah Historimedia Sejarawan Kontemporer Modern (whatsapp: 0823.2223.2268)
Showing posts with label keuangan. Show all posts
Showing posts with label keuangan. Show all posts
Friday, August 21, 2020
Prediksi Ekonomi Indonesia 2020
Pandemi Virus Corona atau Covid-19 sudah berimbas ke banyak bidang di Indonesia terutama pada sektor ekonomi. Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang tadinya diprediksi akan meroket justru nyungsep. Pertumbuhan ekonomi nasional menyentuh level terburuk dalam dua dekade terakhir. Pada kuartal kedua 2020, angkanya merosot hingga minus 5,32%. Seolah masalah belum cukup sampai disitu, manajemen penanganan Covid 19 malah memperlihatkan banyaknya masalah di birokrasi yang sebelumnya sudah tidak tertangani dengan baik hingga berimbas pada tingginya hutang LN.
Wajar bila banyak pihak menilai, saat ini negara memang punya seorang presiden tapi belum tentu memiliki pemimpin. Ban Bland lewat tulisannya dalam buku "Man of Contradictions..." buruknya manajemen pemerintahan saat ini sudah terjadi jauh sebelum virus Covid-19 jadi pandemi wabah.
Kembali pada sikon perekonomian Indonesia yang mulai memasuki masa sulit, sebaiknya pemerintah harus mulai melakukan evaluasi sebab investasi dikejar tetapi hutang tak terbayar justru makin besar. Jargon revolusi mental dan kerja nyata seharusnya sesuai dengan implementasinya, jangan malah seperti sekarang program Kemenag kontra dengan MUI, Kemenkes kontra dengan IDI, hingga Kemendikbud kontra pula dengan PGRI, bahkan Kominfo bertanya pada stafnya yang siapa yang gaji kamu lalu malah akrab dengan para buzzer sosial media yang anggarannya era ini luar binasa.
Pemerintah jelas berbeda dengan perusahaan yang siap dengan anggaran untuk belanja iklan sebab tujuannya adalah mencari laba/ keuntungan, sebaliknya pemerintah adalah lembaga negara yang anggarannya (baca; uang rakyat) bersifat pengabdian untuk masyarakat dan warga negaranya. Jadi bila slogan/ semboyan HUT RI Ke 70 "Ayo Kerja", HUT RI ke 71 "Indonesia Kerja Nyata", HUT RI ke 72 "Indonesia Kerja Bersama", HUT RI ke 73 "Kerja Kita Prestasi Bangsa", HUT RI ke 74 "Menuju Indonesia Unggul", HUT RI ke 75 "Indonesia Maju", maka sudah seharusnya bila hal itu cermin dari upaya dan tindakan yang berkelanjutan. Bukan malah seperti sekarang yang serba kontradiktif, yakin ekonomi bakal meroket ternyata malah nyungsep.
Sunday, February 18, 2018
Sejarah Bisnis Spot Media Indonesia
Advertising secara sederhana merupakan cara perusahaan sebagai penyedia barang dan jasa untuk mendekatkan diri kepada para pelanggannya. Bisnis di Indonesia ikut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi serta metode komunikasinya. Kalau dulu teknik pemasaran dan penjualan masih menggunakan cara konvensional lewat personal sales dari internal perusahaan untuk memasarkan produk berdasarkan upaya jemput bola agar terjadi transaksi penjualan untuk mencetak omset, kini justru sudah bertambah lewat sarana komunikasi digital. eCommerce, sosial media, dsb.
Transaksi online sebagai aktivitas komersiil yang dilakukan antara penjual dan pembeli lewat media internet saat ini memang sedang mengalami peningkatan drastis secara akumulatif transaksional hingga perputaran uang, padahal sudah tidak ada perjumpaan langsung antara penjual dan pembeli. Tentu saja dalam hal ini telah terjadi perluasan jangkauan (global reach), pertambahan pangsa pasar (market exposure), menurunkan biaya operasional (operating cost), yang menandakan terjadi tren perubahan dalam tingkah laku customer dari cara lama yang konvensional menjadi terobosan baru ke arah yang lebih modern yang bisa diartikan sebagai peningkatan costumer loyalty atau brand awareness.
