Ada kalanya, kita merasa bahwa dunia ini tak lagi ramah pada diri kita. Ia seperti menjadi musuh ganas yang menempatkan diri kita sebagai korban. Dan jika kita terjebak, maka cara pandang sebagai korbanlah yang mendominasi pikiran dan perasaan kita. Dunia seperti mau kiamat!
Bisnis lesu, penghasilan menyusut, pikiran berat dan kacau, perasaan tak karuan, tubuh serasa letih luar biasa, merasa serba salah, merasa berjalan di tempat, hilang akal, tak tahu harus bagaimana, dan sebagainya. Itu baru sedikit dari gejala mengalami dampak sebuah setback.
Kita merasa seperti terpenjara, tersudutkan, dan terhakimi oleh keadaan. Kita merasa seperti orang yang paling menyedihkan di seluruh jagad raya. Kita merasa bahwa di dunia ini, tak ada yang lebih menderita dari diri kita. Dunia sudah seperti neraka yang membakar mood sampai ke ubun-ubun!
Itukah yang sedang terjadi padamu wahai sahabat?
Prens, ketahuilah satu hal:
"Makna Hidup Adalah Transisi"
Maka yakinilah, bahwa apa yang tengah berlangsung dan sedang terjadi, adalah bagian dari "proses normal" dalam kehidupan. Ia menjadi "tidak normal" karena kita sedang menggunakan "kacamata minus". Padahal, mata-hati yang sesungguhnya engkau miliki adalah yang terbaik yang dianugerahkan- Nya kepada dirimu.
Bagaimanakah caranya dikau bisa mengganti kacamata? Bagaimanakah menyikapi semua setback sebagai stepback? Bagaimana meyakini sebuah kemunduran sebagai bagian dari kemajuan?
RUMUS DASAR
1. Perbanyak koleksi kacamata.
Belajarlah lebih banyak. Setback adalah tanda terpenting bagimu untuk melanjutkan pelajaran, meneruskan bab iqro, dan memperdalam pengajian. Setback adalah alasan paling sah dan paling valid untuk mendudukkan diri kembali ke bangku sekolah kehidupan.
Sebagaimana lapar adalah alasan paling sah untuk makan. Sebagaimana mengantuk adalah alasan terbaik untuk tidur. Sebagaimana gatal adalah alasan paling benar untuk menggaruk. Sebagaimana JATUH adalah alasan terbaik untuk BANGUN.
2. Mulailah meyakini ini:
"10% adalah fakta, 90% adalah penyikapan."
Dikau boleh merubah proporsi itu, 20% : 80%, 35% : 65%, atau bahkan 49% : 51%, silahkan saja. Apa yang penting untuk matematika hidupmu, adalah sikap > fakta. Harus selalu begitu. Sebab jika tidak, apapun yang engkau perhitungkan tentang dunia ini, akan menyalahi semua hukum matematis alam semesta.
Jika dikau masih kurang yakin, bukalah kembali semua buku pelajaran dan sebuah wejangan dari orang bijak, mereka yang besar, dan tokoh-tokoh hebat yang dikau kenal. 100%, mereka bicara tentang ini.
TEKNIK
Ada banyak Prens, ini beberapa.
1. Perbaiki bahasa jiwamu saat ia bersenandung tentang dunia.
"Ada kalanya, kita merasa bahwa dunia ini tak lagi ramah pada diri kita."
"Tak lagi" katamu? Bukan Prens, dikau tak boleh memutuskan tali kehidupan dengan menjadi hakim yang menjatuhkan vonis mati dengan finalisasi seperti itu.
Yang benar adalah "sedang". Maka, ia tak lagi menjadi permanen, ia hanya sementara.
"Ia seperti menjadi musuh ganas yang menempatkan diri kita sebagai korban."
Kau mau terima itu, "korban"? Jangan lemahkan dirimu Prens. Dunia ini diciptakan untukmu. Dikaulah raja di dunia. Tunjukkan cerminan ke-Maha-an-Nya dalam diri mu. Engkau adalah wakil-Nya di sini bukan? Itu sebabnya statusmu adalah Khalifah.
"Dunia seperti mau kiamat!"
Siapa dirimu hingga engkau bisa mengira bahwa engkau punya kuasa untuk menentukan kapan kiamat harus terjadi? Kata-katamu, sesungguhnya adalah ungkapan dari bangkitnya kekuatan besar dalam dirimu. Sayangnya, ia telah tergoda nafsu amarah hingga ingin menjadi lebih besar dari Tuhan. Bukan begitu caranya membangkitkan raksasa. Sehebat apapun dirimu, tak akan bisa engkau menciptakan kiamat.
