Angin perubahan bertiup kearah sukses. Coba saja perhatikan orang-orang sukses di sekitar kita, pastilah kesuksesan mereka diraih dengan melakukan perubahan.
Henry Ford, Mahatma Gandhi, Bill Gates
merupakan contoh orang-orang sukses yang meraih prestasi gemilang dengan melakukan perubahan. Ford melakukan perubahan dengan menyederhanakan proses produksi mobil dan menurunkan biaya produksi dengan signifikan. Mahatma Gandhi mengubah perjuangan yang penuh kekerasan menjadi perjuangan dengan tanpa kekerasan. Bill Gates merevolusi penggunaan komputer dari komputer main frame yang besar, berat, dan mahal, menjadi komputer personal yang lebih ramping, lebih mudah digunakan, dan lebih murah. Nah, bagaimana dengan anda? Ingin meneladani mereka yang telah sukses? Ingin tahu mengapa, apa yang diperlukan dan bagaimana melakukan perubahan untuk sukses? Simak yang berikut.
Mengapa Perlu Perubahan?
Topik tentang Change Management telah menjadi topik yang populer di bahas dekade terakhir ini. Kebutuhan untuk berubah dimotori lagi oleh revolusi di bidang teknologi informasi. Di era digital ini, seorang pebisnis ataupun sebuah perusahaan tidak lagi
cukup untuk memenangkan "satu pertandingan" dalam arena persaingan. Untuk sukses, yang diperlukan adalah kemenangan yang berkelanjutan. Jadi, kita tidak bisa lagi merasa puas karena telah meraih satu prestasi. Kita dituntut untuk terus menerus meraih prestasi. Untuk itu, perlu dilakukan perubahan yang terus menerus.
Dengan makin banyaknya orang yang masuk ke bursa kerja, makin ketat persaingan kita untuk mendapat pekerjaan. Minggu lalu, sebuah Job Fair yang menawarkan sekitar 3000 pekerjaan dibanjiri oleh sekitar 10.000 orang yang mencari kerja. Persaingan di dalam negeri saja sudah cukup sulit, apalagi jika ditambah dengan dipermudahnya para pekerja asing untuk ikut masuk bursa tenaga kerja di dalam negeri. Otomatis persaingan menjadi semakin sengit. Hanya orang-orang yang bisa menawarkan perubahan yang mungkin terpilih. Dan dari mereka yang telah terpilih, hanya orang-orang yang memiliki kemampuan melakukan perubahanlah yang akan tetap dipertahankan dalam dunia kerja.
Manusia secara alami juga mengalami perubahan fisik dari bayi, menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan menjadi tua. Di tiap tahap perkembangan harus ada perubahan. (Bayangkan saja seorang yang berusia 40 tahun tetapi masuk memiliki tingkah laku dan pengetahuan seorang bayi). Jika tidak mengalami perubahan, pasti orang tersebut
akan mengalami kesulitan, disorientasi, stress, bahkan mungkin akan tidak bisa bertahan hidup. Jadi, perubahan bukan lagi merupakan sebuah kebutuhan ataupun pilihan, melainkan sudah menjadi keharusan. Tanpa perubahan tak ada daya juang untuk terus hidup.
Mengapa orang takut perubahan?
Walaupun perubahan merupakan suatu keharusan, kita sering merasa ragu atau bahkan enggan untuk melakukannya karena tiga alasan berikut. Alasan yang sering kita ungkapkan adalah rasa takut. Rasa ini muncul karena karena kita tidak tahu pasti apa yang menanti di depan kita. Banyak dari kita yang beranggapan bahwa melakukan perubahan itu ibarat melangkah memasuki kegelapan. Kita tidak tau apa yang ada di depan kita: lubang, batu, ataupun benda-benda tajam yang mungkin bisa melukai kita. Bandingkan dengan melangkah dalam ruang yang terang. Walaupun benda-benda yang sama berada di tempat ini, kita lebih yakin untuk melangkah karena kita tahu kemana harus berjalan untuk menghindari bahaya.
