Berbicara di depan publik, suka atau tidak merupakan ketrampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.
Salah satu hal yang paling kita takuti baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional kita adalah ketika kita harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara reuni sekolah yang sebagian besar hadirin (audience) telah kita kenal
dengan baik. Berbicara di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin sedang menghakimi kita. Kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang diadili oleh para hadirin.
Hal yang sederhana misalnya pada saat kita harus berbicara di depan para tamu pada acara ulang tahun anak kita atau hal yang menentukan karir kita seperti mempresentasikan proposal proyek atau tentang produk kita di hadapan sejumlah mitra bisnis atau calon pembeli.
Lima Unsur Komunikasi
Berbicara di depan publik merupakan salah satu seni berkomunikasi. Dalam edisi Mandiri ke 38 kita telah membahas topik komunikasi. Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya dalam edisi tersebut, ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan. Kelima unsur tersebut adalah: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan
(delivery channel atau medium), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback).
Hukum Komunikasi yang Efektif
Selain itu kita juga telah membahas 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif
(The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kita rangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri
yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang
berarti merengkuh atau meraih. Karena kita berkeyakinan bahwa
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun
respon positif dari orang lain. Berikut kami uraikan kembali kelima
hukum komunikasi efektif tersebut dalam konteks dan sebagai fondasi
bagi kita untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan publik.
Hukum pertama dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam
berbicara di depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai
terhadap audiens atau hadirin. Hal ini merupakan hukum yang pertama
dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di
depan publik. Kita harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan
menghargai hadirin kita. Kita harus ingat bahwa pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri
dan kebanggaaan orang tersebut.
Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam berbicara di depan
publik, kita harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan,
lapisan sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan
dan sebagainya, dari calon hadirin (audiences) kita. Jadi sebelum
kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti
dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun
dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau
mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal
esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah
tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam
berbicara di depanpublik, kita perlu siap untuk menerima masukan atau
umpan balik dengan sikap positif.
Hukum ketiga adalah audible. Makna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hal ini
berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui
medium atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan
baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita
untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu
audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik.
Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan
(clarity). Selain bahwa pesan harus dapat diterima dengan baik, maka
hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu
sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Claritiy juga sangat tergantung dengan
kualitas suara kita dan bahasa yang kita gunakan. Penggunaan bahasa
yang tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau
presentasi kita tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang
menganggap remeh pentingnya Clarity dalam public speaking, sehingga
tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih
untuk digunakan dalam presentasi atau pembicaraannya.
Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati juga bisa berarti
tidak sombong dan menganggap diri penting ketika kita berbicara di
depan publik. Justru dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap
perhatian dan respon yang positif dari publik pendengar kita.
Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting untuk menjadi dasar
dalam kita melakukan pembicaraan di depan publik. Berikut adalah
beberapa tips atau kiat-kiat untuk public speaking yang kami adaptasi
dari buku Say It Like Shakespeare, karangan Thomas Leech.
Persiapan kita sebagai pembicara
Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara di depan
publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa
takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan
bahwa persiapan mental jauh lebih penting daripada persiapan materi
atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga
sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang
positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan
publik. Pastikan juga bahwa anda beristirahat dan tidur yang cukup
menjelang waktu anda berbicara di depan publik dan majulah dengan
sikap optimis dan sukses. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita
perhatikan dalam menyampaikan pesan kepada publik:
Kualitas suara kita merupakan faktor kunci yang menentukan apakah
hadirin memperhatikan kita maupun pesan yang kita sampaikan.
Pastikan bahwa suara anda cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh
hadirin yang duduk paling jauh dari anda sekalipun. Jika tersedia,
selalu gunakan pengeras suara (loudspeaker), meskipun anda merasa
suara anda sudah cukup keras. Cobalah dengan berlatih mendengarkan
suara anda sendiri. Caranya dengan menutup mata, berbicaralah,
kemudian perhatikan kualitas, kekuatan dan kejelasan suara anda.