Bangkitlah dengan benar. Ini bukan kiamat. Dunia adalah arena permainanmu. Jangan jadi wasit, jadilah pemain yang bijak. Ketahuilah, Yang Maha Kuasa, sedang menunjukkan kekuasaan-Nya. Lebih buruk dari setback pun, adalah terlalu kecil bagi-Nya. Terimalah dulu. Pasrahkan dirimu di dalam skenario-Nya.
"Dunia sudah seperti neraka yang membakar mood sampai ke ubun-ubun!"
Lagi, kamu siapa hingga boleh merasa sangat mengerti seperti apa itu neraka?
2. Sadarilah makna kehidupanmu. Hidupmu adalah transisi, bukan sesuatu yang statis dan tidak dinamis. Maka tak benar jika engkau menganggap bahwa dirimu sedang tak kemana-mana. Engkau sedang berjalan, dengan perjalanan jiwa. Engkau tetap melangkah, dengan hati yang tak boleh menjadi batu.
Transisi itu begini.
Jika tanah yang kau injak sedang melandai turun, adakah dikau tetap ingin mempertahankan ketinggianmu sekalipun dikau harus melayang di atas tanah?
Jika kemudian jalan setapakmu menanjak, adakah dikau juga tetap ingin mempertahankan ketinggianmu, sekalipun itu akan membenamkan kakimu hingga terpaku mati di situ?
Jangan! Tetaplah di permukaan. Sesuai dengan naik dan turunnya perjalananmu. Menarilah dengan iramanya.
Itu namanya membumi.
3. Untuk melompat lebih tinggi dan lebih jauh, ini pasti. Dikau harus mengambil ancang-ancang terlebih dahulu. Dan untuk itu, dikau harus mundur dulu satu atau dua langkah. Bahkan sering, dikau juga harus menekuk sedikit penopang tubuhmu, membungkukkan badan, menarik nafas dalam, memiringkan badan. Begitu bukan? Itu semua agar dikau tak keseleo atau patah tulang. Itu semua agar kekuatan jet-mu adalah cukup untuk take off.
Engkau hidup di sebuah tempat yang namanya bumi. Di situ, berlaku hukum alam yang disebut gravitasi. Hanya dalam hal khusus engkau bisa menafikannya. Tak perlu arogan dengan merasa seperti hidup di awang-awang, hingga begitu yakin tak perlu takluk pada hukum gravitasi.
Apa yang terjadi adalah hukum alam. Itu sebabnya, apa yang engkau rasakan kini sebagai setback, adalah alami. Maka jadikanlah kata sifat itu menjadi kata kerja, "alami" saja. Jalani saja, dengan fisik diam dan jiwa tetap bertualang.
Dunia fisikmu sedang perlu beristirahat, sebab jiwamu sedang haus. Reguklah dulu air kehidupan, lepaskan dahulu dahagamu dengan kebijaksanaan yang murni. Mata airnya, mengucur deras di dalam dirimu sendiri.
4. Ingatlah bahwa engkau hidup di dalam film indah tentang kehidupan. Dan Dia mengistimewakanmu, dengan tak hanya memberimu peran, melainkan mengangkatmu juga sebagai sutradara.
Keluarlah dari layar. Cuti sebentar dari posisi pemain. Duduk manis di bangku penonton, dan nikmatilah kisah hidupmu. Dari situ, engkau akan melihat keseluruhan naskah dari skenario. Maka temukanlah, bahwa apa yang sedang terjadi, hanya sebuah babak dari indahya seluruh cerita.
Percayalah, selalu ada bagian di mana engkau bisa menikmatinya dengan senyum dan tawa. Dan itu pasti terjadi, saat engkau mengingat semua ini, beberapa tahun dari sekarang.
5. Jangan jadi serigala.
Alkisah, seekor serigala melihat buah anggur yang sedap dan ranum. Ia sangat menginginkannya, sebab ia sedang bosan dengan lezatnya daging. Kali ini, ia mau mencoba kenikmatan baru, dan ia menginginkan anggur itu.
Ia melompat. Sekali, tak kena! Dua kali, tak kena! Tiga kali, tak kena!
Ia beristirahat sebentar dan menarik nafas, lalu mencoba lagi.
Empat kali, tak kena! Lima kali, tak kena! Enam kali, tak kena!
Ia kelelahan, lalu berdengus,
"Huh! capek deh. Udahan ah. Ngapain. Lagian, paling-paling anggur asem dan sepat!"
Ia pergi dan menyerah kalah. ia sudah terjangkiti penyakit. Namanya,"Sour Grape Syndrome".
Prens, enam kali itu baru sedikit. Beristirahat sajalah dulu. Nanti dicoba lagi. Dan kali ini, buang matematikamu. Kembalilah ke keyakinan. Sebab ia lebih powerful dari kalkulator manapun. Maka tak akan berarti bagimu, apakah dikau harus melakukannya seratus atau seribu kali lagi.