Tempo menyebut perubahan ini dalam istilah revolusi digital dan mengutip data wawancara dengan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, bahwa jumlah pengguna data internet yang berbelanja online di nusantara sudah mencapai 24,7 juta jiwa di tahun 2016 dan sepanjang tahun itu saja sudah membelanjakan sekitar IDR 75 T. Sejalan dengan makin antusiasnya masyarakat Indonesia di berbagai applikasi media sosial yang menyebabkan revolusi digital jadi momentum yang tak dapat dihindari. Akibatnya pertumbuhan perusahaan start up di Indonesia bermunculan secara signifikan.
Revolusi Digital Indonesia sendiri sudah menyentuh sektor keuangan di perdagangan barang dan jasa, eCommerce, moda-moda pembayaran maupun pembiayaan serta dapat dilihat dari jumlah pemain di sektor Financial Technology yang terus tumbuh dalam rentang periode 2015-2016 hingga 78%. Sayangnya potensi ini masih dianggap belum tergarap dengan baik mengingat penetrasi internet berada dikisaran 51% dalam kurun periode tersebut, serta kualitas layanan internet yang relatif masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain, bahkan cakupan layanan 4G di Indonesia baru 23 persen.
Hambatan lainnya adalah pengeluaran investasi di sektor teknologi komunikasi yang relatif tertinggal
Bila Indonesia mau masuk ke revolusi digital, maka pengeluaran di sektor teknologi komunikasi haruslah memadai. Namun tetap disertai keyakinan biaya tersebut adalah biaya yang efektif. “Perlu keluarkan biaya teknologi informasi yang memadai.” Itu artinya dari sisi demografis keuntungan Indonesia juga harus dibarengi dengan investasi di bidang infrastruktur yang memadai. Sekaligus perlu memperhatikan pendekatan budaya lokal untuk menjangkau perluasan secara bisnis global.
PT. ASATU MEDIA BERSATU, perusahaan media di Semarang yang dapat menjadi partner perusahaan dalam pemasaran |
Tempo menyebut perubahan ini dalam istilah revolusi digital dan mengutip data wawancara dengan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, bahwa jumlah pengguna data internet yang berbelanja online di nusantara sudah mencapai 24,7 juta jiwa di tahun 2016 dan sepanjang tahun itu saja sudah membelanjakan sekitar IDR 75 T. Sejalan dengan makin antusiasnya masyarakat Indonesia di berbagai applikasi media sosial yang menyebabkan revolusi digital jadi momentum yang tak dapat dihindari. Akibatnya pertumbuhan perusahaan start up di Indonesia bermunculan secara signifikan.
Revolusi Digital Indonesia sendiri sudah menyentuh sektor keuangan di perdagangan barang dan jasa, eCommerce, moda-moda pembayaran maupun pembiayaan serta dapat dilihat dari jumlah pemain di sektor Financial Technology yang terus tumbuh dalam rentang periode 2015-2016 hingga 78%. Sayangnya potensi ini masih dianggap belum tergarap dengan baik mengingat penetrasi internet berada dikisaran 51% dalam kurun periode tersebut, serta kualitas layanan internet yang relatif masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain, bahkan cakupan layanan 4G di Indonesia baru 23 persen.
Hambatan lainnya adalah pengeluaran investasi di sektor teknologi komunikasi yang relatif tertinggal
Bila Indonesia mau masuk ke revolusi digital, maka pengeluaran di sektor teknologi komunikasi haruslah memadai. Namun tetap disertai keyakinan biaya tersebut adalah biaya yang efektif. “Perlu keluarkan biaya teknologi informasi yang memadai.” Itu artinya dari sisi demografis keuntungan Indonesia juga harus dibarengi dengan investasi di bidang infrastruktur yang memadai. Sekaligus perlu memperhatikan pendekatan budaya lokal untuk menjangkau perluasan secara bisnis global.