Resiko merupakan alasan berikut yang sering terdengar. Resiko memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perubahan. Untuk mengubah nasib dari seorang pengangguran menjadi seorang yang memiliki penghasilan, kita perlu melakukan perubahan, misalnya dengan memulai usaha sendiri, ataupun melamar untuk bekerja di perusahaan orang
lain. Jika kita memutuskan untuk membuka usaha sendiri, resiko yang kita hadapi adalah kerugian, bahkan kegagalan dalam berbisnis.
Sedangkan untuk pilihan melamar pekerjaan, resikonya adalah penolakan perusahaan terhadap lamaran kita. Untuk melangkah ke jenjang karir yang lebih tinggi, kita sering dituntut untuk mempersembahkan prestasi bagi perusahaan. Prestasi ini tentunya perlu dimulai dari ide perubahan yang kita sampaikan pada pimpinan. Resiko yang mungkin muncul adalah penolakan pimpinan terhadap ide tersebut. Semua resiko —penolakan, kegagalan, dan kerugian— memang menyakitkan. Tidak heran jika banyak dari kita yang sudah merasa nyaman dengan kondisi kita, enggan melakukan perubahan.
Perubahan seringkali diikuti dengan kesulitan. Kesulitan mencari modal, memilih lokasi usaha, mengurus perizinan yang diperlukan, memproduksi barang, dan memasarkan produk akan mengikuti seorang yang memutuskan untuk mencoba memulai usaha baru. Kesulitan mencari waktu untuk belajar ditengah kesibukan bekerja, mengasah otak untuk memahami konsep-konsep baru dari buku teks yang dipelajari, mempersiapkan diri untuk ikut ujian akhir, menyelesaikan kasus-kasus, dan membuat lima makalah dalam seminggu merupakan kesulitan yang perlu dihadapi seorang pekerja yang ingin meraih nilai tambah dengan
meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sambil bekerja.
Apa yang diperlukan?
Menurut John Taylor, salah seorang petinggi di perusahaan otomotif raksasa General Motors, perubahan tidaklah mudah untuk dilakukan. Dalam melakukan perubahan akan banyak kesulitan, kegagalan, dan masalah yang dihadapi. Semua ini memang merupakan bagian dari perubahan. Untuk itu, menurut Taylor (seperti yang dikutip oleh Anna Muoio dalam artikelnya di fastcompany.com) dalam melakukan perubahan diperlukan keberanian, imaginasi, dan komitmen. Tanpa ketiga hal tersebut, perubahan akan kandas di tengah jalan sebelum berubah wujud menjadi sukses gemilang.
Keberanian diperlukan untuk mengambil keputusan sulit untuk mengatasi ketidakpastian, ketakutan, dan segala resiko yang bisa mencegah seseorang untuk mengambil keputusan untuk melakukan perubahan. Imaginasi diperlukan untuk melihat kearah mana perubahan harus dilakukan. Komitmen diperlukan untuk tetap fokus pada usaha untuk meraih sukses walaupun harus menghadapi berbagai kesulitan, hambatan, ataupun masalah.
Emily Lawson dan Colin Price dalam artikel mereka "The Psychology of Change Management" yang muncul dalam edisi khusus dari The McKinsey Quarterly 2003 mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan diperlukan perubahan dalam cara berpikir (mindset transformation). Kedua pengarang ini menganjurkan pada pimpinan perusahan yang akan membawa perubahan dalam organisasi yang mereka pimpin untuk memprioritaskan perubahan mindset para karyawan mereka. Menurut Lawson dan Price, motor dari perubahan adalah orang-orang
yang melakukan perubahan tersebut. Untuk membuat orang-orang ini mau melaksanakannya, diperlukan usaha untuk mengubah cara berpikir mereka, misalnya melalui training, coaching, dan contoh konkrit dari tingkah laku para pemimpin di perusahaan tersebut.