Selagi engkau yakin dan tak mau menyerah kalah, maka engkau tak akan pernah gagal. Sebab gagal hanya ada jika engkau berhenti.
Yakinkah dikau bahwa dengan kesabaran, anggur itu tetap akan jatuh juga? Dan ke-Maha-an-Nya, akan membuat anggur itu jatuh di saat yang paling tepat; ketika ia di puncak kesegarannya dan engkau selalu berada di bawahnya. Tak akan makhluk lain yang akan memanennya, kecuali dikau sendiri. Jika engkau tinggal, dikau kembalipun anggur itu mungkin sudah busuk.
Isn't that a perfect timing?
Lebih mungkin, ini semua terjadi karena engkau sudah tak sabar ingin "mengijon". Itulah yang membuatmu cepat lelah. Jangan Prens, segala sesuatu ada waktunya. Dan Dia lebih tahu tentang apa yang baik bagimu.
Dan ingat Prens, gravitasi masih berlaku di sini.
6. Akan tiba saatnya, dikau berubah menjadi kupu-kupu indah yang disukai dunia. Setelah dikau merasa sesak di dalam kepompong, dilanda sakit metamorphosis. Keluar, lihatlah sinar mentari yang baru, lalu terbanglah kemana engkau suka.
Saat dikau berhasil menggeser setback menjadi stepback, mulailah lagi perjalananmu dengan seluruh dirimu, dengan fisik dan dengan jiwamu yang telah segar dan bebas penat.
Tahukah dikau bagaimana dunia akan menyapamu saat itu?
"Well comeback!"
Artikel disadur dari sebuah milis atau diskusi group.
Disadur kembali oleh Jorganizer Hamdina.
02470609694
Sosialisasi Sejarah Historimedia Sejarawan Kontemporer Modern (whatsapp: 0823.2223.2268)
Showing posts with label motivasi.. Show all posts
Showing posts with label motivasi.. Show all posts
Sunday, March 21, 2010
Personal to do, to have, atau to be?
"Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain." (Victor Hugo)
Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.
Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.
· Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan.
Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.
Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.
Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, "Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis." Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
· Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan.
Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.
Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.
Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.
Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.
Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya...," katanya.
Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.
· Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik.
Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.
Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"
Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India .
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!
Artikel diambil dari milis/ diskusi group yahoo.
Disadur kembali oleh jorganizer Hamdina
02470609694
Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.
Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.
· Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan.
Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.
Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.
Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, "Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis." Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
· Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan.
Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.
Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.
Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.
Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.
Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya...," katanya.
Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.
· Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik.
Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.
Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"
Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India .
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!
Artikel diambil dari milis/ diskusi group yahoo.
Disadur kembali oleh jorganizer Hamdina
02470609694
Wednesday, December 16, 2009
Cara agar selalu termotivasi
Sering banyak pertanyaan dari seseorang, bagaimana caranya agar selalu termotivasi secara terus menerus? Dan bagaimana caranya agar kita maupun orang lain yang bisa jadi itu adalah karyawan kita, keluarga kita bahkan anak kita termotivasi untuk melakukan sesuatu? Caranya sebenarnya mudah dan sederhana.
Caranya adalah bila dalam manajemen dikenal dengan yang namanya Punishment (hukuman) dan Reward (hadiah), sedangkan saya pernah juga membaca diwikipedia yang namanya konsep Carrot dan stick. Apa sih idiom dari kata itu? Yang jelas walau carrot itu artinya wortel bukan kita menjadi kelinci yang untuk memakan wortelnya hehehe…. Idiom dari Carrot dan Stick adalah suatu aturan yang menawarkan suatu kombinasi berupa hadiah (carrot) dan hukumkan (Stick) untuk mendorong menuju perilaku tertentu. Bila ini digambarkan adalah seperti bila anda menunggani seekor keledai dan bagaimana cara supaya keledai itu mau berjalan? Yang harus dilakukan adalah bila tidak dipukul pantatnya ya dikasih wortel dengan diikat disebuah batang kayu lalu dijulurkan ke mulutnya keledai tersebut sehingga dia mau berjalan.
Bagaimana dengan konsep dari NLP, konsepnya cukup sederhana yaitu di NLP mengenal yang namanya konsep Toward dan Away. Nah, ini apalagi konsep toward dan away? Konsepnya tetap sama dengan konsep diatas, yaitu Toward adalah mengejar atau mendekati sesuatu dan away adalah menghindari akan sesuatu yang membuat atau mengarahkan ke perilaku tertentu. Wuihh, gimana cara aplikasinya? Caranya sangat simpel dan sederhana.
