Bagaimana kita menghadapi orang yang tidak kita kenal di tempat asing? Mungkin kita akan diam dan menjaga jarak. Atau datang menghampiri untuk mencari tahu. Kita akan mempertimbangkan untuk menyapa atau mengabaikannya.
Bagaimana kita menghadapi orang yang sangat kita kenal? Ketika kita mengetahui kepribadian seseorang maka kita akan bisa memperkirakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan dilakukannya. Kita jadi tahu apa yang seharusnya dilakukan agar dapat tercipta relasi yang efektif.
Mengapa demikian? Bagi manusia, kepribadian membentuk nilai, perilaku, rutinitas, dan kegemaran. Hal yang sama ternyata terjadi pula pada perusahaan. Perusahaan mempunyai cara tertentu dalam memfokuskan energi, mengumpulkan informasi, mengambil keputusan dan melaksanakan pekerjaan, yang menjadi elemen penting pembentuk kepribadian perusahaan.
Riset yang dilakukan Arie de Geus (1997) menunjukkan bahwa 27 perusahaan yang berumur lebih dari 100 tahun mempunyai karakteristik sebagaimana manusia. Mereka mempunyai kepribadian yang membuat mereka berkembang secara harmonis. Kepribadian ini menjadi suatu identitas sehingga perusahan dikenal oleh anggotanya maupun oleh orang lain dengan pola yang serupa. Anggota sadar akan “Siapa kami?”, yang berbeda dengan perusahaan lain. IBM yang “metodis”, Apple yang “inovatif”, Nike yang “Drive”.
Kepribadian perusahaan adalah sumber yang menentukan misi dan nilai perusahaan, menggerakkan SDM, mengartikulasikan identitas perusahaan serta strategis bisnis. Ketika perusahaan tidak menyadari kepribadian, operasi organisasi seringkali tidak berjalan secara selaras (alignment). Inovasi ditetapkan menjadi keunggulan bisnis, tetapi dalam proses operasi sangat menekankan pada standar yang telah teruji dan tidak ada toleransi terhadap kesalahan. Dalam pengelolaan SDM, inovasi tidak menjadi aspek yang dihargai.
Konsep kepribadian yang digunakan dalam studi ini mengacu pada teori kepribadian Carl Gustav Jung, yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya Katharine Cook Briggs, Isabel Briggs Myers, David W. Keirsey dan terakhir dikembangkan oleh Sandra Fekete dan Lee Anna Keith untuk level organisasi.
Secara umum, kepribadian ditentukan oleh 4 preferensi yaitu fokus energi, pola mendapatkan energi, pola pengambilan keputusan dan pola kerja. Dimana masing-masing preferensi mempunyai dua kutub yang dikotomis. Kecenderungan pada salah satu kutub preferensi akan membentuk suatu tipologi tertentu. Secara rinci, ke empat preferensi tersebut adalah:
Sumber Energi : Ekstrovert (E) – Introvert (I)
Ekstrovert
1. Belajar dengan melakukan (learning by doing)
2. Lebih suka bekerja bersama banyak orang dengan relasi yang tidak mendalam
3. Mengemukakan ide dalam bentuk konsep yang masih bisa didiskusikan
4. Lebih sering dalam berdiskusi dan pembahasan rencana
5. Karyawan saling membantu satu sama lain
6. Komunikasi internal melalui percakapan langsung atau telepon
7. Sangat mungkin terlalu banyak memberikan penawaran
Introvert
1. Mempertimbangkan atau melakukan riset sebelum bertindak
2. Lebih suka bekerja bersama sedikit orang dengan relasi yang mendalam
3. Mengemukakan ide dalam bentuk yang sudah lengkap
4. Jarang berdikusi dan pembahasan rencana
5. Karyawan cenderung bekerja seorang diri
6. Komunikasi internal melalui memo dan email
7. Sangat mungkin terlalu sedikit memberikan penawaran
Pola Mendapatkan Informasi: Sensing (S) – Intuitif (N)
Sensing
1. Pertanyaan pertama yang diajukan tentang detail setiap situasi
2. Cenderung bekerja dengan cara yang teruji dan biasa dilakukan
3. Menyediakan arahan yang spesifik, detil dan langkah demi langkah
4. “Jika tidak rusak, tidak perlu diperbaiki”
5. Menetapkan sasaran yang dapat dicapai
6. Lebih memperhatikan apa yang dikatakan customer/rekan kerja
7. Presentasi lebih memaparkan subtansi dan detil fakta
Intuitif
1. Pertanyaan pertama yang diajukan tentang arti sebuah situasi dan apa kemungkinan ke depan
2. Cenderung mencari cara baru dalam bekerja
3. Memberikan arahan yang bersifat umum sejalan dengan pengerjaan tugas
4. “Segalanya bisa dan harus dikembangkan”
5. Menetapkan tujuan yang inspiratif, sulit dicapai
6. Lebih memperhatikan apa yang dimaksudkan customer/rekan kerja
7. Presentasi lebih memaparkan kemungkinan ke depan secara antusias
Pola Pengambilan Keputusan: Feeling (F) – Thingking (T)