Label:
#advertising,
#Indonesia,
#java,
#marketing,
#media,
#pemasaran,
#penjualan,
#promosi,
#spot,
#strategi,
digital,
eCommerce,
eMarketing,
Fintech,
Jawa Tengah,
keuangan,
Media,
Nusantara,
revolusi,
Semarang
Thursday, December 3, 2009
Keluar dari masalah keuangan
Rekening listrik, telepon, dan PAM belum terbayar, tagihan credit card sudah datang, uang gaji tidak cukup untuk menutup semua ini. Jika ini yang terjadi, apa yang harus kita lakukan?
Minum Baygon bukanlah senjata ampuh untuk membasmi hutang. Lari ke gunung, atau bersembunyi di dasar laut juga bukan solusi untuk keluar dari masalah hutang. Jadi, apa yang harus kita dilakukan untuk keluar dari masalah ini? Simak strategi praktis berikut dari para pakar pengelolaan keuangan pribadi.
STRATEGI P3K
P3K disini tidak berhubungan dengan kecelakaan fisik, tapi merupakan singkatan dari Pertolongan Pertama Pada Problema Keuangan. Jika masalah hutang sudah di depan mata, Kathy Miller, penulis, trainer, dan pemerhati masalah kesejahteraan pribadi, mengusulkan
lima langkah praktis berikut dalam artikelnya "How to Solve Your Money Problems".
Sebuah masalah tak bisa diselesaikan tanpa mengetahui akar permasalahannya. Jadi, langkah pertama yang harus diambil adalah mendefinisikan masalah keuangan yang dihadapi. Untuk itu, kita perlu mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, yaitu: informasi tentang hutang, informasi tentang sumber pendapatan, dan informasi tentang selisih yang masih harus dibayarkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa kita gunakan untuk membantu mendefinisikan masalah yang kita hadapi.
§ Kepada siapa kita berhutang? Kepada bank, kepada perusahaan, kepada perorangan?
§ Kapan hutang-hutang harus dibayarkan? Awal bulan, pertengahan,atau akhir bulan?
§ Adakah hutang atau pengeluaran yang masih bisa ditunda pembayarannya?
§ Adakah hutang atau pengeluaran yang bisa "dibarter" dengan barang atau jasa keterampilan yang kita miliki?
§ Berapa besar jumlah hutang kita sebenarnya?
§ Berapa besar pemasukan uang kita yang pasti?
§ Dari mana lagi kita bisa mendapatkan uang tambahan tanpa hutang? Kerja paruh waktu sebagai pengajar atau pemberi jasa di luar jam kerja, kerja overtime, menjual barang dagangan dengan mendapat komisi.
§ Berapa besar selisih akhir yang masih kita perlukan untuk menutup kekurangan yang ada?
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, barulah bisa kita dapatkan gambaran tentang permasalahan uang kita yang sebenarnya. Misalnya, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Tinsa mendapat gambaran bahwa, masalah uang yang dia hadapi ternyata tidak sebesar yang ia bayangkan sebelumnya (bayar listrik, telepon, PAM, uang sekolah anak-anak, kartu kredit, belanja bulanan, bayar perpanjangan STNK mobil). Ternyata, Tinsa hanya memerlukan sekitar Rp. 2 juta lagi untuk menutupi sebagian tagihan kartu kredit dan perpanjangan STNK mobil yang masih perlu di bayarkan.
Setelah mengetahui jumlah yang sebenarnya harus dibayarkan, langkah selanjutnya adalah melakukan "brainstorming" solusi atas masalah keuangan tersebut. Tuliskan saja sebanyak-banyaknya cara yang bisa kita pikirkan, jangan dihambat dulu dengan pemikiran-pemikiran
lain.