Banyak orang yang selalu menggunakan insentif atau hadiah untuk agar seseorang anak, karyawan atau keluarga bahkan diri kita sendiri mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan atau impian kita. Bahkan ada beberapa perusahaan yang selalu menggunakan satu jurus atau satu konsep yaitu hanya konsep mengejar insentif. Kalau penjualan tidak terjadi, mereka hanya menambah sistem insentif. Dan anehnya menurut mereka (padahal menurut saya tidak aneh bila tau konsep ini lebih awal) bahwa yang dapat insentif rata-rata adalah orang yang itu-itu saja yang selama ini memang sudah selalu dapat. Ya ada sih orang-orang baru yang dapat tetapi setelah itu balik lagi ke perilaku awal. Hmmmm menarik yah….
Saya juga sebenarnya adalah seseorang yang bukan pengejar atau toward untuk mencapai impian saya bahkan saya orang yang cenderung away. Kok lucu, saya away padahal saya selalu bisa mencapai yang saya inginkan. Padahal kan menghindar. Na, uniknya disini. Saya sudah mengetahui saya away dan ketakutkan saya adalah selalu bila keluarga saya tidak bahagia karena kekurangan uang atau sebagainya. Jadi saya menggunakan away saya tadi untuk mendorong atau istilahnya mesin pendorong saya agar mengejar impian saya. Menggunakan ketakutan saya untuk tenaga ekstra. Dan hasilnya adalah saya berhasil mendapatkan tiga (3) kali Top Achievement Award dari perusahaan saya bekerja dan mendapat hadiah berjalan-jalan keluar negeri. Wuihhh menarik nih. Bahkan bukan itu saja, saya pun pernah menjadi sales terbaik serta masuk ke majalah sebagai penjual yang paling dicari hanya dengan menggunakan konsep ini.
Saya ingat waktu saya bekerja dulu, saya mempunyai seorang teman yang sebenarnya dia adalah tipikal away tetapi dia tidak menggunakan awaynya tadi untuk menjadi sumber tenaganya untuk mencapai impian. Lalu dia hanya mengerutu bila atasannya tidak membantu dia, bahkan dia pernah berucap, dia mah enak, datang pagi hanya baca koran lalu menghilang. Sehingga dia hanya termotivasi untuk membicarakan atasannya. Dan akhirnya, dia tidak mencapai tujuannya alias mencapai target. Kan sayang bila kita bisa mencapai impian dengan mudah bila tidak tahu caranya.
Bahkan saat saya bekerja atau pada saat saya mengajar, kadang saya menemukan beberapa orang salesman yang tidak termotivasi untuk mempunyai uang lebih. Padahal kata manajemennya, gaji tidak besar dan insentif dibesarkan tapi kenapa mereka tidak mengejar? Saya sih hanya mengatakan ya itu tadi, salahnya hanya memakai satu jurus. Yaitu toward saya, pernahkah anda memakai away sebagai senjata anda? Jawabannya biasanya adalah tidak. Kan sayang kan, harusnya bisa kok mencapai target dengan mudah dengan cara ini
Dan bagaimana untuk orang yang toward atau mengejar, ini lebih mudah lagi. Hanya dengan memberikan insentif atau penghargaan tertentu maka dia akan mengejar impian tersebut.
Cara menggunakannya bagaimana? Dan bagaiman kita tahu bahwa dia toward atau away?
Yang bisa kita lakukan adalah menanyakan apa yang penting dari hal itu atau untuk mencapai impian tersebut. Saya bantu untuk memberikan contoh dengan membuat percakapan
“Apa impian anda?”
“Membeli mobil” jawabnya
“Kenapa membeli mobil itu begitu penting buat anda?”
“membeli mobil itu penting buat saya karena itu adalah alat transportasi saya” balasnya
“Kenapa sebagai alat transportasi itu begitu penting buat anda?”
“Karena rumah saya jauh dan kasihan keluarga saya bila mereka naik angkutan umum” katanya.
Na, dari uraian diatas, dia mengucapkan kalimat terakhir adalah kasihan. Kasihan ini adalah identik dari dia menghindar suatu masalah. Jadi dia tipikal away. Bagaimana untuk tipikal toward? Bagaimana cara mencarinya? Disini saya coba berikan contoh dengan juga membuat percakapan dalam bentuk yang sama
“Apa impian anda?”
“Membeli rumah” jawabnya
“Kenapa membeli rumah itu begitu penting buat anda?”
“Karena saya selama ini bekerja dan harus mengejar impian saya untuk membeli rumah” jelasnya
“Kenapa mengejar impian itu begitu penting buat anda?”
“Jelas donk, dalam mengejar impian kan saya mau sukses dan bisa hidup enak” jawabnya lagi
Na, dari cerita diatas, bahwa dia konsisten dalam menjawabnya selalu mengarahkan ke mengejar atau toward.
Karena sudah tahu penjelasan diatas, kita bisa menggunakan konsep toward atau away untuk membantu seseorang atau bahkan diri kita sendiri untuk mengejar impian kita. Dan sebagai atasan, kita bisa menggunkan formula tertentu bila orangnya toward maka diberikan dengan sistem insentif sedangkan bila orangnya away maka bisa diberikan dengan konsep hukuman atau bisa juga dengan menanyakan apa yang paling penting dalam hidup kamu khususnya bekerja? Bila jawabannya adalah keluarga atau kebebasan atau jawaban apapun bisa kita gunakan awaynya adalah keluarganya atau kebebasannya. Coba anda imajinasikan bila anda tidak mengejar impian anda apa yang akan terjadi dengan keluarga anda nantinya? Atau bila anda tidak mengejar impian anda sekarang, apa yang akan terjadi dengan masa depan anda? Apakah anda bisa bebas? Pasti tidak bukan?
Bila kita menggunakan salah satu konsep toward dan away, ini sudah membantu banyak kita agar mudah mengejar impian dan dipastikan akan lebih cepat mencapainya dibandingkan bila kita tidak pernah atau tahu kita adalah orang yang arah motivasi toward atau away.
Artikel diambir dari beberapa sumber dan disadur kembali oleh:
Pro Historian
024-7060.9694 (sms/ telpon)
Independent with my own idealism
Caranya adalah bila dalam manajemen dikenal dengan yang namanya Punishment (hukuman) dan Reward (hadiah), sedangkan saya pernah juga membaca diwikipedia yang namanya konsep Carrot dan stick. Apa sih idiom dari kata itu? Yang jelas walau carrot itu artinya wortel bukan kita menjadi kelinci yang untuk memakan wortelnya hehehe…. Idiom dari Carrot dan Stick adalah suatu aturan yang menawarkan suatu kombinasi berupa hadiah (carrot) dan hukumkan (Stick) untuk mendorong menuju perilaku tertentu. Bila ini digambarkan adalah seperti bila anda menunggani seekor keledai dan bagaimana cara supaya keledai itu mau berjalan? Yang harus dilakukan adalah bila tidak dipukul pantatnya ya dikasih wortel dengan diikat disebuah batang kayu lalu dijulurkan ke mulutnya keledai tersebut sehingga dia mau berjalan.
Bagaimana dengan konsep dari NLP, konsepnya cukup sederhana yaitu di NLP mengenal yang namanya konsep Toward dan Away. Nah, ini apalagi konsep toward dan away? Konsepnya tetap sama dengan konsep diatas, yaitu Toward adalah mengejar atau mendekati sesuatu dan away adalah menghindari akan sesuatu yang membuat atau mengarahkan ke perilaku tertentu. Wuihh, gimana cara aplikasinya? Caranya sangat simpel dan sederhana.
Banyak orang yang selalu menggunakan insentif atau hadiah untuk agar seseorang anak, karyawan atau keluarga bahkan diri kita sendiri mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan atau impian kita. Bahkan ada beberapa perusahaan yang selalu menggunakan satu jurus atau satu konsep yaitu hanya konsep mengejar insentif. Kalau penjualan tidak terjadi, mereka hanya menambah sistem insentif. Dan anehnya menurut mereka (padahal menurut saya tidak aneh bila tau konsep ini lebih awal) bahwa yang dapat insentif rata-rata adalah orang yang itu-itu saja yang selama ini memang sudah selalu dapat. Ya ada sih orang-orang baru yang dapat tetapi setelah itu balik lagi ke perilaku awal. Hmmmm menarik yah….
Saya juga sebenarnya adalah seseorang yang bukan pengejar atau toward untuk mencapai impian saya bahkan saya orang yang cenderung away. Kok lucu, saya away padahal saya selalu bisa mencapai yang saya inginkan. Padahal kan menghindar. Na, uniknya disini. Saya sudah mengetahui saya away dan ketakutkan saya adalah selalu bila keluarga saya tidak bahagia karena kekurangan uang atau sebagainya. Jadi saya menggunakan away saya tadi untuk mendorong atau istilahnya mesin pendorong saya agar mengejar impian saya. Menggunakan ketakutan saya untuk tenaga ekstra. Dan hasilnya adalah saya berhasil mendapatkan tiga (3) kali Top Achievement Award dari perusahaan saya bekerja dan mendapat hadiah berjalan-jalan keluar negeri. Wuihhh menarik nih. Bahkan bukan itu saja, saya pun pernah menjadi sales terbaik serta masuk ke majalah sebagai penjual yang paling dicari hanya dengan menggunakan konsep ini.
Saya ingat waktu saya bekerja dulu, saya mempunyai seorang teman yang sebenarnya dia adalah tipikal away tetapi dia tidak menggunakan awaynya tadi untuk menjadi sumber tenaganya untuk mencapai impian. Lalu dia hanya mengerutu bila atasannya tidak membantu dia, bahkan dia pernah berucap, dia mah enak, datang pagi hanya baca koran lalu menghilang. Sehingga dia hanya termotivasi untuk membicarakan atasannya. Dan akhirnya, dia tidak mencapai tujuannya alias mencapai target. Kan sayang bila kita bisa mencapai impian dengan mudah bila tidak tahu caranya.