Dennis Hope dalam artikelnya "Darwin Did It" yang muncul di majalah Inggris "The Reviews" edisi February 2001 mengutip pendapat George Binney dan Colin williams yang menggaris bawahi perlunya "sense of urgency" dan
Visi yang jelas yang dapat digunakan sebagai tuntunan arah perubahan yang akan dilakukan. Sense of urgency bisa muncul dari krisis, kegagalan, masalah, ancaman bangkrut, ataupun kebingungan yang dialami seseorang ataupun sebuah perusahaan, sedangkan visi yang jelas bisa diformulasikan dan dikomunikasikan dengan jelas kepada
seluruh jajaran yang terlibat dalam pelaksanaan perubahan agar bisa saling mendayung kearah tujuan yang sama.
Bagaimana melakukan perubahan?
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan perubahan. Namun, yang berikut ini adalah cara-cara yang telah sukses dilakukan oleh pebisnis kondang, maupun cara yang diusulkan oleh konsultan bisnis. Jack Welch, dari General Electrics, menawarkan dua cara ampuh yang telah membantunya mengubah GE menjadi perusahaan raksasa kelas dunia.
Cara pertama adalah "Destroy Your Business" (DYB). Ketika Jack Welch memimpin GE, ia tidak menerapkan Strategic Planning seperti yang biasa dilakukan oleh para pimpinan perusahaan lain. Ia menerapkan DYB untuk menimbulkan "sense of urgency" pada para jajarannya untuk melakukan perubahan. Melalui DYB, Jack Welch mengajak karyawan GE untuk mengidentifikasi kelemahan GE dan faktor-faktor lain yang bisa menghancurkan usaha GE di masa depan.
Setelah kelemahan dan masalah berhasil diidentifikasi, cara kedua yang diterapkan adalah "Grow Your Business" (GYB) untuk memacu jajaran GE untuk memikirkan strategi ampuh mengatasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi, dan memacu pertumbuhan GE agar tidak hanya tetap eksis, tetapi juga menjadi
lebih baik dari kondisi yang sekarang relatif terhadap para pesaingnya baik yang besar ataupun yang kecil.
Cara-cara berikut ini disampaikan oleh Nicholas Morgan dalam artikelnya yang muncul di fastcompany.com edisi November 1996. Cara pertama adalah membuka pikiran kita terhadap berbagai ide yang ada di sekeliling kita. Ide-ide ini bisa kita jadikan masukan yang berharga untuk melakukan perubahan. Misalnya kita ingin memulai usaha baru, kita perlu mensurvey (misalnya: di buku-buku, majalah, internet, forum diskusi, interview, pengamatan) ide-ide mengenai usaha baru yang diminati, atau startegi-strategi yang telah dilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang telah sukses. Cara kedua adalah melakukan
networking seluas-luasnya untuk mendapat ide-ide perubahan yang sebanyak-banyaknya.
Dari ide-ide ini bisa kita pilih yang terbaik, atau bisa kita kombinasikan menjadi ide baru. Ed Schein, pakar dibidang manajemen perubahan menekankan perlunya mengalokasikan waktu untuk pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan perubahan. Jika kita ingin meraih kesempatan untuk mendapat promosi ke jenjang karir yang lebih tinggi,
kita perlu melengkapi diri kita tentang persyaratan, tugas dan tanggung jawab orang yang berada pada posisi yang kita targetkan. Dengan demikian, ketika kesempatan promosi ada di depan mata, kita bisa menunjukkan bahwa kita sudah siap untuk itu.
Sedangkan ditingkat perusahaan, pimpinan perusahaan perlu menyiapkan sumber daya
manusianya dengan ketrampilan dan informasi yang diperlukan untuk melakukan perubahan dari perusahaan yang hanya menjejakan kaki pada bisnis dunia nyata, menjadi perusahaan yang melengkapi usaha dunia nyata dengan meraih juga kesempatan berbisnis di dunia maya.
Dori DiGenti, pimpinan perusahan konsultan Learning Mastery menyebutkan perlunya menyusun rencana implementasi dari perubahan yang akan dilakukan dengan memasukan etape-etape ataupun pos-pos sukses kecil yang mungkin diraih sebelum mencapai sukses besar. Untuk itu, perlu tujuan sukses perlu di "breakdown" menjadi sukses-sukses
kecil yang bisa memacu motivasi untuk melaju ke langkah selanjutnya
menuju arah perubahan yang telah dipetakan.
Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with great excellent entrepreneur skill.
