Sejak kemenangan revolusi Islam di Iran, negara ini banyak disorot dan menjadi perhatian media massa. Faktor utamanya mungkin karena revolusi ini adalah yang terbesar di abad 20 apalagi dengan membawa slogan-slogan agama. Revolusi Islam Iran juga dikenal dunia karena ikrarnya yang menentang kezaliman di dunia.
Kemenangan revolusi Islam di Iran tahun 1979 sungguh telah menyentak dunia. Dampak pertama adalah munculnya gerakan gelombang kebangkitan melawan kezaliman. Hegemoni Barat yang imperialis terutama Amerika Serikat di Iran pupus dengan kemenangan revolusi ini. Menyaksikan tangannya tak lagi bisa mengeruk kekayaan nasional Iran, AS mengerahkan mesin-mesin dan corong-corong propagandanya untuk memburukkan citra Iran yang Islami. Media Barat mengesankan Iran sebagai negara yang buruk, terbelakang dan dipenuhi pelanggaran HAM dan kekerasan.
Sepanjang 32 tahun ini, media Barat menyebut Republik Islam Iran sebagai negara tanpa kebebasan, demokrasi dan kemerdekaan. Wanita Iran dikesankan sebagai kelompok warga yang tertindas, terpasung, dan tersingkirkan dari kegiatan sosial. Iran dituduh telah melanggar dan menistakan hak-hak kaum perempuan. Media Barat menutup mata dari semua fakta tentang kemajuan sains dan teknologi yang dicapai Iran. Dengan
berbagai cara termasuk dengan menggunakan trik-trik distorsi dan dusta, media Barat berusaha mengesankan bahwa sukses yang dicapai Iran tak lebih dari keberhasilan kecil dan tak penting.
Meski propaganda dari media Barat sedemikian gencar, tapi masih banyak orang yang bersikap obyektif memandang semua pemberitaan itu. Mereka berkunjung ke Iran untuk menyaksikan dari dekat realita sebenarnya yang ada di negara ini. Kunjungan itu tentu akan membuktikan kebohongan media-media Barat yang secara tendensius memberitakan segala hal yang berkaitan dengan Iran.
Salah satu dari mereka adalah DR Alexander Prokhanov, penulis Rusia yang bekerja sebagai pimpinan redaksi koran Rusia, Zavtra dan sekaligus anggota Sekretariat Persatuan Penulis Rusia. Di penghujung tahun 2010, Prokhanov mengunjungi Iran. Dalam
sejumlah wawancara dan tulisannya, ia menjelaskan apa yang ia saksikan sendiri di Iran.
DR Alexander Prokhanov saat memberikan gambaran umum tentang Iran mengatakan, "Kota-kotanya modern dan jalan-jalannya bagus dengan arus kendaraan yang padat. Gedung-gedung pencakar langit nampak bertengger di persimpangan jalan dan bolevar yang padat penduduk. Ayatollah Khomeini, Pemimpin Besar Iran yang telah memimpin kemenangan revolusi agama paling spektakuler di dunia dan membuat Iran menjadi negara yang disorot sebagai pusat peradaban ternyata tinggal di sebuah rumah yang
kecil dan sederhana. Di sana ada masjid-masjid dan makam-makam yang bersinar menawan bak pualam dengan kubah-kubah keemasan yang menghiasi langit."
Iran Cold Blood Bank
Dengan kemenangan Revolusi Islam yang dipimpin Imam Khomeini (ra) kekuasaan rezim Syah tumbang dan berdirilah sebuah sistem pemerintahan Islam yang didasarkan pada prinsip demokrasi agama. Sejak saat itu, Pemimpin Revolusi, Presiden dan para anggota parlemen dipilih oleh rakyat lewat mekanisme pemilihan umum, baik secara langsung maupun tidak. Dalam sistem pemerintahan Islam yang demokratis ini, agama dan
politik terkombinasikan dengan baik, sementara para pejabat negara hanya berpikir untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Tak heran jika Iran menjadi negara yang maju dengan pesat di berbagai bidang.
Mengenai sistem negara, Alexander Prokhanov menjelaskan, "Keadilan adalah asas utama filsafat keagamaan dan sistem kenegaraan Islam. Keadilan inilah yang melahirkan satu bentuk demokrasi di Iran. Pemilihan umum adalah salah satu aturan di Iran yang mengikat dan tidak bisa diubah. Pemilu ini meliputi pemilihan anggota parlemen, presiden maupun untuk memilih pemimpin spiritual. Ayatollah Khamenei, Pemimpin
Tertinggi Iran adalah sosok pemimpin yang memegang kekuasaan spiritual di Iran. Dia tidak datang dari langit, tapi dipilih lewat mekanisme pemilihan di lingkungan rohaniawan. Pemerintahan Iran tidak mengenal keputusan individu. Kebijakan yang diputuskan diambil lewat musyawarah dan koordinasi yang ketat antara berbagai pusat kekuasaan. Koordinasi secara kontinyu terkait kepentingan Iran inilah yang membuat iklim politik di negara ini terkendali, serasi dan tidak ekstrim."