Misalnya, dari kasus kita di atas tentang Tinsa, ternyata setelah melakukan brainstorming, banyak cara yang bisa dilakukan Tinsa untuk mendapatkan Rp. 2 juta yang masih diperlukannya:
§ Mendapatkan uang tambahan:
a. Meminta penggantian uang obat yang telah dikeluarkan bulan lalu
b. Menawarkan diri untuk kerja overtime menggantikan teman yang berhalangan
c. Menerima tawaran mengajar bahasa Inggris secara privat tiap hari Sabtu sore
d. Menjual stereo set yang tidak terlalu diperlukannya.
e. Mengadakan "Yard Sale" untuk mendapatkan tambahan dari penjualan barang-barang yang tidak diperlukan.
§ Mengurangi pengeluaran:
a. Mengurangi pengeluaran makan siang di kantor dengan membawa makanan dari rumah
b. Mengurangi jalan-jalan di mall, untuk mengurangi pengeluaran yang tak diinginkan
c. Meminjam buku-buku (biasanya Tinsa suka sekali membeli buku baru) dari perpustakaan dengan memanfaatkan kartu perpustakaan yang dimiliki.
Langkah berikutnya adalah melihat kembali daftar solusi yang telah kita buat. Dari sejumlah cara penyelesaian masalah yang telah didaftar tersebut, kita tinggal memilih solusi yang praktis, yang benar-benar bisa kita lakukan. Kita dianjurkan untuk memilih lebih dari satu solusi. Dalam kasus di atas, Tinsa memilih melakukan semua hal tersebut kecuali menjual stereo setnya karena ia merasa belum siap berpisah dengan stereo set yang dibelinya tahun lalu itu.
Setelah beberapa solusi dipilih, yang harus dilakukan selanjutnya adalah menjalankan solusi-solusi tersebut. Dalam hal ini yang perlu dipikirkan adalah skala prioritas dan penjadwalan tindakan yang akan kita ambil. Jadi solusi diurutkan berdasarkan skala prioritas dan jadwal pelaksanaannya. Jika perlu bisa dibuatkan tabel yang berisi
nama kegiatan, jumlah pengeluaran, tanggal pengeluaran, jumlah penerimaan, tanggal penerimaan. Dengan demikian kita bisa benar-benar memiliki gambaran kapan pembayaran harus dilakukan, berapa uang yang harus disiapkan, dan dari kegiatan mana uang tersebut dapat diperoleh.
Langkah terakhir adalah evaluasi atas hasil yang diperoleh dari tiap keputusan dan rangkaian tindakan yang diambil. Evaluasi jangan hanya dilakukan di akhir periode, tetapi juga di tiap langkah yang kita ambil, sehingga kita bisa segera melakukan penyesuaian yang diperlukan secepatnya. Hasil keseluruhan dari evaluasi yang kita lakukan pada akhir periode bisa kita guanakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan tujuan keuangan di masa yang akan datang, dan untuk menyusun strategi menghadapi masalah keuangan yang serupa.
STRATEGI SELANJUTNYA
Tentunya kita tidak ingin terus menerus terlilit masalah uang. Jika masalah yang mendesak telah berhasil kita atasi dengan strategi P3K diatas, maka selanjutnya adalah mencari cara untuk menghindari dan sama sekali keluar dari masalah uang untuk memperbaiki kondisi keuangan kita di masa depan.
Terry Riggs, pengarang buku "Living Within Your Means—The Easy Way" mengusulkan kita untuk melakukan perencanaan keuangan. Tindakan ini akan terasa manfaatnya terutama untuk pengeluaran besar yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya (misalnya: biaya pendidikan anak, rencana liburan, pembelian rumah, barang-barang elektronik). Jika
pengeluaran-pengeluaran ini sudah bisa diperkirakan, kita sudah bisa melakukan penyusunan strategi untuk memperoleh pendapatan tambahan yang diperlukan jauh hari sebelumnya. Agar perencanaan memberikan hasil yang optimal, kita harus punya komitmen untuk hidup dalam budget yang telah direncanakan.
