Showing posts with label [ppiindia] BLT untuk Bankir - Bankir tidak dipanggil Pansus "Jernihkan Pikiran". Show all posts
Showing posts with label [ppiindia] BLT untuk Bankir - Bankir tidak dipanggil Pansus "Jernihkan Pikiran". Show all posts

Saturday, April 2, 2011

[ppiindia] BLT untuk Bankir - Bankir tidak dipanggil Pansus ? >>> "Jernihkan Pikiran"

Masalahnya para Bankir itu kan penerima "BLT" istimewa. Mana mau mereka menolak sistem Neoliberalisme yang menyengsarakan rakyat.

Tahun 1998 mereka menerima "BLT" sekitar Rp 600 trilyun lewat KLBI/BLBI.

Sekarang Century menerima Rp 6,7 trilyun. Nanti kalau ada Bank lain merugi juga siap mendapat Subsidi yang total bisa ribuan trilyun.

Untuk kemewahan BLT para Bankir, akhirnya subsidi untuk rakyat seperti KPR justru dihapuskan. Oh Menkeu dan Menpera yang kusayang, semoga kalian benar2 memperhatikan rakyat.....

http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/12/24/ 03381395/ subsidi.bunga. .kpr.dihapus

===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
http://media- islam.or. id

----- Pesan Asli ----
> Dari: Firdaus Ibrahim
> Kepada: ekonomi-nasional@ yahoogroups. .com
> Terkirim: Rab, 27 Januari, 2010 10:28:27
> Judul: Re: [ekonomi-nasional] Fwd: Bankir tidak dipanggil Pansus ? >>> "Jernihkan Pikiran"
>
> Saya sependapat dengan Bung Syahganda. Mereka "text book thinkers" yang
> menelan mentah2 Konsep Kapitalisme Global sesuai Agenda Wahsington
> Concensus. Konsep tersebut dianggap sebagai Dogma yang harus dipercayai
> paling benar. Padahal, beberapa negara lain sepertai Cina, Rusia,Venezuella,
> Brazil, mengalami pertubuhan ekonomi yang signifikan tanpa harus menelan
> mentah2 atau malah mencampakkan Agenda Washington Concensus.
>
> Sepertinya, para penentu kebijakan ekonomi, termasuk berbagai ekonom
> terkemuka, mengalami sindrom "mental inferiority complex" jika berhadapan
> dengan Negara Barat dengan Konsep Neo Liberalnya. Mereka tak ubahnya
> bertindak sebagai kepanjangan tangan Kapitaliseme Global. Kebijakan yang
> dibuatpun cenderung mendukung kepentingan Kapitalisme Global dalam rangka
> ekspansi pasar dan mengeruk sumber daya alam Indonesia. Disisi lain,
> kebijakan yang mereka buat berimplikasi terhadap kebangkrutan berbagai
> industri nasional, peningkatkan pengangguran, kerusakan lingkungan,
> Peningkatan kriminalitas, Pelacuran, dll. Tinggallah rakyat kecil yang
> hidupnya miskin jadi tambah miskin tercekik tentakel Gurita Kapitalisme
> Global.
>
> Salam,
> Firdaus
>
> 2010/1/26 nainggolan syahganda
>
> >
> >
> > Sebaiknya jernihkan pikiran kita dengan membaca kajian yang lebih filosofis
> > oleh Professor Wilardjo "Etika Penyelamatan Century" yang dibagian akhir
> > tulisannya disebutkan "Anarkisme Mewarnai Keputusan Penyelamatan Century"
> > (Kompas, 26 Jan, hal 6/opini). Sudah jelas dan terang bahwa Sri Mulyani dan
> > Budiono (bersama Mari Elka Pangestu) mengemban perekonomian bangsa kita ke
> > arah penghancuran nasi rakyat kecil, kaum buruh, tani, nelayan, ummat Islam,
> > selama bertahun2, karena mereka sesungguhnya badannya orang Indonesia tapi
> > pikirannya Amerika (Bapaknya Kapitalisme Global). Hati kita sudah miris
> > dengan tesis2 yang dikeluarkan para Neolib ini yang selalu mempropagandakan
> > "market friendly", "economics of scale" yang diuntungkan dari pasar bebas