Sosialisasi Sejarah Historimedia Sejarawan Kontemporer Modern (whatsapp: 0823.2223.2268)
Showing posts with label Smart. Show all posts
Showing posts with label Smart. Show all posts
Wednesday, November 25, 2009
Tuesday, November 10, 2009
Creativity 4 Ur Brand.
What is really important when you're advertising alongside others on
a single page, is that you appear different to everyone else yet
remain consistent in your own approach.
When you do that you will be portraying an important message to your
readers' subconscious: This company is robust and consistent in its
approach and it is different from all the others. It is a leader,
not a follower.
It is always good to experiment so if you're feeling remotely
adventurous, give one of these techniques a try and just see what
difference it makes to your response.
Themed Headlines for familiarity.
----------------------------------
Use the same distinctive font with different headlines. You can try
this with 2 or 3 ads in a single issue on a single page, or over the
course of a few insertions. The distinctive font consolidates
customer awareness of your company, and the different headline texts
portray variety and flexibility. If you can use this trick in your
campaign you will benefit from broadening your customer appeal and
strengthening your brand in the marketplace.
Use White Space.
----------------
Space is what you pay for when you buy an ad, but if you leave some
of it blank you'll be amazed at how it can improve your response. By
forcing a large white gap between your ad and the others on the page
you will automatically draw the eye to what your ad has to say. This
is such an effective way of using ad space that some publishers do
not permit it. They reason that it reflects badly on their sales
ability to see too much white space on pages that should be all sold
for advertising. But try it out - and if they do make it too
difficult for you then try one of the following ideas with that
extra space:
Publish your ad with a red ring round it.
----------------------------------------
People scanning the classified pages of a newspaper will often ring
the ads that take their interest. You can pre-empt them and ensure
that you get noticed by doing it for them. Of course it means buying
an ad size bigger than you really need but the results can be
spectacular. In this case, put a border round your ad as you would
normally, and use the extra space you bought for a hand-drawn ring,
preferably red.
Use a drop shadow.
-----------------------
Do you know how easy it is these days to give your ads a little
lift. You don't need the world's most expensive design program to
implant a professional-looking drop shadow behind your ad. The
effect is certainly eye-catching
Use a big bold provocative word.
-------------------------------
Here's a secret: We once quadrupled the response rate of a client by
simply putting the word 'SEX' at the top of his ad. The copy of his
ad read "... isn't half as good as a meal at The Left Bank.". In a
campaign to launch his new restaurant that incorporated radio,
posters and press, this little classified ad was the most successful
by far. There are plenty of other words which will draw the eye in
the same way. See if you can find one for your market.
Use lists instead of prose.
-----------------------------
When readers are scanning classified ad pages it is alot easier for
them to read a bulleted list than a paragraph of prose. Wherever
possible, use a list. You'll probably find it will take up less room
too.
Use a portion of a large graphic.
---------------------------------
If you want to use a picture, or a graphic to illustrate what you're
offering, you'll often find you're restricted for space in a
classified ad. Try using a portion of it, just the corner, or the
side of it. By doing this you will find that you can trick the eye
into making the ad stand out, and look a lot bigger than it is. If
you combine this with a white space round the ad so the picture
bleeds into the white space it can be particularly effective.
Big space tiny text.
---------------------
Here's another way of drawing the eye to what you are saying in your
ad. This time you're using tiny text (as small as you dare) in a big
white space. Position the text in the middle of the space allowing
as much open whiteness as you can all around it. This technique
works especially if you can keep the text to a minimum, just don't
forget to put your tel. and email in it. You will find you draw the
readers eye to your ad largely out of curiosity.
7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif
=================================
Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman? Siapa bilang
kreativitias hanya milik orang muda? Siapa bilang orang sukses saja
yang kreatif? Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap
orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45
tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif.
Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir
dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum
mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya
dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa
tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah
strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.
Hambatan 1: Rasa Takut
"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya
gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya
kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan." Yah, rasa takut
gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa
Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam
pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa
Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya
menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya
sudah nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya
cemaskan?" Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan.
Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang
yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa
nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh
rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak
terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu
yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple Computer yang
pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah
untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai
perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil
menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple
berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi
"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak
ada habis-habisnya." Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya,
berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk
memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda
perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan' Anda akan
kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide
brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan di luar
pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa
mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah Anda bahwa Mariah Carey
sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi
latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke
lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional
sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia
mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?
Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh,
susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja
yang belajar." "Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak
yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas
saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya." Ini merupakan
beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir
kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan
otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan
prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk
memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa
yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir
untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-
eksperimen berikutnya?
Kesalahan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan
keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu
berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang
untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi,
sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi
yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang
manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi
unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
Kesalahan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan
adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar
dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif. Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan
dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku
pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai
akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut
dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng
tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah
satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.
Kesalahan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat
umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat
menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah
saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk
melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa
jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut
Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di
masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati
jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional,
misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek
dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim
diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh
seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.
Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses
lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan
kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan
kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan
ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas
itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah
siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
Kreativitas adalah bidang kami.
a single page, is that you appear different to everyone else yet
remain consistent in your own approach.
When you do that you will be portraying an important message to your
readers' subconscious: This company is robust and consistent in its
approach and it is different from all the others. It is a leader,
not a follower.
It is always good to experiment so if you're feeling remotely
adventurous, give one of these techniques a try and just see what
difference it makes to your response.
Themed Headlines for familiarity.
----------------------------------
Use the same distinctive font with different headlines. You can try
this with 2 or 3 ads in a single issue on a single page, or over the
course of a few insertions. The distinctive font consolidates
customer awareness of your company, and the different headline texts
portray variety and flexibility. If you can use this trick in your
campaign you will benefit from broadening your customer appeal and
strengthening your brand in the marketplace.
Use White Space.
----------------
Space is what you pay for when you buy an ad, but if you leave some
of it blank you'll be amazed at how it can improve your response. By
forcing a large white gap between your ad and the others on the page
you will automatically draw the eye to what your ad has to say. This
is such an effective way of using ad space that some publishers do
not permit it. They reason that it reflects badly on their sales
ability to see too much white space on pages that should be all sold
for advertising. But try it out - and if they do make it too
difficult for you then try one of the following ideas with that
extra space:
Publish your ad with a red ring round it.
----------------------------------------
People scanning the classified pages of a newspaper will often ring
the ads that take their interest. You can pre-empt them and ensure
that you get noticed by doing it for them. Of course it means buying
an ad size bigger than you really need but the results can be
spectacular. In this case, put a border round your ad as you would
normally, and use the extra space you bought for a hand-drawn ring,
preferably red.
Use a drop shadow.
-----------------------
Do you know how easy it is these days to give your ads a little
lift. You don't need the world's most expensive design program to
implant a professional-looking drop shadow behind your ad. The
effect is certainly eye-catching
Use a big bold provocative word.
-------------------------------
Here's a secret: We once quadrupled the response rate of a client by
simply putting the word 'SEX' at the top of his ad. The copy of his
ad read "... isn't half as good as a meal at The Left Bank.". In a
campaign to launch his new restaurant that incorporated radio,
posters and press, this little classified ad was the most successful
by far. There are plenty of other words which will draw the eye in
the same way. See if you can find one for your market.
Use lists instead of prose.
-----------------------------
When readers are scanning classified ad pages it is alot easier for
them to read a bulleted list than a paragraph of prose. Wherever
possible, use a list. You'll probably find it will take up less room
too.
Use a portion of a large graphic.
---------------------------------
If you want to use a picture, or a graphic to illustrate what you're
offering, you'll often find you're restricted for space in a
classified ad. Try using a portion of it, just the corner, or the
side of it. By doing this you will find that you can trick the eye
into making the ad stand out, and look a lot bigger than it is. If
you combine this with a white space round the ad so the picture
bleeds into the white space it can be particularly effective.
Big space tiny text.
---------------------
Here's another way of drawing the eye to what you are saying in your
ad. This time you're using tiny text (as small as you dare) in a big
white space. Position the text in the middle of the space allowing
as much open whiteness as you can all around it. This technique
works especially if you can keep the text to a minimum, just don't
forget to put your tel. and email in it. You will find you draw the
readers eye to your ad largely out of curiosity.