Feeling
1. Suasana kantor yang hangat dengan penekanan pada keharmonisan kelompok
2. Dalam situasi tertentu, aturan dapat dilanggar
3. Lebih mudah mengekspresikan apresiasi daripada memberikan kritik atau penilaian
4. Bertindak taktis lebih penting daripada bicara terbuka tentang kebenaran
5. Mencari solusi berdasarkan value organisasi, dengan mempertimbangkan dampak terhadap karyawan
6. Merek atau loyalitas pelanggan lebih penting daripada mencapai kualitas terbaik
7. Bersemangat dalam pembentukan tim atau coaching bawahan
Thinking
1. Impersonal, suasana kantor yang serius dan “dingin”.
2. Aturan adalah aturan
3. Lebih mudah memberikan penilaian/kritik daripada mengekspresikan apresiasi
4. Mengatakan kebenaran secara apa adanya lebih penting daripada bertindak taktis
5. Logis, “berjarak” dan pendekatan analitis terhadap persoalan
6. Mencapai kualitas terbaik lebih baik daripada merek atau loyalitas pelanggan
7. Sedikit waktu untuk pembentukan tim atau coaching bawahan
Pola Kerja : Judging (J) – Perceiving (P)
Jugding
1. Lebih nyaman dengan rencana jangka panjang
2. Menghindari batas waktu (deadline) dengan membuat penjadwalan yang ketat
3. Membuat dan mengikuti agenda rapat
4. Stres ketika terjadi hal yang tidak diharapkan
5. Cenderung mengambil keputusan cepat dan resisten terhadap perubahan, meskipun ada data baru
6. Cenderung mengatur dan mengontrol karyawan
7. Disiplin dituntut bahkan dalam rapat
Perceiving
1. Tidak nyaman dengan rencana jangka panjang, cenderung semua pilihan tetap terbuka
2. Bersemangat ketika mendekati batas waktu (deadline)
3. Menetapkan tujuan rapat tetapi fleksibel mengenai topik yang dibahas
4. Bersemangat ketika terjadi hal yang tidak diharapkan
5. Cenderung menunda keputusan sampai data terkumpul, dan cenderung mengubah keputusan
6. Karyawan membuat aturan mainnya sendiri
7. Karyawan dapat terlambat rapat apabila hal penting terjadi
Tipologi Kepribadian
Berdasarkan 4 preferensi diatas, maka terdapat 16 tipologi kepribadian perusahaan yaitu:
1. “Vision Driven by Values” – INFJ
2. “Quest for Meaningful Work” – INFP
3. “Solid as a Rock” – ISTJ
4. “You Can Count on Us” – ISFJ
5. “Seeing the Big Picture in Human Term” – ENFJ
6. “Its Fun to Do Good Work” – ENFP
7. “Playing by the Rules” – ESTJ
8. “Doing the Right Thing” – ESFJ
9. “Going All Out for Greatness” – INTJ
10. “In Pursuit of Intellectual Solutions” – INTP
11. “Action, Action –We Want Action” – ISTP
12. “Working to Make a Difference” – ISFP
13. “Driven to Lead” – ENTJ
14. “If We Can’t Do IT, No One Can” – ENTP
15. “Thriving on Risky Business” – ESTP
16. “We Aim to Please” – ESFP
Catatan:
Penggunaan konsep kepribadian dalam studi ini perlu mengingat beberapa catatan dibawah ini:
a. Type not trait.
Tipologi kepribadian seseorang tidak mengacu pada sifat, kelebihan dan kelemahan yang dimiliki seseorang. Tipologi lebih bersifat membantu memperjelas kecenderung berperilaku seseorang.
b. Own best judge.
Pelaku (individu atau organisasi) merupakan penilai terbaik atas tipologi kepribadian mereka sendiri.
c. No right or wrong
Tidak ada tipologi yang benar atau salah. Tipologi lebih menunjukkan ciri khas individu atau organisasi.
024-7060.9694
maspank@yahoo.com