Suara kita merupakan aset kita yang paling berharga dalam
berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas
suara dan berlatih secara kontinu merupakan keharusan jika kita ingin
menjadi pembicara publik yang sukses. Jika suara kita kurang bagus
dan sumbang, kita dapat mencari pelatih suara profesional atau
mengikuti kursus atau pendidikan (seperti misalnya di Institut
Kesenian Jakarta) untuk meningkatkan kualitas suara kita. Apalagi
misalnya anda bercita-cita jadi presenter, pembicara publik, MC dan
sebagainya. Anda harus benar-benar memperhatikan kualitas suara
anda.
Bahasa dan kata-kata yang kita gunakan merupakan faktor kunci lain
yang menentukan kemampuan komunikasi kita. Bahasa yang baik dan
tepat dapat membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas presentasi
atau pembicaraan kita. Oleh karena itu perlu sekali bagi kita untuk
memperhatikan kata-kata dan bahasa yang kita pilih. Pikirkanlah kata-
kata yang akan anda gunakan, karena kemampuan berbahasa yang buruk
akan tercermin pada kualitas penyampaian pesan kita. Hindari
menggunakan kata-kata yang tidak perlu, seperti: apa itu ….. apa
namanya…ehm….you know…. dll. Jangan mengucapkan kata-kata:
maaf…..Jika anda salah mengucap, cukup anda ulangi sekali lagi
kalimat tersebut dengan benar.
Penampilan adalah kesan pertama. Jadi kita harus pastikan bahwa pada
saat kita maju atau berdiri untuk berbicara, hadirin atau audiens
kita memperoleh kesan yang baik terhadap kita. Pastikan bahwa
penampilan kita membawa pesan yang positif, dan kita kelihatan lebih
baik dan merasa lebih baik. Gunakan pakaian yang sesuai dengan
suasana pertemuan, dan sesuai dengan jenis pakaian yang digunakan
oleh para hadirin lainnya.
Komunikasi non verbal
Yang dimaksud dengan komunikasi non verbal adalah: kontak mata,
ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara, gerakan tubuh, pakaian
dan aksesoris yang kita gunakan – semuanya memberikan efek atau
pengaruh yang cukup besar terhadap penyampaian pesan kita. Para
hadirin akan kebingungan ketika bahasa tubuh kita misalnya berbeda
dengan bahasa verbal yang kita ucapkan. Biarkan tubuh kita
berkomunikasi juga dengan audiens kita. Bahasa tubuh kita sebagai
pembicara atau pengirim pesan dan bahasa tubuh pendengar atau audiens
kita dapat membantu atau menghalangi proses komunikasi. Jika hadirin
duduk dengan sikap seperti mau tidur atau menunjukkan wajah bosan,
berarti kita harus mengubah suasana atau cara kita menyampaikan pesan.
Persiapan mental
Dalam membangun kesiapan mental kita dalam berbicara di depan
publik, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengurangi
ketegangan fisik dengan cara melakukan senam ringan (stretching).
Karena kita tidak dapat menurunkan ketegangan mental sebelum kita
mengendorkan otot-otot tubuh kita yang tegang. Seperti yang
dikatakan oleh psikolog Amerika yang terkenal Dr. Richard
Gillett, "It is almost impossible to go into alpha without
considerable muscular relaxation." Hampir tidak mungkin masuk ke
kondisi alpha (kondisi gelombang otak atau mental yang relaks) tanpa
mengendorkan otot-otot tubuh. Biasanya saya memegang ujung kaki
sambil berdiri membungkuk selama sepuluh detik. Kemudian tarik nafas
yang panjang dan dalam, tahan beberapa detik, kemudian keluarkan
nafas pelan-pelan. Selanjutnya anda bisa batuk sekali atau minum
segelas air putih untuk mempersiapkan vokal anda. Cara lain yang
efektif untuk membangun kesiapan mental adalah dengan datang ke
tempat pertemuan lebih awal. Dengan demikian kita dapat mengetahui
suasana dan keadaan terlebih dahulu. Selanjutnya kita bisa mencari
dukungan (back up support) dari orang-orang yang kita kenal maupun
kenalan baru serta dari mereka yang mengharapkan kita sukses dalam
presentasi nantinya. Mengobrollah dengan mereka sebelum presentasi
dimulai. Berikut adalah beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental
kita sebelum berbicara di depan publik:
1. Berbicara di depan publik bukanlah hal yang sangat
menegangkan. Dunia tidak runtuh jika anda tidak melakukannya dengan
baik. Tidak akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah
presentasi atau penyampaian anda. Jadi tenang dan relaks saja.
2. Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas ataupun
brilian untuk berbicara di depan publik.
3. Siapkan 2-3 poin pembicaraan atau pertanyaan, karena audiens
anda akan sulit untuk mengingat atau memperhatikan lebih dari 3 hal
dalam satu waktu.
4. Kita harus memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan
terarah.
5. Kita tidak perlu menganggap diri kita adalah seorang
pembicara publik. Tujuan kita adalah menyampaikan pesan (message)
kita kepada hadirin.
6. Kita tidak perlu harus dapat sepenuhya menguasai seluruh
hadirin. Biarkan saja kalau ada beberapa yang tidak menaruh
perhatian. Fokuskan perhatian kita pada mereka yang tertarik dan
mendengarkan presentasi kita.
7. Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin menginginkan
kita berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita.
Pesan yang kita sampaikan
Dalam mempersiapkan public speaking, selain persiapan mental,
persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar. Karena
kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat
mempengaruhi kesiapan kita secara mental. Hal yang paling penting
adalah kesiapan pendengar atau audiens untuk menerima pesan kita.
Biasanya kita harus menyampaikan pokok-pokok pemikiran atau ringkasan
dari apa yang mau kita sampaikan sehingga audiens juga memiliki
kesiapan mental untuk menerima pesan tersebut. Paling tidak agenda
atau outline bahan pembicaraan kita sudah jauh-jauh hari kita
sampaikan terlebih dulu.
Hal yang pertama dalam mempersiapkan materi adalah mencari informasi
sebanyak –banyaknya terhadap materi yang akan kita sampaikan baik
dari buku-buku referensi, tulisan atau publikasi lainnya. Kita juga
perlu memperoleh informasi tentang audiens kita, baik dari tingkatan
umur, pendidikan, pengalaman, bidang keahlian, minat dan sebagainya.
Sehingga kita bisa empati (ingat hukum komunikasi kedua) dan
berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh audiens kita.
Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan
topik atau materi:
1. Perkayalah topik dan bacaan yang telah kita lakukan dengan
hal yang uptodate dan riil terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman kita, maupun pengalaman orang lain adalah bahan yang
menarik untuk kita angkat.
2. Hilangkan bagian-bagian yang dirasakan membuat kita tidak
fokus, menimbulkan keragu-raguan atau melebihi jadwal waktu yang
tersedia untuk kita.
Kemudian kita tetapkan terlebih dulu apa tujuan atau sasaran kita.
Apa yang menjadi tujuan seminar, rapat, kuliah atau pertemuan ini?
Apa yang menjadi harapan panitia, kita sebagai pembicara dan seluruh
hadirin yang ada? Penetapan tujuan ini sangat berkaitan dengan
informasi yang kita dapatkan mengenai pendengar atau hadirin kita,
apa yang menjadi tujuan dan harapan mereka? Dapatkan umpan balik
dari teman-teman anda atau mereka yang ahli dalam bidang yang akan
kita presentasikan.
Setelah itu kemudian barulah kita susun peta pemikiran dari topik
yang dipilih. Mengenai teknik pemetaan pemikiran pernah kita
sampaikan pada edisi Mandiri 40. Teknik ini merupakan cara untuk
meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku.
Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah
halaman kertas kosong. Kemudian seperti pohon dengan cabang dan
ranting kita kembangkan tema pokok menjadi sub tema di sekelilingnya
dengan dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda.
Setelah itu buatlah agenda, outline atau catatan kecil tentang urutan
pembicaraan yang akan kita sampaikan. Sisipkan anekdot, kuis, cerita
ilustrasi, games, dan latihan-latihan untuk menjaga agar audiense
tidak bosan dan mengantuk. Persiapan tersebut termasuk menyusun
makalah, powerpoint presentation, transparent sheets, handouts, video
presentation, dan sebagainya sebagai materi utama presentasi anda.