> > (FTA), attractive to investor dlsb. Terbukti sudah lima tahun pemerintahan
> > SBY dikomandoi mereka dalam bidang ekonomi, semua mata terbuka buruknya daya
> > saing Indonesia ketika China - Asean FTA diributkan semua kalangan.
> > SBY menyadari kegoblokan menteri-menteri ini dengan pernyataannya
> > "Pandangan pemerintah sudah sangat gamblang dan kita juga sudah
> > berkomunikasi dengan DPR bahwa setelah kita lihat dan evaluasi kesiapan kita
> > sendiri untuk menjalankan kesepakatan perdagangan bebas ini, memang
> > diperlukan pembicaraan- pembicaraan tertentu, (Kompas, 22 Jan dalam judul;
> > Presiden: Tinjau Kembali CAFTA). Lalu apa dan bagaimana pemahaman dan
> > langkah-langkah kongkrit TRIO Neolib itu dalam lima tahun pemerintahan SBY
> > kemarin????? ????????? ???
> >
> > Budiono, Sri Mulyani dan Mari Pangestu tidak memahami nasib bangsanya
> > karena mereka mungkin tidak mencintai bangsa ini, atau mungkin mereka
> > seperti kata Soekarno "textbook thinking" atau mungkin karena kepala mereka
> > bias "Amerika". Sudah jelas (terkait Century) bahwa tidak ada kaitan serius
> > krisis Amerika atas perkonomian kita, kecuali akibat ekspor yang menurun.
> > Pasar modal kita hanya komponen kecil terkait dengan perekonomian secara
> > keseluruhan, berbeda dengan negara2 eropa, atau Singapore. Belajar dari
> > tahun 1997/98 juga harus proporsional, sebab krisis 97/98 bukan hanya krisis
> > ekonomi yang berpusat di Asia Tenggara, tapi juga berimpit denga krisis
> > politik di tanah air. Krisis 97/98 turbulensi politik sangat kental dalam
> > memperdalam krisis ekonomi yang terjadi. Sementara dalam situasi 2008,
> > kepemimpinan politik nasional sangat terkendali.
> >
> > Bankir-bankir yang ada, sebagai mana judul di atas, juga bukanlah orang2
> > hebat yang begitu berharga untuk dimintai pikiran dan perasaannya terkait
> > Century. Kita sadar bahwa profesionalisme para bankir kita sangatlah
> > memalukan. Bankir-bankir ini adalah manusia yang hidup dalam kemewahan (jet
> > set, celebrity) diantara penderitaan rakyat Indonesia yang menanggung beban
> > hutang negara atas kasus BLBI. Meereka adalah penyebab rakyat miskin dan
> > rakyat Indonesia lainnya harus menderita selama tiga puluh tahun atas beban
> > hutang 600 Trilyun rupiah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu
> > mencari keuntungan yang pantas dalam fungsi mediasi dana pihak ketiga.
> > Kemalasan mereka dan ketakutannya dalam mengemban resiko, membuat mereka
> > dalam jangka waktu yang panjang menyimpan dananya pada SBI dengan selisih
> > bunga yang sangat menguntungkan. Resikonya adalah tertahannya uang yang
> > cukup besar yang dibutuhkan sektor riil untuk menggerakkan ekonomi riil dan
> > penciptaan
> > lapangan kerja.
> >
> > Saat ini bangsa kita berada dalam situasi yang sangat sulit. Ketika
> > globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas Chiana-Asean terjadi, kepemimpinan
> > ekonomi kita berada pada kaum Neolib. Sebentar lagi akan terjadi jutaan
> > pengangguran baru akibat gulung tikarnya pabrik2 dari 10 sampai 20 sektor
> > industri yang ada. Kita sadar (DATA 2007) bahwa sumbangan sektor primer 23%
> > terhadap PDB dan 45% menyerap tenaga kerja akan diporak-porabdakan oleh
> > produk2 China; kita sadar sumbangan sektor sekunder 34% thd PDB dan 17%
> > menyerap tenaga kerja akan diporak porandakan China, serta pula kita sadar
