“Freedom is what with what’s been done to you” Jean Paul Sartre
Setelah mengalami PHK apakah dapat lakukan? Satu hal yang dapat Anda renungkan, Anda sekarang menjadi orang bebas dan merdeka, bebas untuk melakukan apa yang anda ingin lakukan. Anda dapat menentukan pilihan-pilihan yang pada masa yang lalu tidak dapat anda lakukan. Bebas untuk menentukan apakah harus bekerja pada suatu perusahaan, apakah anda memilih untuk mandiri dan berwiraswasta, atau bahkan memilih untuk menikmati sisa hidup bagi yang sudah berumur atau menjadi ibu rumah tangga bagi wanita.
Selama ini anda telah terkungkung oleh lingkungan anda, sehingga anda perlu memperhatikan “ the importance of unlearning” yang membatasi anda untuk berpikir, membayangkan dan melakukan di luar apa yang terjadi di lingkungan kerja. Inilah saat yang tepat bagi anda untuk menemukan potensi diri dan meraih impian anda. Temukan nilai-nilai diri dan capailah kesuksesan anda sendiri. Cari peluang, rebut kesempatan yang ada. Tapi ingat walaupun ada kesempatan yang potensial anda harus tetap memerlukan pembekalan diri. Untuk itu anda harus memahami pentingnya the power of self image. Jika perlu anda dapat berkonsultasi mengenai karir untuk bercermin mengenai potensi diri dan minat anda.
Mengapa harus cemas ?
PHK memang dapat menyebabkan krisis psikologik, yaitu suatu keadaan yang dapat menimbulkan situasi stress pada seseorang. Bermacam reaksi yang mungkin timbul, seperti rasa sedih, panik, cemas, kecewa, bingung, marah atau pasrah. Yang terpenting adalah memanajemeni kecemasan yang melanda diri kita, karena kecemasan ini sering bersifat kontra produktif dan menjadikan penurunan motivasi. Kecemasan berkaitan dengan ketakutan terhadap “apa yang dibayangkan” dan bukan terhadap realitas itu sendiri. Apakah itu terhadap masa depan maupun reaksi sosial (dalam bayangan PHK-wan/wati). Kecemasan terhadap masa depan akan menyebabkan orang kehilangan harapan, negative thinking dan rendahnya keyakinan diri yang kesemuanya dapat mengantarkan kepada rendahnya motivasi. Sedangkan kecemasan terhadap reaksi sosial terhadap “status sosial”nya yang “baru” sebagai PHK-wan/wati dapat menyebabkan orang kehilangan keyakinan diri, menarik diri dari lingkungan dan terjebak rasa putus asa. Keduanya akan menjauhkan dari keinginan untuk berpikir positif, mencari peluang baru, serta merintis jalan baru untuk bangkit dari masalah yang dihadapi. Sebaliknya dengan berpikir positif “ketakutan” terhadap masa depan akan berkurang dan kecemasan pun berkurang.
Dalam menghadapi masalah (coping behavior) yang menimbulkan stress terdapat dua kemungkinan, yaitu yang berorientasi kepada pembelaan ego (ego defence mechanism) dan berorientasi kepada tugas (task oriented). Mekanisme pembelaan ego hanya menyelamatkan dari kehilangan harga diri dengan menolak kenyataan, menyalahkan situasi atau menaruh belas kasihan kepada diri sendiri. Sedangkan cara mengatasi masalah yang berorientasi kepada tugas merupakan cara yang realistik, obyektif dan rasional.
Cara penyesuaian yang berorientasi kepada tugas meliputi, menghadapi kenyataan secara frontal, menarik diri, atau kompromi. Misalnya seorang PHK-wati dapat memilih tindakan untuk bangkit dan berkarir lebih keras lagi di bidang lain yang lebih menjanjikan, atau memilih untuk menarik diri dari dunia karir dan menekuni perannya sebagai ibu rumah tangga, atau melakukan kompromi dengan mengurangi keinginannya.
Secara umum langkah-langkah yang harus diambil dalam menyesuaikan diri terhadap kenyataan PHK yang dihadapi secara realistik adalah :
* Mempelajari permasalahan dengan kepala dingin, dan tetap berpikir positif, optimis, tetapi tetap bersikap realistik.
* Menyusun alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan untuk survive dan berkembang.
* Menentukan tindakan yang memiliki kemungkinan paling besar untuk meraih kesuksesan dan akibat yang paling menguntungkan.
* Merealisasi apa yang telah diputuskan dengan tindakan-tindakan nyata berdasarkan komitmen yang tinggi.
* Mengevaluasi hasil tindakan untuk perbaikan
Kerangka besar dalam penyesuaian diri menghadapi PHK tersebut tentu memerlukan perjuangan yang tidak mudah. Karena harus merubah kebiasaan-kebiasaan yang telah melekat dalam karir dan profesi seorang bankir. Perlu kemampuan untuk memanajemeni diri sendiri dan membangkitkan motivasi serta menjaganya agar usaha untuk lepas dari trauma pasca PHK dapat dilalui.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah self re-motivation, yang tidak menggantungkan pihak lain untuk memotivasi dan merubah diri anda. Andalah yang bertanggungjawab terhadap diri anda sendiri serta paling memahami diri anda. Motivasi, selain berkaitan erta dengan perasaan, juga sangat erat dengan bagaimana anda berpikir, berfantasi , berimajinasi dan merencanakan sesuatu. Motivasi untuk menekuni hal yang baru, sering berkaitan dengan bagaimana anda merubah kebiasaan yang seringkali sulit diubah dan tidak menyenangkan.
Metode untuk self re-motivation meliputi tiga langkah dasar, yaitu : self monitoring, self evaluation, dan self reinforcement.
Self monitoring
Melakukan observasi dan pemantauan terhadap apa yang telah dilakukan selama ini sebelum dan sesudah mengalami PHK. Mengapa mengalami penurunan motivasi? Mengapa setelah ada informasi mengenai PHK, menjadi tidak bersemangat dan tidak melakukan sesuatu yang dapat “mengubah” keadaan dan posisi diri ? Berdasarkan observasi terhadap diri sendiri, ditentukan apa yang merupakan tindakan, kebiasaan, sikap yang kita anggap sebagai perbuatan yang harus dirubah. Apakah itu negative thinking, sikap yang pesimis, menyalahkan keadaan, mengasihani diri sendiri, menunda-nunda, menggantungkan diri pada pihak lain.
Self evaluation
Langkah kedua adalah self evaluation. Berdasarkan pemantauan dan observasi diri ini ditentukan apa yang ingin diubah dan ingin dicapai (performance criterion). Kemudian kita membandingkan antara apa yang telah kita lakukan dan apa yang ingin dicapai (performance criterion) tersebut. Kemudian kita akan menentukan tindakan-tindakan apa yang harus kita lakukan untu memenuhi kriteria itu.
Self reinforcement
Langkah ketiga adalah self reinforcement, dengan menyusun “ganjaran” (reward) atau “hukuman” (punishment). Jika kita telah berhasil merubah satu butir kebiasaan, sikap atau tindakan kita dapat memberi reward kepada diri sendiri. Sebaliknya jika kita masih melakukan kebiasaan yang seharusnya sudah kita tinggalkan, maka kita harus menghukum diri kita.