Ingat pada saat presentasi jangan membacakan makalah atau terpaku
pada bahan utama anda. Berbicaralah seakan anda sedang berbicara
dengan satu-dua orang saja. Gunakan kontak mata dan fokuskan
perhatian pada mereka yang memperhatikan presentasi anda. Tetapi
sebisa mungkin anda memproyeksikan pembicaraan anda ke seluruh
ruangan dan seluruh hadirin.
Menggunakan alat bantu visual (visual aids)
Untuk meningkatkan kualitas penyampaian pesan (hukum ketiga audible),
kita harus menguasai kegunaan dan penggunaan alat bantu visual
seperti misalnya slide, overhead projector, LCD (infocus) projector
yang langsung dihubungkan dengan komputer atau notebook anda.
Sebagian besar orang lebih mudah menangkap informasi yang berupa
gambaran visual daripada mendengarkan. Apalagi jika kita menggunakan
data-data numerikal, akan lebih menarik jika disajikan dalam bentuk
grafik, tabel atau bagan warna-warni. Anda bisa menggunakan software
tertentu misalnya powerpoint, untuk menggabungkan pointers anda
dengan suara, foto, clip art, animasi, dan video dalam satu file
presentasi. Kemampuan menggunakan alat bantu visual ini akan
memberikan kesan pertama kepada audience bahwa kita siap melakukan
presentasi.
Tetapi sekali lagi jangan terfokus pada alat bantu tersebut. Apalagi
jika terjadi kesalahan atau gangguan teknis, anda harus selalu siap
dengan cara presentasi yang langsung tanpa alat bantu. Atau
sebaiknya ada teknisi yang siap untuk mengatasi gangguan teknis
tersebut. Jangan sampai gara-gara alat bantu visual, anda kehilangan
momentum untuk menyampaikan topik atau materi presentasi anda.
Jadi dalam penyampaian pesan kepada publik, baik berupa pertanyaan,
pidato, kuliah, seminar, sepatah kata, yang paling penting bagi kita
adalah bahwa pesan kita dapat tersampaikan kepada penerima pesan
dengan baik dan jelas. Berbicara di depan publik bukan ujian ataupun
pengadilan untuk mengadili penampilan, kecerdasan, kecantikan ataupun
keluasan pengetahuan kita. It is simply a process of conveying your
message to the targetted audiences — nothing more nothing less.
WINSTON CHURCHILL
Pemimpin Yang Serba Bisa
Winston Churchill. Tentu anda sudah pernah mendengar nama
tokoh perang dunia ke II ini. Sir Winston Leonard Spencer Churchill
lahir di Blenheim Palace, Inggris, tanggal 30 November 1874. Pemimpin
dunia yang dianggap sebagai salah satu orator terbaik ini memiliki
banyak kualitas yang membuatnya terpilih sebagai salah satu tokoh
dunia yang menyumbangkan perubahan positif bagi umat manusia di
berbagai bidang: hukum, tata negara, ketenagakerjaan, literatur, dan
militer. Ingin tahu prinsip hidup pemimpin serba bisa berdarah
campuran Inggris dan Amerika Serikat ini?
Belajar untuk maju
Walaupun pendidikan umum yang dijalani tidak tuntas sampai jenjang
pendidikan tinggi, bukan berarti bekas Perdana Menteri Inggris dua
kali ini tidak cukup ber"ilmu." Sejak muda, Churchill tidak pernah
lepas dari buku. Segala jenis buku, terutama yang berhubungan dengan
sejarah merupakan "makanan"nya sehari-hari. Bahkan waktu bertugas di
medan perangpun (di Cuba, India, Sudan, dan Afrika Selatan),
Churchill selalu ditemani dengan buku dan pena. Ia belajar dari buku
sejarah, orang-orang sekitar, dan budaya yang ditemuinya. Hasil
pemikiran dari buku-buku yang dipelajari dan orang-orang serta budaya
sekitar yang diamati dituangkannya dalam bentuk buku-buku yang
berharga untuk dipelajari juga oleh orang lain. Tokoh kita yang
bukunya "The History of Second World War" merupakan karya monumental
di bidang literatur, sadar bahwa sebagai pemimpin, belajar merupakan
modal utama. Dengan belajar terus, wawasan menjadi lebih luas,
pengambilan keputusan menjadi lebih berkualitas, penyusunan strategi
lebih efektif, dan yang paling utama dapat membimbing bawahan untuk
maju.