Bahkan saat saya bekerja atau pada saat saya mengajar, kadang saya menemukan beberapa orang salesman yang tidak termotivasi untuk mempunyai uang lebih. Padahal kata manajemennya, gaji tidak besar dan insentif dibesarkan tapi kenapa mereka tidak mengejar? Saya sih hanya mengatakan ya itu tadi, salahnya hanya memakai satu jurus. Yaitu toward saya, pernahkah anda memakai away sebagai senjata anda? Jawabannya biasanya adalah tidak. Kan sayang kan, harusnya bisa kok mencapai target dengan mudah dengan cara ini
Dan bagaimana untuk orang yang toward atau mengejar, ini lebih mudah lagi. Hanya dengan memberikan insentif atau penghargaan tertentu maka dia akan mengejar impian tersebut.
Cara menggunakannya bagaimana? Dan bagaiman kita tahu bahwa dia toward atau away?
Yang bisa kita lakukan adalah menanyakan apa yang penting dari hal itu atau untuk mencapai impian tersebut. Saya bantu untuk memberikan contoh dengan membuat percakapan
“Apa impian anda?”
“Membeli mobil” jawabnya
“Kenapa membeli mobil itu begitu penting buat anda?”
“membeli mobil itu penting buat saya karena itu adalah alat transportasi saya” balasnya
“Kenapa sebagai alat transportasi itu begitu penting buat anda?”
“Karena rumah saya jauh dan kasihan keluarga saya bila mereka naik angkutan umum” katanya.
Na, dari uraian diatas, dia mengucapkan kalimat terakhir adalah kasihan. Kasihan ini adalah identik dari dia menghindar suatu masalah. Jadi dia tipikal away. Bagaimana untuk tipikal toward? Bagaimana cara mencarinya? Disini saya coba berikan contoh dengan juga membuat percakapan dalam bentuk yang sama
“Apa impian anda?”
“Membeli rumah” jawabnya
“Kenapa membeli rumah itu begitu penting buat anda?”
“Karena saya selama ini bekerja dan harus mengejar impian saya untuk membeli rumah” jelasnya
“Kenapa mengejar impian itu begitu penting buat anda?”
“Jelas donk, dalam mengejar impian kan saya mau sukses dan bisa hidup enak” jawabnya lagi
Na, dari cerita diatas, bahwa dia konsisten dalam menjawabnya selalu mengarahkan ke mengejar atau toward.
Karena sudah tahu penjelasan diatas, kita bisa menggunakan konsep toward atau away untuk membantu seseorang atau bahkan diri kita sendiri untuk mengejar impian kita. Dan sebagai atasan, kita bisa menggunkan formula tertentu bila orangnya toward maka diberikan dengan sistem insentif sedangkan bila orangnya away maka bisa diberikan dengan konsep hukuman atau bisa juga dengan menanyakan apa yang paling penting dalam hidup kamu khususnya bekerja? Bila jawabannya adalah keluarga atau kebebasan atau jawaban apapun bisa kita gunakan awaynya adalah keluarganya atau kebebasannya. Coba anda imajinasikan bila anda tidak mengejar impian anda apa yang akan terjadi dengan keluarga anda nantinya? Atau bila anda tidak mengejar impian anda sekarang, apa yang akan terjadi dengan masa depan anda? Apakah anda bisa bebas? Pasti tidak bukan?
Bila kita menggunakan salah satu konsep toward dan away, ini sudah membantu banyak kita agar mudah mengejar impian dan dipastikan akan lebih cepat mencapainya dibandingkan bila kita tidak pernah atau tahu kita adalah orang yang arah motivasi toward atau away.
Artikel diambir dari beberapa sumber dan disadur kembali oleh:
Pro Historian
024-7060.9694 (sms/ telpon)
Independent with my own idealism
Tuesday, November 10, 2009
Learn from failure.
A Beautiful Mind, Moulin Rouge, The Lord of the Rings, Gosford Park,
dan In the Bedroom, adalah film-film Hollywood yang
dinominasikan untuk memenangkan piala Oscar tahun 2002
Salah satu
langganan nominasi piala Oscar adalah Steven Spielberg, sang
sutradara kawakan, pencetus film-film bergengsi yang umumnya juga
laku keras di pasaran. Seandainya saja tahun ini Steven Spielberg,
yang saat ini sedang istirahat setelah mengalami operasi pengangkatan
kidney, memproduksi sebuah film, kemungkinan besar film tersebut akan
masuk pula dalam nominasi Oscar. Siapakah Steven Spielberg dan apa
saja kiat sukses sang sutradara yang dapat kita teladani? Simak
cerita berikut ini.
