Pakaian merupakan ekspresi tentang cara hidup. Pakaian dapat mencerminkan perbedaan status dan pandangan politik atau religius. Dengan demikian, cara kita memilih pakaian dapat berfungsi sebagai pernyataan, sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa kita berasal dari kelompok tertentu yang berbagi sekumpulan idela tertentu. (Kees van Dijk)
Baru ngeh saya. Kecuali pada masa kecilnya waktu namanya masih Kusno, Bung Karno ga pernah memakai pakaian adat jawa lengkap berikut kain-beskap dan blangkon. Dalam beberapa bahan, terungkap bahwa Bung Karno tidak mau pakai bukan karena mau toleran sebagai orang Jawa dan menjaga perasaan suku lain. Bukan itu. Tapi karena secara filosofis pakaian adat jawa berikut kain dan beskap+blangkon, membuat perangai orang berobah. Orang akan dikondisikan dan disugestikan oleh baju model gini menjadi seorang Hamba. Bukan orang yang mengenali martabat dan harkat dirinya. Coba lihat, untuk acara sepenting BK waktu mengawinkan putrinya Rahmawati, BK malah pake setelan lengkap jas ala Eropa. plus Peci Hitam tentu saja.
Mempelajari Sukarno adalah sebuah imajinasi, sebuah degup yang mungkin tidak akan pernah berhenti. Sukarno dibesarkan oleh ilmu pengetahuan cara barat, tapi ia selalu berpikir dan bertindak dengan cara-cara Jawa. Orang Jawa tidak pernah menggunakan rasio-rasio yang terukur untuk membangun tindakan, mereka lebih mengedepankan insting-insting yang dipercayainya, mereka membangun tindakan dari rangkaian insting itu. Mustahil mempelajari Sukarno dan apa yang dilakukannya tanpa kita melibatkan banyak unsur kultural, sejarah kekuasaan Jawa, psikologis kekuasaan Jawa, cara orang Jawa melihat masa depan, cara orang Jawa mendalami siklus jaman dan yang terpenting dialektika jaman yang bekerja.
Puncak kerja Sukarno adalah tahun 1960-an, yang oleh sejarawan Orde Baru dilabur sebagai tahun kebangkrutan Indonesia. Tapi sadarkah kita? di tahun-tahun itu Indonesia berada pada puncak sejarahnya. Puncak keagungannya? Militer kita terbesar nomor lima di dunia, pengaruh diplomasi kita meliputi hampir separuh dunia. Di luar Amerika Serikat dan Sovjet Uni, Indonesia-lah yang paling berperan dalam dunia politik internasional.
Kemiskinan di masa Sukarno yang diberitakan oleh media-media barat ini tak lebih antrean minyak tanah pada masa SBY, bahkan PKI yang kerap memprotes tindakan pemerintah oleh sejarawan Orde Baru dianggap sebagai penyebab lesunya ekonomi. Analisa ini menjadi lucu karena PKI berada diluar struktur pemerintahan. Ekonomi Indonesia tidak morat-marit sama sekali di Jaman Bung Karno, bahkan bila kita melihat secara EVA (Economics Value Added) rangkaian kinerja Sukarno tahun 1960-1965 memiliki nilai tinggi di masa depan, yaitu apa? -adanya penguasaan secara penuh modal nasional-. Sukarno dengan tahapan-tahapannya mengarahkan negara untuk menguasai modal nasional secara utuh. Dengan penguasaan modal nasional maka ia bermimpi : Biaya kesehatan dibiayai gratis, sekolah anak-anak bangsa gratis, dia bisa membiayai anggaran militer yang kuat dan seluruh Indonesia dibangun pelabuhan-pelabuhan dagang yang kuat serta ramai dan menjadi jalur penting perdagangan dunia. Tapi ekonom cupet, sejarawah tolol banyak melihat sesuatu hanya satu scoupe, satu dimensi, gagal melihat sesuatu dengan gairah keseluruhan.
Di jaman Sukarno ketimpangan kekayaan nyaris tak ada. Anak Menteri dan anak rakyat biasa bersekolah di tempat yang sama, naik sepeda dengan merek yang sama, korupsi kalaupun ada jelas penyelesaiannya. Tidak ada kelompok atau orang yang berani korupsi dalam skala raksasa, karena kalau itu terjadi maka beresiko dihadapkan ke regu tembak.
Tapi masa Sukarno mungkin sudah lama berlalu, kita melewati sedemikian lama pengelabuan sejarah Orde Baru, dan sekelompok orang sekarang yang tak percaya bagaimana dunia sosialisme bekerja. Kita dipaksa untuk percaya bahwa Mall-Mall, Ruang Perbelanjaan Kapitalis, Rumah Sakit Mahal, Universitas Mahal adalah masa depan Indonesia, kita dipaksa percaya untuk itu.
Keadaan kini jelas berbeda dengan era 1920-40-an di mana kita terfokus berjuang untuk mengusir penjajah dan mencapai kemerdekaan. Kini kita berada pada lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang terus berpusar dengan cepat. Ancaman musuh seperti narkoba, kekerasan dan tawuran, ajaran ekstrem dan pergaulan bebas berada di tengah-tengah kita. Korupsi yang merebak di masyarakat juga nyata adanya.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan bangsa.
Pertama, memperkokoh nasionalisme, persatuan dan kesatuan dengan mengembangkan nilai-nilai adiluhung gotong royong, toleransi, tenggang rasa, menghargai perbedaan dan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Kedua, menciptakan generasi baru, generasi penerus yang jujur, bersih dan amanah.
Ketiga, mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam menghadapi tantangan kemajuan bangsa. Saat ini kita masuk jajaran negara-bangsa terkuat ke-16 di dunia (bangsa yang penting). Diprediksi pada tahun 2030 kita masuk jajaran 7 besar negara kuat di dunia secara politik dan ekonomi. Saatnya kita memantapkan landasan yang kuat untuk menyongsongnya dengan menyingkirkan bahaya yang mengancam seperti praktek korupsi, terorisme dan konflik horizontal.
No comments:
Post a Comment
Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.