Banyak hal yang bisa kita lakukan. Savingsecret.com menawarkan banyak cara menarik untuk memperbaiki kondisi keuangan kita. Salah satu yang bisa kita lakukan, antara lain adalah menerapkan "Need vs Want strategy", yaitu untuk tiap Rupiah yang akan kita keluarkan, kita harus mempertimbangkan apakah uang yang akan kita keluarkan tersebut memang perlu atau hanya sekedar pemuas keinginan kita saja. Jika memang kita perlukan, rupiah bisa kita keluarkan, tapi jika hanya sekedar pemuas keinginan, jika semua yang diprioritaskan belum terpenuhi, sebaiknya pengeluaran tersebut ditunda dulu.
Asuransi juga merupakan cara jitu untuk menghindari masalah uang di masa depan. Jika kita telah berhasil hidup dalam budget, dan bisa melakukan berbagai penghematan, maka uang yang berhasil kita hemat, bisa kita gunakan untuk membeli asuransi yang diperlukan, misalnya: asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi hari tua, ataupun asuransi pendidikan. Asuransi merupakan bumper dari masalah keuangan yang datang. Jadi, jika masalah tersebut benar-benar datang, kita tidak usah pusing lagi, karena kita sudah memiliki sumber dana untuk penanggulangannya.
Strategi berikut yang bisa kita terapkan untuk memperbaiki kondisi keuangan kita adalah melakukan tindakan investasi. Ada banyak cara berinvestasi. Kita tinggal memilih cara yang sesuai dengan karakter kita berinvestasi (risk-taking atau risk-averse). Untuk yang tidak terlalu suka mengambil risiko, kita bisa berinvestasi dalam bentuk tabungan, dan deposito. Untuk yang sebaliknya, kita bisa berinvestasi dalam reksadana (pembelian saham, obligasi, ataupun surat berharga lainnya.
Nah, setelah membaca berbagai strategi di atas, kita tinggal memilih strategi yang kita anggap paling cocok untuk kita terapkan. Tentu saja strategi-strategi ini perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan kepribadian dan kondisi keuangan kita. Selamat mencoba.
Artikel ini diambil dari milis tetangga dan disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Pro Historian.
024-7060.9694
Independent with my own idealism.
Minum Baygon bukanlah senjata ampuh untuk membasmi hutang. Lari ke gunung, atau bersembunyi di dasar laut juga bukan solusi untuk keluar dari masalah hutang. Jadi, apa yang harus kita dilakukan untuk keluar dari masalah ini? Simak strategi praktis berikut dari para pakar pengelolaan keuangan pribadi.
STRATEGI P3K
P3K disini tidak berhubungan dengan kecelakaan fisik, tapi merupakan singkatan dari Pertolongan Pertama Pada Problema Keuangan. Jika masalah hutang sudah di depan mata, Kathy Miller, penulis, trainer, dan pemerhati masalah kesejahteraan pribadi, mengusulkan
lima langkah praktis berikut dalam artikelnya "How to Solve Your Money Problems".
Sebuah masalah tak bisa diselesaikan tanpa mengetahui akar permasalahannya. Jadi, langkah pertama yang harus diambil adalah mendefinisikan masalah keuangan yang dihadapi. Untuk itu, kita perlu mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, yaitu: informasi tentang hutang, informasi tentang sumber pendapatan, dan informasi tentang selisih yang masih harus dibayarkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa kita gunakan untuk membantu mendefinisikan masalah yang kita hadapi.
§ Kepada siapa kita berhutang? Kepada bank, kepada perusahaan, kepada perorangan?
§ Kapan hutang-hutang harus dibayarkan? Awal bulan, pertengahan,atau akhir bulan?
§ Adakah hutang atau pengeluaran yang masih bisa ditunda pembayarannya?
§ Adakah hutang atau pengeluaran yang bisa "dibarter" dengan barang atau jasa keterampilan yang kita miliki?