Cinta pada bidang yang ditekuni
Steven Spielberg dilahirkan di Cincinnati, Ohio, USA pada tanggal 18
Desember 1946 dan dibesarkan di Haddonfield, New Jersey dan
Scottsdale, Arizona. Sejak kecil, Spielberg telah jatuh cinta pada
industri perfilman. Kecintaan pada dunia film ini diwujudkan dengan
komitmen yang tinggi pada dunia film sejak ia berusia belasan. Film
pertamanya dibuat dirumah pada usia 12 tahun hanya dengan bantuan
kakak perempuannya. Dengan peralatan sederhana pada waktu itu, ia
mendedikasikan seluruh kemampuannya--fisik, pikiran dan kecintaannya,
pada film-film yang dibuatnya. Tidak heran jika pada usia 13 tahun,
Spielberg sudah berhasil meraih penghargaan lewat filmnya Escape to
Nowhere. Kecintaan dan komitmen pada dunia film ini terus dibawanya
sampai kini.
Selalu berusaha untuk menghasilkan yang terbaik
Untuk menghasilkan karya-karya film terbaik, Steven Spielberg tidak
cepat puas dengan hasil yang "baik." Sutradara dan produser film ini
selalu berusaha keras untuk menghasilkan karya "unggulan." Ia sangat
teliti dalam detail film yang disutradarai. Perencanaan produksi,
penyusunan alur cerita, pemilihan pemain, karakterisasi pemain,
dekor, lokasi, dan baju pemain tidak luput dari perhatiannya.
Misalnya saja film Schindler's List yang memenangkan berbagai piala
penghargaan di dunia film, sarat dengan detail sejarah yang nyaris
sempurna. Ini bukan merupakan hasil kerja sesaat, tetapi hasil kerja
yang ditunjang berbagai penelitian sejarah yang dilakukannya sebelum
produksi film tersebut dimulai. Buktinya, hampir semua film-film yang
ditangani sukses besar, baik secara teknis, artistik, maupun
komersial.
Kegagalan adalah guru yang baik
Walaupun hampir semua film yang disutradarai, dan diproduksi
Spielberg meraih sukses besar, ada juga film-film sutradara ini yang
kurang berhasil. Salah satu contohnya adalah film yang berjudul 1941
yang diproduksi tahun 1979. Kegagalan dalam film ini tidak membuat
Spielberg menjadi putus asa dan tidak mau lagi berkarya. Sebaliknya,
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan selalu dijadikan pelajaran
berharga untuk memperbaiki film-film yang akan dihasilkan kemudian.
Berpikir beberapa langkah ke depan
Close Encounter of the Third Kind, Raiders of the Lost Arc, E.T, Back
to the Future, Gremlin, dan Jurrasic Park merupakan film-film box
office karya Spielberg yang berani tampil beda dari film-film lainnya
yang muncul bersamaan. Spielberg tidak sekedar mengikut arus, tetapi
ia berhasil menciptakan "trend" di dunia film dengan konsep konsepnya
yang beberapa langkah lebih maju dari film-film yang diproduksi pada
saat yang sama. Perencanaan akurat, teknologi canggih dan tema cerita
yang selalu segar merupakan inovasi yang senantiasa ditawarkan dalam
film-film Spielberg.
Banyak sekali gaya sukses orang-orang terkenal yang bisa kita
teladani, salah satunya adalah gaya sukses Steven Spielberg. Mungkin
saja gaya sang sutradara ini cocok untuk anda teladani.
=================================
Kata-kata MUtiara Seputar MANDIRI
SUCCESSFUL ACTION IS CUMULATIVE IN RESULTS.
Success is the sum of small efforts, repeated day in and day out. Many
people take the first step and then stop. Yet, with every additional
step you take, you enhance immensely the value of your first step.
All masters of success are chiefly distinguished
by their power of adding a second, a third,
and perhaps a forth step in a continuous line.
There is no royal road to anything.
One thing at a time, all things in succession is the rule of life.
That which grows fast, withers as rapidly. That which grows slowly,
endures.
Do not despise the bottom rings in your ascent to greatness.
Sy berusaha membangun jaringan, terbuka untuk kerjasama apapun. Kami memiliki modal finansial yg sangat cukup untuk memulai usaha menengah. Apa yg kami perlukan hanyalah informasi dan sumber daya yg handal.
Hamdina Organizer
Komunitas para manajerial handal dan amanah
024-7060.9694
dan In the Bedroom, adalah film-film Hollywood yang
dinominasikan untuk memenangkan piala Oscar tahun 2002
Salah satu
langganan nominasi piala Oscar adalah Steven Spielberg, sang
sutradara kawakan, pencetus film-film bergengsi yang umumnya juga
laku keras di pasaran. Seandainya saja tahun ini Steven Spielberg,
yang saat ini sedang istirahat setelah mengalami operasi pengangkatan
kidney, memproduksi sebuah film, kemungkinan besar film tersebut akan
masuk pula dalam nominasi Oscar. Siapakah Steven Spielberg dan apa
saja kiat sukses sang sutradara yang dapat kita teladani? Simak
cerita berikut ini.
