Showing posts with label digital. Show all posts
Showing posts with label digital. Show all posts

Sunday, February 18, 2018

Sejarah Bisnis Spot Media Indonesia

Advertising secara sederhana merupakan cara perusahaan sebagai penyedia barang dan jasa untuk mendekatkan diri kepada para pelanggannya. Bisnis di Indonesia ikut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi serta metode komunikasinya. Kalau dulu teknik pemasaran dan penjualan masih menggunakan cara konvensional lewat personal sales dari internal perusahaan untuk memasarkan produk berdasarkan upaya jemput bola agar terjadi transaksi penjualan untuk mencetak omset, kini justru sudah bertambah lewat sarana komunikasi digital. eCommerce, sosial media, dsb.

PT. ASATU MEDIA BERSATU, perusahaan media di Semarang yang dapat menjadi partner perusahaan dalam pemasaran
Transaksi online sebagai aktivitas komersiil yang dilakukan antara penjual dan pembeli lewat media internet saat ini memang sedang mengalami peningkatan drastis secara akumulatif transaksional hingga perputaran uang, padahal sudah tidak ada perjumpaan langsung antara penjual dan pembeli. Tentu saja dalam hal ini telah terjadi perluasan jangkauan (global reach), pertambahan pangsa pasar (market exposure), menurunkan biaya operasional (operating cost), yang menandakan terjadi tren perubahan dalam tingkah laku customer dari cara lama yang konvensional menjadi terobosan baru ke arah yang lebih modern yang bisa diartikan sebagai peningkatan costumer loyalty atau brand awareness.

Tempo menyebut perubahan ini dalam istilah revolusi digital dan mengutip data wawancara dengan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, bahwa jumlah pengguna data internet yang berbelanja online di nusantara sudah mencapai 24,7 juta jiwa di tahun 2016 dan sepanjang tahun itu saja sudah membelanjakan sekitar IDR 75 T. Sejalan dengan makin antusiasnya masyarakat Indonesia di berbagai applikasi media sosial yang menyebabkan revolusi digital jadi momentum yang tak dapat dihindari. Akibatnya pertumbuhan perusahaan start up di Indonesia bermunculan secara signifikan.


Revolusi Digital Indonesia sendiri sudah menyentuh sektor keuangan di perdagangan barang dan jasa, eCommerce, moda-moda pembayaran maupun pembiayaan serta dapat dilihat dari jumlah pemain di sektor Financial Technology yang terus tumbuh dalam rentang periode 2015-2016 hingga 78%. Sayangnya potensi ini masih dianggap belum tergarap dengan baik mengingat penetrasi internet berada dikisaran 51% dalam kurun periode tersebut, serta kualitas layanan internet yang relatif masih tertinggal jauh dibandingkan negara lain, bahkan cakupan layanan 4G di Indonesia baru 23 persen.

Hambatan lainnya adalah pengeluaran investasi di sektor teknologi komunikasi yang relatif tertinggal
Bila Indonesia mau masuk ke revolusi digital, maka pengeluaran di sektor teknologi komunikasi haruslah memadai. Namun tetap disertai keyakinan biaya tersebut adalah biaya yang efektif. “Perlu keluarkan biaya teknologi informasi yang memadai.” Itu artinya dari sisi demografis keuntungan Indonesia juga harus dibarengi dengan investasi di bidang infrastruktur yang memadai. Sekaligus perlu memperhatikan pendekatan budaya lokal untuk menjangkau perluasan secara bisnis global.


Thursday, September 14, 2017

Digitalisasi Pemasaran dengan Sejarah

Kemarin siang menjelang jam istirahat seperti biasa selain mengisinya dengan rutinitas wajib yaitu brunch, baca surat kabar harian yang terkenal di Semarang: Suara Merdeka. Semua rubrik cukup menarik untuk disimak termasuk info peluang usaha atau lowongan kerja walau hanya berupa iklan baris. Era tekhnologi yang semakin canggih memang telah mengubah wajah dunia dan cara kita berkomunikasi termasuk bagaimana mendapatkan informasi.

Walau pun begitu tidak serta merta semua hal mengalami perubahan drastis dari konvensional menuju tren digital. Memang dengan adanya gadget memperoleh data terbaru maupun arsip lama akan sangat mudah belakangan ini, tetapi kebiasaan lama susah untuk dihilangkan, termasuk seperti baca koran. Ada sensasi yang unik untuk dijelaskan saat tangan membentangkan lembaran koran dengan perut kenyang :)

Kembali ke koran, di iklan baris lowongan, ada perusahaan yang sebelumnya sudah beriklan beberapa kali mencari sales dan marketing proyek untuk suatu produk lampu. Informasi cukup lengkap disertai nomor yang dapat dihubungi. Biasanya untuk bisnis dengan perusahaan yang stafnya terbuka dalam menyampaikan informasi maka gagasan/ ide baru dari luar akan diterima dengan mudah.


Tadinya dengan percaya diri saya akan mengajukan proposal kerjasama, setidaknya memperkenalkan diri dan memperluas jaringan. Resolusi pribadi yang sudah dicanangkan sebagai momentum awal bulan September ceria tahun 2017 ini. Tapi apa mau dikata semua tak disangka, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Jangankan untuk berbicara panjang lebar, ngobrol ngalur ngidul bagai sobat lama, berkenalan dan bertukar namapun tak sempat bagai gayung tak bersambut, secara singkat saya ditolak.

Sayang sekali maksud baik yang sudah dipersiapkan meskipun sambil lalu tapi serius tak ditanggapi dengan respon yang sama baik, hanya sekedar tau tapi tak menciptakan kondisi ok, so what next.

Padahal meskipun iklan baris itu harganya mungkin tak seberapa, namun ditayangkan beberapa kali dalam hari yang berbeda termasuk sampai hari ini pun masih tetap tayang di Suara Merdeka dan Tribun Semarang.

Sayang uangnya dan sayang waktu yang terbuang, walau tanpa bermaksud melakukan provokasi namun lebih pada bersikap empati dan menempatkan diri saya di posisi mereka, apa salahnya bersikap lebih terbuka dan open minded. Memang kuota mahal dan subsidi listrik juga sudah tak ada lagi, tapi biaya berkomunikasi via whatsapp jauh lebih murah dari pada beriklan. Efektif atau efisiensi silahkan pembaca renungkan sendiri.

Pemasaran itu berorientasi pada hasil dan berdasarkan target, harus ada strategi agar tercipta akuisisi pada penjualan, dan pastinya semua harus lewat proses. Tahap yang akan dilewati satu diantaranya adalah promosi dan membentuk suatu brand, entah itu produk, perusahaan, personel, atau pelayanannya. Sebab kalau bisnis anda tak membentuk suatu image di benak konsumen atau stakeholder, maka anda hanya menjual suatu komoditas barang, itu artinya diantara sekian banyak kompetitor di bidang yang sama, maka hargalah yang jadi faktor utamanya. Energi perusahaan akan terkuras hingga akhirnya harus banting harga untuk mencatat transaksi penjualan dan memenangkan hati pelanggan.


Followers