Prokhanov menyinggung pertemuannya dengan sejumlah pejabat, menteri, cendekiawan dan kalangan jurnalis di Iran. Ia sempat berkunjung ke kota Qom dan bertemu dengan para ulama besar. Prokhanov mengatakan, "Saya mengunjungi pusat komputer yang menyediakan berbagai program komputer dengan menggunakan peralatan canggih. Pusat itu menyediakan naskah al-Qur'an yang dilengkapi dengan penjelasan dan berbagai tafsirnya. Saat mengunjungi kampus, pusat penelitian ilmiah dan sekolah-sekolah
agama maupun ketika melihat jalan-jalan dan kota-kota di Iran saya menyaksikan energi dan gairah muda yang memancar di negeri ini.
Pengelola negara dan penanggung jawab urusan sosial memahami besarnya energi ini dan memanfaatkan dengan benar. Energi ini bisa melahirkan lompatan besar dalam meraih kemajuan sains dan pemikiran, serta kekuatan militer dan kearifan spiritual. Ayatollah Khomeini telah menghidupkan energi ini. Dia adalah sosok manusia saleh yang datang kembali ke Iran setelah menjalani masa pengasingan. Dialah yang
memimpin jutaan warga Iran yang beriman dan pendamba kebenaran untuk meraih kemenangan melawan mesin-mesin perang rezim Syah."
Menurut Dr Prokhanov, warga Iran hidup di bawah payung nilai dan bimbingan agama. Dikatakannya, faktor utama yang memicu permusuhan AS terhadap Iran bukan hanya ambisinya untuk mengeruk kekayaan minyak Iran atau menguasai kawasan yang vital ini. Tetapi, kebencian dan kecemasan Barat itu disebabkan oleh tindakan Iran yang menyoal sistem negara dan sosial Dunia Barat yang tak lebih dari dunia yang lemah, congkak,
agresor dan kian rapuh.
Penulis Rusia ini melanjutkan dengan mengkritik gaya hidup di Dunia Barat yang menjauhkan kaum mudanya dari spiritualitas dan menjerumuskan mereka ke dalam fasad dan kerusakan moral. Sementara, di Iran kaum muda tumbuh dan berkembang di lingkungan yang menjunjung tinggi etika dan moral. Dr Prokhanov memuji lingkungan spiritual dan normatif seraya mengatakan, "Di Iran energi manusia tidak disalurkan untuk aktivitas gila atau pemuasan hawa nafsu, tapi digunakan untuk meraih kematangan
spiritual, mengembangkan kreativitas dan menyesuaikan kehidupan duniawi
dengan kehidupan ilahi yang tak berbatas."
Nora Naraghi
Mengenai hak-hak kaum wanita di Irak dan kebebasan bagi kaum hawa, Prokhanov menepis pemberitaan media Barat yang menyebut Iran memperlakukan perempuan layaknya warga kelas dua. Prokhanov menyatakan bahwa Iran bukan negara yang hanya dimiliki oleh kaum pria muda yang aktif. Di negara ini bisa dijumpai pula perempuan-perempuan muda yang berdandan dengan bebas. Wanita Iran bukan wanita yang bermuka masam, tanpa hak dan hidup terpasung. Wanita di Iran adalah kelompok warga yang hidup dan aktif dalam kehidupan sosial. Di sisi kaum pria, mereka terlibat dalam kegiatan politik, ilmu dan budaya. Mereka juga mengenyam pendidikan hingga level yang tinggi.
Revolusi Islam adalah gerakan kebangkitan Islam yang mengambil inspirasi dari gerakan kebangkitan Imam Husain (as). Semangat revolusioner di Iran tumbuh dari nilai suci perang melawan kezaliman dan membela kaum tertindas. DR Prokhanov menyinggung kecintaan warga Iran kepada Imam Husain (as) dan pengaruh besar acara duka Asyura pada kehidupan masyarakat Iran. Prokhanov mengatakan, saya sempat mengikuti acara berkabung untuk Imam Husain di hari Asyura. Dalam menyemarakkan
acara ini, ribuan orang turun ke jalan-jalan sambil melangsungkan acara duka untuk Imam Husain. Saya ikut mengiringi gerakan ratusan ribu massa yang sedang berkabung. Mereka bukan hanya bersedih karena kesyahidan Imam Husain tetapi juga berbelasungkawa dengan semua orang yang dizalimi dan hak-haknya dilecehkan.
Prokhanov merasa tercengang sekaligus memuji partisipasi luas para pemuda Iran dalam acara berkabung Asyura. Karena itulah ia memuji pemerintahan agama yang berkuasa di Iran. Dr Prokhanov lebih lanjut mengambil kesimpulan bahwa Iran saat ini memang memiliki bom yang dahsyat. Bom itu adalah wajah rakyat Iran dan sistem tatanan sosial dan politik serta kehidupan spiritual negara ini yang telah menyentuh dunia
setelah kemenangan revolusi Islam. Bom inilah yang mengguncang sistem kuasa di dunia. (IRIB/AHF/SL)