§ Berapa besar jumlah hutang kita sebenarnya?
§ Berapa besar pemasukan uang kita yang pasti?
§ Dari mana lagi kita bisa mendapatkan uang tambahan tanpa hutang? Kerja paruh waktu sebagai pengajar atau pemberi jasa di luar jam kerja, kerja overtime, menjual barang dagangan dengan mendapat komisi.
§ Berapa besar selisih akhir yang masih kita perlukan untuk menutup kekurangan yang ada?
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, barulah bisa kita dapatkan gambaran tentang permasalahan uang kita yang sebenarnya. Misalnya, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Tinsa mendapat gambaran bahwa, masalah uang yang dia hadapi ternyata tidak sebesar yang ia bayangkan sebelumnya (bayar listrik, telepon, PAM, uang sekolah anak-anak, kartu kredit, belanja bulanan, bayar perpanjangan STNK mobil). Ternyata, Tinsa hanya memerlukan sekitar Rp. 2 juta lagi untuk menutupi sebagian tagihan kartu kredit dan perpanjangan STNK mobil yang masih perlu di bayarkan.
Setelah mengetahui jumlah yang sebenarnya harus dibayarkan, langkah selanjutnya adalah melakukan "brainstorming" solusi atas masalah keuangan tersebut. Tuliskan saja sebanyak-banyaknya cara yang bisa kita pikirkan, jangan dihambat dulu dengan pemikiran-pemikiran
lain.
Misalnya, dari kasus kita di atas tentang Tinsa, ternyata setelah melakukan brainstorming, banyak cara yang bisa dilakukan Tinsa untuk mendapatkan Rp. 2 juta yang masih diperlukannya:
§ Mendapatkan uang tambahan:
a. Meminta penggantian uang obat yang telah dikeluarkan bulan lalu
b. Menawarkan diri untuk kerja overtime menggantikan teman yang berhalangan
c. Menerima tawaran mengajar bahasa Inggris secara privat tiap hari Sabtu sore
d. Menjual stereo set yang tidak terlalu diperlukannya.
e. Mengadakan "Yard Sale" untuk mendapatkan tambahan dari penjualan barang-barang yang tidak diperlukan.
§ Mengurangi pengeluaran:
a. Mengurangi pengeluaran makan siang di kantor dengan membawa makanan dari rumah
b. Mengurangi jalan-jalan di mall, untuk mengurangi pengeluaran yang tak diinginkan
c. Meminjam buku-buku (biasanya Tinsa suka sekali membeli buku baru) dari perpustakaan dengan memanfaatkan kartu perpustakaan yang dimiliki.
Langkah berikutnya adalah melihat kembali daftar solusi yang telah kita buat. Dari sejumlah cara penyelesaian masalah yang telah didaftar tersebut, kita tinggal memilih solusi yang praktis, yang benar-benar bisa kita lakukan. Kita dianjurkan untuk memilih lebih dari satu solusi. Dalam kasus di atas, Tinsa memilih melakukan semua hal tersebut kecuali menjual stereo setnya karena ia merasa belum siap berpisah dengan stereo set yang dibelinya tahun lalu itu.
Setelah beberapa solusi dipilih, yang harus dilakukan selanjutnya adalah menjalankan solusi-solusi tersebut. Dalam hal ini yang perlu dipikirkan adalah skala prioritas dan penjadwalan tindakan yang akan kita ambil. Jadi solusi diurutkan berdasarkan skala prioritas dan jadwal pelaksanaannya. Jika perlu bisa dibuatkan tabel yang berisi
nama kegiatan, jumlah pengeluaran, tanggal pengeluaran, jumlah penerimaan, tanggal penerimaan. Dengan demikian kita bisa benar-benar memiliki gambaran kapan pembayaran harus dilakukan, berapa uang yang harus disiapkan, dan dari kegiatan mana uang tersebut dapat diperoleh.
