Sunday, October 4, 2009

Dana Karbon


Bangkok, Thailand (29/09/09): Sebuah jajak pendapat terhadap para investor
yang mengelola aset sekitar US $ 7 triliun menunjukkan dukungan signifikan bagi
perluasan mekanisme pendanaan (termasuk pasar) karbon terhadap 20 persen emisi
karbon global akibat deforestasi dan degradasi hutan.


Namun, dalam jajak pendapat Investor
Forest Carbon 2009 yang dilakukan oleh Brunswick Group atas prakarsa Forest Carbon
Initiative WWF, terungkap bahwa para investor ini menginginkan adanya kebijakan
pembiayaan publik pada tahap awal, kebijakan yang kondusif, kejelasan dalam
kesepakatan internasional dan peraturan pemerintah.Hal tersebut menjadi
prasyarat sebelum dana swasta dimobilisasi.

Komunitas investor ini berharap Konferensi
Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen Desember akhir tahun ini akan memasukkan REDD
(Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) sebagai titik penting
kerangka kebijakan untuk menurunkan emisi terkait sektor kehutanan.

"Semua kesepakatan global perubahan
iklim harus memperhitungkan bahwa hutan memainkan peran penting dalam memerangi
pemanasan global," kata James Leape, Director General, WWF International.
"Jika kebijakan yang kuat dapat dicapai untuk memastikan pengurangan emisi
secara nyata dan memberikan manfaat nyata bagi komunitas sekitar hutan, para investor
dapat memainkan peran kunci dalam mendukung REDD”.

"Kesepakatan di Kopenhagen -
digabungkan dengan kemajuan pada inisiatif nasional - akan menjadi sinyal bagi
investor bahwa REDD bisa dan akan berhasil, dan akan memastikan hutan berdiri
lebih berharga daripada ditebang."

Temuan terpenting dari wawancara
mendalam dengan 25 senior manajer lembaga keuangan, analis perdagangan, dan spesialis
investor untuk isu sustainability di Eropa,
Amerika, dan Asia-Pasifik adalah sebagai berikut:

* Terdapat potensi signifikan bagi perluasan pasar karbon multi-miliar dolar, namun masih perlu prasyarat substansial yang harus dipenuhi oleh REDD supaya berhasil.
* Kesepakatan di Kopenhagen dan perundang-undangan di negara-negara kunci, termasuk AS merupakan prasyarat penting.
* Pendanaan sektor publik menjadi vital sebelum sebuah pendekatan berbasis pasar dapat menampakkan hasil.
* Masalah yang dapat muncul terkait verifikasi dan pemantauan dapat diatasi jika terdapat kerangka politik yang kuat.
* Pemerintah nasional harus memiliki kerangka hukum jangka panjang yang kuat
untuk menciptakan kepastian bagi
investor.

Jajak pendapat ini juga menemukan bahwa
para investor ini memiliki pengetahuan yang tinggi tentang REDD dan melihat
potensi yang kuat di masa depan pendanaan karbon. Namun, kemungkinan besar
mereka dalam waktu dekat tidak akan berinvestasi tanpa kejelasan komitmen
politik, pendanaan, dan pelaksanaan di lapangan oleh negara maju dan negara berkembang.

Para investor juga percaya bahwa compliance market (pasar wajib) karbon akan
memberikan insentif yang kuat untuk menghentikan deforestasi di negara-negara
yang memiliki hutan.

Lebih dari sepertiga mengharapkan pasar
karbon akan berkembang dari voluntary
market (pasar sukarela) ke compliance
market dalam lima sampai lima belas tahun, jika pendekatan berbasis pasar
dapat dipenuhi. Ini akan memerlukan aksi dari pemerintah, termasuk pendanaan
sektor publik, untuk memberikan landasan bagi pasar dan mendukung upaya untuk
membangun kapasitas huhum dan teknis untuk REDD oleh negara-negara yang
memiliki hutan.

Capaian penting yang diharapkan oleh para
investor adalah kesepakatan dalam perundingan iklim di Kopenhagen yang didukung
oleh negara-negara ekonomi penting, seperti Cina dan India, termasuk
perundang-perundang an perubahan iklim AS. Kerangka kerja legislatif yang kuat
di negara-negara pemilik hutan dipandang sebagai inti dalam mengatasi
verifikasi dan pemantauan yang selama ini dianggap menghambat persetujuan terkait
REDD di masa lalu.