Cinta pada bidang yang ditekuni
Steven Spielberg dilahirkan di Cincinnati, Ohio, USA pada tanggal 18
Desember 1946 dan dibesarkan di Haddonfield, New Jersey dan
Scottsdale, Arizona. Sejak kecil, Spielberg telah jatuh cinta pada
industri perfilman. Kecintaan pada dunia film ini diwujudkan dengan
komitmen yang tinggi pada dunia film sejak ia berusia belasan. Film
pertamanya dibuat dirumah pada usia 12 tahun hanya dengan bantuan
kakak perempuannya. Dengan peralatan sederhana pada waktu itu, ia
mendedikasikan seluruh kemampuannya--fisik, pikiran dan kecintaannya,
pada film-film yang dibuatnya. Tidak heran jika pada usia 13 tahun,
Spielberg sudah berhasil meraih penghargaan lewat filmnya Escape to
Nowhere. Kecintaan dan komitmen pada dunia film ini terus dibawanya
sampai kini.
Selalu berusaha untuk menghasilkan yang terbaik
Untuk menghasilkan karya-karya film terbaik, Steven Spielberg tidak
cepat puas dengan hasil yang "baik." Sutradara dan produser film ini
selalu berusaha keras untuk menghasilkan karya "unggulan." Ia sangat
teliti dalam detail film yang disutradarai. Perencanaan produksi,
penyusunan alur cerita, pemilihan pemain, karakterisasi pemain,
dekor, lokasi, dan baju pemain tidak luput dari perhatiannya.
Misalnya saja film Schindler's List yang memenangkan berbagai piala
penghargaan di dunia film, sarat dengan detail sejarah yang nyaris
sempurna. Ini bukan merupakan hasil kerja sesaat, tetapi hasil kerja
yang ditunjang berbagai penelitian sejarah yang dilakukannya sebelum
produksi film tersebut dimulai. Buktinya, hampir semua film-film yang
ditangani sukses besar, baik secara teknis, artistik, maupun
komersial.
Kegagalan adalah guru yang baik
Walaupun hampir semua film yang disutradarai, dan diproduksi
Spielberg meraih sukses besar, ada juga film-film sutradara ini yang
kurang berhasil. Salah satu contohnya adalah film yang berjudul 1941
yang diproduksi tahun 1979. Kegagalan dalam film ini tidak membuat
Spielberg menjadi putus asa dan tidak mau lagi berkarya. Sebaliknya,
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan selalu dijadikan pelajaran
berharga untuk memperbaiki film-film yang akan dihasilkan kemudian.
Berpikir beberapa langkah ke depan
Close Encounter of the Third Kind, Raiders of the Lost Arc, E.T, Back
to the Future, Gremlin, dan Jurrasic Park merupakan film-film box
office karya Spielberg yang berani tampil beda dari film-film lainnya
yang muncul bersamaan. Spielberg tidak sekedar mengikut arus, tetapi
ia berhasil menciptakan "trend" di dunia film dengan konsep konsepnya
yang beberapa langkah lebih maju dari film-film yang diproduksi pada
saat yang sama. Perencanaan akurat, teknologi canggih dan tema cerita
yang selalu segar merupakan inovasi yang senantiasa ditawarkan dalam
film-film Spielberg.
Banyak sekali gaya sukses orang-orang terkenal yang bisa kita
teladani, salah satunya adalah gaya sukses Steven Spielberg. Mungkin
saja gaya sang sutradara ini cocok untuk anda teladani.
=================================
Kata-kata MUtiara Seputar MANDIRI
SUCCESSFUL ACTION IS CUMULATIVE IN RESULTS.
Success is the sum of small efforts, repeated day in and day out. Many
people take the first step and then stop. Yet, with every additional
step you take, you enhance immensely the value of your first step.
All masters of success are chiefly distinguished
by their power of adding a second, a third,
and perhaps a forth step in a continuous line.
There is no royal road to anything.
One thing at a time, all things in succession is the rule of life.
That which grows fast, withers as rapidly. That which grows slowly,
endures.
Do not despise the bottom rings in your ascent to greatness.
Sy berusaha membangun jaringan, terbuka untuk kerjasama apapun. Kami memiliki modal finansial yg sangat cukup untuk memulai usaha menengah. Apa yg kami perlukan hanyalah informasi dan sumber daya yg handal.
Hamdina Organizer
Komunitas para manajerial handal dan amanah
024-7060.9694
Subscribe to:
Posts (Atom)