Langkah terakhir adalah evaluasi atas hasil yang diperoleh dari tiap keputusan dan rangkaian tindakan yang diambil. Evaluasi jangan hanya dilakukan di akhir periode, tetapi juga di tiap langkah yang kita ambil, sehingga kita bisa segera melakukan penyesuaian yang diperlukan secepatnya. Hasil keseluruhan dari evaluasi yang kita lakukan pada akhir periode bisa kita guanakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan tujuan keuangan di masa yang akan datang, dan untuk menyusun strategi menghadapi masalah keuangan yang serupa.
STRATEGI SELANJUTNYA
Tentunya kita tidak ingin terus menerus terlilit masalah uang. Jika masalah yang mendesak telah berhasil kita atasi dengan strategi P3K diatas, maka selanjutnya adalah mencari cara untuk menghindari dan sama sekali keluar dari masalah uang untuk memperbaiki kondisi keuangan kita di masa depan.
Terry Riggs, pengarang buku "Living Within Your Means—The Easy Way" mengusulkan kita untuk melakukan perencanaan keuangan. Tindakan ini akan terasa manfaatnya terutama untuk pengeluaran besar yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya (misalnya: biaya pendidikan anak, rencana liburan, pembelian rumah, barang-barang elektronik). Jika
pengeluaran-pengeluaran ini sudah bisa diperkirakan, kita sudah bisa melakukan penyusunan strategi untuk memperoleh pendapatan tambahan yang diperlukan jauh hari sebelumnya. Agar perencanaan memberikan hasil yang optimal, kita harus punya komitmen untuk hidup dalam budget yang telah direncanakan.
Banyak hal yang bisa kita lakukan. Savingsecret.com menawarkan banyak cara menarik untuk memperbaiki kondisi keuangan kita. Salah satu yang bisa kita lakukan, antara lain adalah menerapkan "Need vs Want strategy", yaitu untuk tiap Rupiah yang akan kita keluarkan, kita harus mempertimbangkan apakah uang yang akan kita keluarkan tersebut memang perlu atau hanya sekedar pemuas keinginan kita saja. Jika memang kita perlukan, rupiah bisa kita keluarkan, tapi jika hanya sekedar pemuas keinginan, jika semua yang diprioritaskan belum terpenuhi, sebaiknya pengeluaran tersebut ditunda dulu.
Asuransi juga merupakan cara jitu untuk menghindari masalah uang di masa depan. Jika kita telah berhasil hidup dalam budget, dan bisa melakukan berbagai penghematan, maka uang yang berhasil kita hemat, bisa kita gunakan untuk membeli asuransi yang diperlukan, misalnya: asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi hari tua, ataupun asuransi pendidikan. Asuransi merupakan bumper dari masalah keuangan yang datang. Jadi, jika masalah tersebut benar-benar datang, kita tidak usah pusing lagi, karena kita sudah memiliki sumber dana untuk penanggulangannya.
Strategi berikut yang bisa kita terapkan untuk memperbaiki kondisi keuangan kita adalah melakukan tindakan investasi. Ada banyak cara berinvestasi. Kita tinggal memilih cara yang sesuai dengan karakter kita berinvestasi (risk-taking atau risk-averse). Untuk yang tidak terlalu suka mengambil risiko, kita bisa berinvestasi dalam bentuk tabungan, dan deposito. Untuk yang sebaliknya, kita bisa berinvestasi dalam reksadana (pembelian saham, obligasi, ataupun surat berharga lainnya.
Nah, setelah membaca berbagai strategi di atas, kita tinggal memilih strategi yang kita anggap paling cocok untuk kita terapkan. Tentu saja strategi-strategi ini perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan kepribadian dan kondisi keuangan kita. Selamat mencoba.
Artikel ini diambil dari milis tetangga dan disadur kembali oleh:
Joko Hamdani as Pro Historian.
024-7060.9694
Independent with my own idealism.
Subscribe to:
Posts (Atom)