Para investor memiliki pandangan positif
terhadap proposal REDD, yang didukung oleh WWF, dimana isinya mengakui
pendekatan bertahap, termasuk program percontohan.

"REDD penting bagi sebuah solusi
iklim, juga sektor keuangan dalam pelaksanaan REDD," kata Donald Kanak,
Chairman of WWF’s Forest Carbon Initiative. "Dalam jangka panjang, modal swasta dapat memainkan
peran besar, jika kondisi tertentu dipenuhi. Kita perlu pemerintah agar segera
membentuk pendanaan yang memadai guna mendukung negara-negara yang memiliki hutan
sehingga siap dengan REDD."

Menanggapi
penemuan-penemuan dalam jajak pendapat tersebut, Zulfira Warta, Koordinator Pengembangan Proyek REDD, WWF-Indonesia,
memberikan penjelasan, "Meski
potensi pendanaan karbon sangat besar, namun untuk membuat potensi tersebut
menjadi kenyataan memang diperlukan perangkat kebijakan dan kerangka legal yang
kuat dan kredibel. Hal ini diperlukan untuk mengurangi resiko dan memberi
kepastian kepada para pihak yang berhubungan kegiatan ini, termasuk investor
dan masyarakat yang tergantung hidupnya pada hutan.”

Informasi lebih lanjut
Informasi
media dan materi terkait dapat ditemukan di www.panda.org /climate

Peserta dalam survei diambil dari
lembaga terkemuka di Amerika Serikat, Eropa (Inggris, Jerman, Swiss, Republik
Irlandia, Perancis dan Belanda) dan Asia-Pasifik (Jepang dan Australia). Termasuk
perusahaan-perusaha an yang bersama-sama mengawasi aset sekitar US $ 7 triliun:
Allianz Global Investor, Barclays Capital, Blackrock, Citigroup, EKO Asset
Management, F & C Asset Management, Fortis, Generation Investment
Management, Impax Asset Management, Jupiter, Kaufman Bros , KBC Asset
Management, Newton, Nikko Asset Management Co, Pictet, RCM Capital Management,
Swiss Re, UBS. .

Survei ini dilakukan oleh Brunswick
Research, sebuah perusahaan riset opini global yang focus pada penelitian yang dilakukan di berbagai negara untuk FTSE100 dan perusahaan Fortune 500. Wawancara
mendalam untuk survei kualitatif dilakukan selama periode 18 Agustus-17
September 2009. Opini dalam jajak pendapat merupakan pandangan peserta
survei dan bukan pandangan WWF.

Tentang Forest Carbon Initiative WWF

Forest Carbon Initiative WWF menyatukan
upaya WWF dalam isu konservasi, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan koordinasi yang intensif, baik dengan kantor nasional dan
program-program di seluruh dunia, kami bekerja untuk meningkatkan dukungan terhadap
kerangka kebijakan global untuk REDD dan upaya pelaksanaan REDD di lapangan,
termasuk mengidentifikasi dan mendukung pelaksanaan tingkat negara melalui
peningkatan kapasitas, pengujian pendekatan, dan pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai program REDD nasional. FCI melakukan berbagai penelitian dan
mengumpulkan pemikiran para pemimpin dari berbagai negara dan berbagai sektor
untuk memajukan dialog mengenai isu-isu kritis REDD, seperti mekanisme pembiayaan
dan tantangan implementasi. Bukan hanya untuk mencapai manfaat iklim, tapi
manfaat yang lebih luas bagi keanekaragaman hayati dan orang-orang yang
bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka. FCI tidak bertujuan mencapai bersih emisi gas rumah kaca
dari deforestasi dan degradasi pada tahun 2020.

Informasi lebih lanjut mengenai Forest Carbon Initiative WWF dapat
ditemukan di www.panda.org/ forestcarbon
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Melissa Tupper, WWF, Washington D.C., +1 (202)
569-0842, Melissa.Tupper@ wwfus.org
Oliver Phillips, Brunswick Group, New York, + (917) 861-0331, ophillips@brunswick group.com
Maria Figueroa Kupcu, Brunswick Group, New York, +1 (212) 333-3810, mkupcu@brunswickgro up.com
Zulfira
Warta, REDD Project
Development Coordinator WWF-Indonesia, +6281510365320, zwarta@wwf.or. id
Fazedah Nasution, Communications Officer Climate and Energy
Programme WWF-Indonesia, +6281315800396, fnasution@wwf. or.id


No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers