Terus terang sebagai founder website yang juga manusia biasa dengan kewajibannya mencari nafkah, sesuap nasi dan mobil mercy, penulis pun harus bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Bolehlah sedikit diceritakan disini untuk menjadi persepsi agar kedepan bersama kita melihatnya sebagai momentum dalam sejarah bisnis, minimal secara pribadi apa yang penulis rasakan selama setahun terakhir ini.
Sebab ternyata sejarah sebagai ilmu pun bisa difungsikan sebagai strategi marketing, alat untuk berpromosi dan memperkuat brand perusahaan. Itu pula yang menarik dari kisah penulis sebagai karyawan, meskipun tidak secara langsung menggunakan metode sejarah dalam pekerjaan. Singkat cerita, saya bergabung dalam CV. BM (dalam inisial karena tidak ada izin dari owner untuk mempublikasikan) dan bekerja di kantor cabang Semarang sebagai sales-marketing. Perusahaan cv.bm ini merupakan main distributor suatu principal ponsel nasional yang tugasnya mendistribusikan ke toko-toko di provinsi Jawa Tengah.
Kantor pusat CV. BM di Jawa Tengah, lokasi bersebelahan dengan ruko Tiket.Com, Yogyakarta. |
Kantor pusat cv.bm sendiri ada di Surabaya dengan cabang perusahaan di Bali, Jogja, Solo, Semarang, Makasar, bahkan hingga Ternate. Untuk area Semarang sendiri gugus tugas dibagi dua antara Pantura ke Barat yaitu Kendal, Weleri, Batang, Pekalongan, Pemalang, Randudongkal, Tegal, Slawi, Brebes. Sedang Pantura ke Timur ada personel lain yang ditugaskan mengelola repeat order dari toko-toko disekitarnya.
Intinya selama bekerja seorang sales harus mampu mengelola toko yang sudah menjadi klien perusahaan, mampu menjaga hubungan baik dengan pemilik toko, promotor dari principal yang ditempatkan di toko dengan cara harmonisasi antara repeat order maupun pembayaran tagihan. Maklumlah meskipun cv.bm hanya sebuah perusahaan MD namun mempunyai modal yang kuat sehingga mampu mengirim barang dengan pembayaran tempo hingga sebulan. Sekilas pun bisa diketahui oleh seorang sales baru seperti saya yang baru bergabung bisa dipercayakan mengelola sirkulasi barang hingga milyaran ke toko hanya dengan dasar sistem altius, sebaliknya pemilik toko repeat order dengan mengandalkan reputasi atau nama baik tokonya.
Masalah teknis by sistem kalau dibahas bisa jadi halaman tersendiri di blog ini. Intinya, secara singkat lewat observasi setahun ini bisa dikatakan cv.bm sudah punya konsep kerja internal yang saya pandang cukup baik. Apalagi posisi sales yang harus selalu menjalin relasi kita sudah dibekali cukup fasilitas seperti kendaraan roda empat alias mobil yang bisa dipakai setiap waktu serta ponsel ldu atau live demolition unit.
Live Demolition Unit, ponsel buat sales |
Peduli dan perhatian terhadap sejarah bisnis meskipun hanya berupa komitmen pembelajaran pribadi tampaknya penting untuk dipelihara sebagai budaya kerja. Strategi marketing diluar sana mungkin beragam dan untuk dapat bertahan kita harus punya catatan sejarah sendiri, supaya tidak lemah serta mudah didikte oleh perubahan eksternal diluar sana. Apalagi akan sangat sulit bila sistem sudah terbentuk dengan amat solid, dan mengakibatkan terputusnya arus komunikasi antara principal - distributor - retail/ agen di lapangan.
Selaku penulis artikel saya hanya berbagi informasi dan mengambil kesimpulan sementara dari pengalaman selama setahun ini yang memperlihatkan bahwa sejarah itu relevan dengan berbagai permasalahan termasuk dari sudut pandang bisnis. Kekuatan sejarah ada pada kronologisasi yang menuntut kemampuan independent seorang sejarawan di semua lini bahwa sejarah itu merupakan kunci dari semua masalah yang dihadapi hari ini, mempelajarinya berarti membuka gerbang harapan dimasa mendatang.
Sejarah juga mengajarkan bahwa apapun posisi kita dalam kehidupan di hari ini, sesekali kita harus menoleh ke belakang, merunut setiap peristiwa yang telah lewat sebagai riwayat hidup yang berharga dan mengambil hikmahnya untuk solusi bila ada masalah di hari ini maupun menggapai tujuan kedepan, untuk hari esok yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment
Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.