> > sektor tersier 43% thd PDB dan 38 % menyerap tenaga kerja akan
> > diporakporandakan China. Berbagai pimpinan pemerintahan saat ini sibuk
> > "mengidentifikasi masalah", baik jumlah industrinya maupun tenaga kerjanya,
> > sesuatu yang seharusnya sudah selesai di masa Budiono, Sri Mulayani dan Mari
> > Pangestu di masa SBY jilid I.
> >
> > Sebuah bangsa adalah sebuah kontrak sosial atas seluruh individunya. Dalam
> > hubungan antar bangsa berlaku hukum rimba, "yang kuat memangsa yang lemah".
> > Sebuah bangsa yang besar akan tumbuh berkembang apabila kepemimpinannya kuat
> > dan mempunya interest yang tinggi atas perbaikan nasib orang termiskin
> > rakyatnya. Kepemimpinan itulah yang sedang dilihat seluruh stake hoder ini
> > pada SBY dan Kabinetnya. Lenin pernah berkata " jangan lihat apa yang
> > diucapkannya, tapi lihatlah apa yang dilakukannya" . Semoga Allah melindungi
> > bangsa ini dari kolaburator kapitalisme global.
> >
> > Wass,
> > Syahganda Nainggolan
> > Phd Student of Social Welfare Dept., FISIP UI
> >
> > ----- Original Message ----
> > From: OK Taufik >
> > To: ekonomi-nasional@ yahoogroups. com
> > Sent: Tue, January 26, 2010 3:31:06 PM
> > Subject: Re: [ekonomi-nasional] Fwd: Bankir tidak dipanggil Pansus ?
> >
> > nanyak ke bankir..sama saja nanya ke staff di departemen keuangan, pasti
> > lah
> > mereka 1000% setuju sama kebijakan dan kebijaksanaan sri m
> > 2010/1/26 Irwan Lubis >
> >
> > > ---------- Forwarded message ----------
> > > From: liman PAP liman_pap@yahoo. com
> > >
> > >
> > > Bankir: Kami yang Merasakan Deg-degan Saat Krisis
> > > Senin, 25 Januari 2010 | 15:21 WIB
> > > Kompas/Yuniadhi Agung
> > >
> > > JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional
> > > (Perbanas) mendesak agar tim Panitia Khusus (Pansus) DPR yang menangani
> > > kasus Bank Century (kini Bank Mutiara) memanggil para bankir untuk
> > dimintai
> > > keterangannya. Pasalnya, para bankir merupakan stakeholder terpenting
> > yang
> > > seharusnya dimintai pendapat soal bank.
> > >
> > > Demikian disampaikan Ketua Perbanas Sigit Pramono, seusai Dialog
> > Perbankan,
> > > Jakarta, Senin (25/1/2010). "Seharusnya ketika bicara mengenai
> > penyelamatan
> > > bank, sekurang-kurangnya para bankir diundang untuk memberikan pendapat
> > dan
> > > kesaksiannya, " ujar Sigit.
> > >
> > > Seperti diketahui, dana talangan Bank Century (kini Bank Mutiara) senilai
> > > Rp
> > > 6,7 triliun yang dikucurkan saat krisis ekonomi global menuai
> > kontroversi.
> > > Menurut Sigit, para bankir-lah yang paling merasakan langsung situasi
> > > krisis
> > > saat itu.
> > >
> > > "Kami yang merasakan langsung deg-degan bagaimana situasi krisis. Kami
> > > merasakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, depresiasi terendah,
> > > dan hal-hal lain. Mungkin, orang yang tidak langsung dengan perbankan
> > tidak
> > > merasakan was-was," tukasnya.
> > >
> > > Sigit mengakui, hingga kini pihaknya belum dihubungi Pansus untuk
> > dimintai
> > > keterangannya. Meski demikian, dirinya mengaku siap bila dipanggil Pansus
> > > nantinya.
> > >
> > > "Belum tahu, tetapi kami siap saja memberikan masukan dari perspektif
> > > perbankan. Kami sekarang hanya bisa menyampaikan soal ini lewat media,
> > > soalnya kan kami tidak bisa meminta agar Pansus agar kami dipanggil,"
> > > tandasnya.
> > >

Followers