7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif
=================================
Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman? Siapa bilang
kreativitias hanya milik orang muda? Siapa bilang orang sukses saja
yang kreatif? Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap
orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45
tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif.
Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir
dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum
mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya
dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa
tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah
strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.
Hambatan 1: Rasa Takut
"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya
gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya
kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan." Yah, rasa takut
gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa
Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam
pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa
Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya
menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya
sudah nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya
cemaskan?" Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan.
Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang
yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa
nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh
rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak
terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu
yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple Computer yang
pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah
untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai
perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil
menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple
berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi
"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak
ada habis-habisnya." Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya,
berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk
memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda
perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan' Anda akan
kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide
brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan di luar
pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa
mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah Anda bahwa Mariah Carey
sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi
latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke
lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional
sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia
mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?
Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh,
susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja
yang belajar." "Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak
yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas
saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya." Ini merupakan
beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir
kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan
otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan
prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk
memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa
yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir
untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-
eksperimen berikutnya?
Kesalahan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan
keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu
berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang
untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi,
sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi
yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang
manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi
unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
Kesalahan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan
adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar
dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif. Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan
dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku
pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai
akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut
dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng
tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah
satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.
Kesalahan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat
umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat
menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah
saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk
melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa
jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut
Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di
masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati
jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional,
misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek
dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim
diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh
seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.
Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses
lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan
kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan
kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan
ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas
itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah
siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
Kreativitas adalah bidang kami.
Wednesday, April 8, 2009
Keep Optimistic and Be Creative.
When one door is closed, don't worry about that because if you watch very carefull u will see another door is still open. Kreativitas adalah jantung dari inovasi. Tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi. Sebaliknya, semakin tinggi kreativitas, jalan ke arah inovasi semakin lebar pula.
"Being creative is seeing the same things as everybody else but thinking of something different"
Pendapat keliru tentang kreatifitas apabila menganggap bahwa ia hanya dimiliki segelintir orang berbakat. Lebih salah kaprah lagi, kreatifitas itu pembawaan sejak lahir. John Kao, pengarang buku Jamming: The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996), membantah pendapat ini. "Kita semua memiliki kemampuan kreatif yang mengagumkan. Dan benar kreatifitas bisa diajarkan dan dipelajari," kata Kao.
Robert Epstein, Ph.D, seorang psikolog mengatakan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Dengan demikian tidak ada alasan kita mengatakan "Saya bukan orang yang kreatif", yang ada hanyalah belum mengasah potensi kreatifitas yang dimilikinya. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang mengasah kreatifitas, semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki.
Salah satu ciri dari orang yang kreatif adalah bahwa ia mampu memunculkan beragam alternatif dari permasalahan yang dihadapinya. Pada umumnya orang dewasa mampu memikirkan 3-6 alternatif pada setiap situasi yang membutuhkan pemecahan masalah. Sedangkan anak-anak mampu memikirkan sekitar 60 alternatif.
Kreatifitas biasa terjadi karena kita mencoba sesuatu dengan sengaja. Dari sengaja kita mampu untuk mengerjakannya dan akhirnya terbiasa. Jadi kreatifitas dapat muncul karena kita terbiasa untuk berkreasi. Kecerdasan, sampai dengan tahap tertentu, sejalan dengan kreatifitas. Seseorang yang cerdas umumnya bisa lebih kreatif. Yang lucu dan aneh adalah pada kisaran IQ 120 dimana setelah angka ini, justru terlihat kreatifitas seseorang menjadi menurun. Demikian yang dituliskan oleh Edward de Bono dalam “Serious Creativity”.