Berjuang untuk membawa perubahan positif
Dalam segala hal yang ditekuninya (baik sebagai tentara, penulis,
politisi, dan negarawan) sebagai seorang pemimpin, Churchill berjuang
untuk membawa perubahan positif bagi bidang yang dipimpinnya. Pada
saat menduduki jabatan President of the Board of Trade (1908-1910),
Churchill memperkenalkan pembatasan jam kerja, penetapan upah
minimum, dan perlindungan bagi pekerja dalam bentuk asuransi
kesehatan dan pengangguran. Sebagai Secretary of State for War and
Air (1919 – 1921), ia mereformasi angkatan darat dan udara Inggris.
Perubahan-perubahan lain yang dicetuskannya adalah modernisasi armada
laut Inggris.
Pantang menyerah untuk mencapai tujuan
Sejak awal Churchill menentang pemerintahan yang bersifat diktator.
Ini merupakan salah satu alasannya ikut ambil bagian dalam perang
dunia pertama dan kedua melawan para diktator yang berkuasa saat itu.
Sebagai pemimpin militer Inggris, ia juga berjuang untuk mendorong
terciptanya kemerdekaan bagi negara-negara baru di Timur Tengah dan
Afrika Utara. Untuk tujuannya ini, ia menghadapi banyak pertentangan
baik dari kalangan tokoh-tokoh utama Inggris sendiri maupun tokoh-
tokoh dunia lainnya. Namun, sang pejuang yang juga sekaligus pemenang
nobel literatur ini pantang menyerah. Walaupun ia harus dikeluarkan
dari partai politik yang ditekuni ataupun dibenci oleh beberapa tokoh
politik penting di Inggris ia tetap gigih berjuang mencapai tujuan
yang dianggapnya dapat membawa kebaikan bagi orang banyak.
Berkolaborasi untuk menang
"If we are together, nothing is impossible. If we are divided, all
will fail," demikian yang dikatakan Churchill di depan mahasiswa
Harvard University di Amerika Serikat. Churchill percaya bahwa sebuah
tujuan mulia untuk kepentingan orang banyak membutuhkan keterlibatan
banyak pihak agar tujuan tesebut dapat dimenangkan. Misalnya saja
pada perang dunia ke II: Winston Churchill menggalang kerjasama
antara lain dengan Amerika Serikat, Perancis, dan Uni Sovyet untuk
menang berperang melawan kelompok Hitler (Jerman, Italia dan
Jepang).
Anda ingin memiliki kualitas seorang pemimpin sekaliber
Winston Churchill? Mengapa tidak memulainya dengan "belajar" dari
tokoh dunia ini, "berjuang" untuk menerapkan keempat prinsip yang
telah ditekuninya agar dampak positif segera bisa dirasakan, "pantang
menyerah" dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul
dan "berkolaborasi" dengan pihak-pihak yang dapat membantu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
POJOK `KAMUS MANDIRI' (KAta-kata MUtiara Seputar MANDIRI)
WHAT YOU SEE IS WHAT YOU GET
If you believe that you can do something, you can do it.
You must believe in it one hundred percent.
Your mind always sets your limits.
What you believe yourself to be, you are.
What you believe you can be in the future, you can become.
Your self image prescribes the limits
for the accomplishment of your goals.
It prescribes the "area of the possible" for you.
Self esteem is the strongest single factor in prosperity
consciousness.
Believe you can do it.
Believe you deserve it.
Believe you will get it.
If you want to be successful,
start thinking of yourself as successful.
The feelings must come first from within you.
It's all in your mind.
Best Regard's
Jorganizer Hamdina
024-7060.9694