Bisa saja hal ini karena orang-orang yang demikian umumnya jatuh dalam “Expert Trap”. Kemungkinan yang lain adalah akibat berpikir terlalu cepat (prematur) dan langsung berhenti berfikir secara divergen. Sebuah buku karangan Guy Claxton yang berjudul “Hare Brain, Tortoise Mind” mengungkapkan kelebihan berpikir dengan lambat dan lebih eksploratif
“We are students of words: we are shut up in schools, and colleges, and recitation-rooms, for ten or fifteen years, and come out at last with a bag of wind, a memory of words, and do not know a thing.” — Ralph Waldo Emerson
“Common sense is in spite of, not as the result of education.” — Victor Hugo
“There is frequently more to be learned from the unexpected questions of a child than the discourses of men, who talk in a road, according to the notions they have borrowed and the prejudices of their education.” — John Locke
“An inventor is simply a fellow who doesn’t take his education too seriously.” — Charles F. Kettering
“You cannot teach a man anything. You can only help him discover it within himself.” — Galileo Galilei
“It is because modern education is so seldom inspired by a great hope that it so seldom achieves great results. The wish to preserve the past rather that the hope of creating future dominates the minds of those who control the teaching of the young.” — Bertrand Russell
"Being creative is seeing the same things as everybody else but thinking of something different"
Pendapat keliru tentang kreatifitas apabila menganggap bahwa ia hanya dimiliki segelintir orang berbakat. Lebih salah kaprah lagi, kreatifitas itu pembawaan sejak lahir. John Kao, pengarang buku Jamming: The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996), membantah pendapat ini. "Kita semua memiliki kemampuan kreatif yang mengagumkan. Dan benar kreatifitas bisa diajarkan dan dipelajari," kata Kao.
Robert Epstein, Ph.D, seorang psikolog mengatakan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Dengan demikian tidak ada alasan kita mengatakan "Saya bukan orang yang kreatif", yang ada hanyalah belum mengasah potensi kreatifitas yang dimilikinya. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang mengasah kreatifitas, semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki.
Salah satu ciri dari orang yang kreatif adalah bahwa ia mampu memunculkan beragam alternatif dari permasalahan yang dihadapinya. Pada umumnya orang dewasa mampu memikirkan 3-6 alternatif pada setiap situasi yang membutuhkan pemecahan masalah. Sedangkan anak-anak mampu memikirkan sekitar 60 alternatif.
Kreatifitas biasa terjadi karena kita mencoba sesuatu dengan sengaja. Dari sengaja kita mampu untuk mengerjakannya dan akhirnya terbiasa. Jadi kreatifitas dapat muncul karena kita terbiasa untuk berkreasi. Kecerdasan, sampai dengan tahap tertentu, sejalan dengan kreatifitas. Seseorang yang cerdas umumnya bisa lebih kreatif. Yang lucu dan aneh adalah pada kisaran IQ 120 dimana setelah angka ini, justru terlihat kreatifitas seseorang menjadi menurun. Demikian yang dituliskan oleh Edward de Bono dalam “Serious Creativity”.
Bisa saja hal ini karena orang-orang yang demikian umumnya jatuh dalam “Expert Trap”. Kemungkinan yang lain adalah akibat berpikir terlalu cepat (prematur) dan langsung berhenti berfikir secara divergen. Sebuah buku karangan Guy Claxton yang berjudul “Hare Brain, Tortoise Mind” mengungkapkan kelebihan berpikir dengan lambat dan lebih eksploratif
“We are students of words: we are shut up in schools, and colleges, and recitation-rooms, for ten or fifteen years, and come out at last with a bag of wind, a memory of words, and do not know a thing.” — Ralph Waldo Emerson
“Common sense is in spite of, not as the result of education.” — Victor Hugo
“There is frequently more to be learned from the unexpected questions of a child than the discourses of men, who talk in a road, according to the notions they have borrowed and the prejudices of their education.” — John Locke
“An inventor is simply a fellow who doesn’t take his education too seriously.” — Charles F. Kettering
“You cannot teach a man anything. You can only help him discover it within himself.” — Galileo Galilei
“It is because modern education is so seldom inspired by a great hope that it so seldom achieves great results. The wish to preserve the past rather that the hope of creating future dominates the minds of those who control the teaching of the young.” — Bertrand Russell
Subscribe to:
Posts (Atom)