Aspek penting dalam mengoptimalkan potensi yang kita miliki
adalah bagaimana kita dapat mengenali, mengendalikan dan
mendayagunakan kekuatan pikiran kita (mind power management).
Seringkali kita tidak menyadari bahwa kesuksesan hidup kita
sepenuhnya tergantung dari apa yang kita pikirkan dan bagaimana kita
mendayagunakan kekuatan pikiran kita itu.
Paling tidak ada dua paradigma penting untuk menuntun kita ke
arah pencapaian tujuan atau cita-cita hidup kita, apakah itu berupa
kebebasan finansial, hubungan yang indah dengan Tuhan dan sesama,
kesehatan, kebahagiaan, maupun kesejahteraan. Paradigma pertama
adalah Pikiran Anda Menentukan Kesuksesan Anda (Your Thinking
Determines Your Success), dan kedua adalah Kebiasaan Anda Menentukan
Masa Depan Anda (Your Habits Will Determine Your Future). Hal ini
berarti bahwa kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari serta apa yang
kita pikirkan dan bagaimana kita menggunakan kekuatan pikiran inilah
yang sangat menentukan apa jadinya kita di masa mendatang.
Dalam buku berjudul "Applications in Self Management"
karangan Brian T. Yates, kedua paradigma itu dijabarkan dalam teknik-
teknik manajemen diri, yaitu: teknik-teknik yang berhubungan dengan
perilaku (behavioral techniques) dan teknik teknik pendayagunaan
pikiran (cognitive techniques). Dalam buku tersebut manajemen diri
didefinisikan sebagai teknik-teknik psikologis untuk memecahkan
masalah-masalah personal (pribadi) dan interpersonal (hubungan antar
pribadi), maupun untuk mencapai tujuan-tujuan karir dan kehidupan.
Meskipun tentu saja ini adalah definisi yang menurut kami merupakan
sebagian dari manajemen diri.
Sesungguhnya kemampuan kita untuk mendayagunakan kekuatan
pikiran sangat ditentukan oleh serangkaian kebiasaan yang kita
lakukan dengan pikiran kita. Menguasai dan mengendalikan pikiran
kita hanya dapat kita lakukan melalui serangkaian latihan terus
menerus dan disiplin diri yang kuat, sehingga akhirnya kita bisa
memanfaatkan kekuatan dahsyat dari pikiran kita secara otomatis. Hal
ini persis seperti proses ketika kita belajar mengemudikan mobil.
Pelajaran pertama adalah bagaimana menyelaraskan pedal gas
dan pedal kopling agar mobil dapat berjalan dengan mulus. Jika kita
melepas kopling terlalu cepat, mobil akan melompat. Jika kita
menekan gas dengan kencang sedangkan pijakan kopling kita tahan, maka
mobil tidak akan berjalan dan mesinnya menderu-deru. Kadang-kadang
mobil berjalan tersendat-sendat seperti orang tua yang terbatuk-batuk.
Tetapi setelah latihan terus menerus, akhirnya kita sekarang
mengemudikan mobil sudah tidak memikirkan kopling dan gas lagi –
sudah otomatis. Bahkan kita bisa menyetir mobil sambil mengobrol di
telepon genggam kita. Demikian halnya dengan cara kerja pikiran kita
yang dapat kita analogikan sebagai mobil yang dapat membawa kita
kemanapun tujuan hidup yang kita impikan.
Bekerja dengan pikiran (mind power), tidak perlu harus
memahami fungsi dan cara kerja otak dan jaringan syaraf – maupun
hukum-hukum fisika kuantum dan fisiologi syaraf (kedua disiplin ilmu
ini digunakan oleh para ahli untuk menjelaskan cara bekerjanya otak
kita yang identik dengan cara kerja alam semesta). Seperti halnya
dalam analogi mobil tadi – untuk belajar mengendarai
(baca:mengendalikan) mobil (baca:pikiran), kita tidak perlu memahami
cara kerja karburator dan bagaimana busi dapat menimbulkan api untuk
pembakaran yang menggerakkan mesin. Hanya sedikit dari kita yang
mengerti mesin, namun hal ini tidak menghambat kita untuk dapat
mengendarai mobil.
Gelombang Energi Otak dan Pikiran Bawah Sadar
Namun demikian paling tidak ada hal-hal yang perlu kita
ketahui tentang otak dan pikiran kita – agar kita dapat
mengoptimalkan kekuatan pikiran kita. Otak kita merupakan pusat
kendali kehidupan kita. Denyut atau getaran/gelombang energi yang
dihasilkan otak menentukan kondisi kita. Gelombang energi otak
tersebut dapat diukur dengan alat yang disebut Electro Encephalograph
(EEG). Setiap denyut diukur dengan satuan Hertz (Hz) atau cps (cycle
per second = putaran per detik). Alat ini biasa digunakan di rumah
sakit –rumah sakit untuk memantau kondisi pasien yang berada dalam
keadaan kritis.
Gelombang energi otak terdiri atas empat keadaan (brainwave
states), yaitu: beta, alpha, theta, dan delta. Keadaan beta (13-28
Hz) adalah keadaan gelombang otak yang sedang aktif bertindak atau
sadar. Kondisi ini disebut sebagai pikiran sadar, yaitu saat
seseorang dapat berkonsentrasi pada banyak hal. Biasanya pada kondisi
ini kita berpikir logis, rasional, analitis, dan penuh perhitungan.
Kita berkomunikasi dan melakukan kegiatan fisik pada kondisi
gelombang otak beta.
Keadaan alpha (7-13 Hz) adalah keadaan saat otak kita relaks
dan tenang. Keadaan alpha ini sangat penting untuk membuka jalan
menuju kekuatan pikiran bawah sadar. Keadaan theta (3,5 – 7 Hz)
adalah keadaan ketika pikiran menjadi kreatif dan inspiratif.
Keadaan ini juga terjadi pada saat kita tertidur dan bermimpi yang
ditandai dengan gejala REM (Rapid Eye Movement). Keadaan delta (0,5 –
3,4 Hz) adalah keadaan gelombang otak pada saat kita tertidur lelap
(deep dreamless state). Pada keadaaan ini terjadi penyembuhan alami
dan peremajaan sel-sel tubuh. Sedangkan gelombang otak di bawah 0,5
Hz adalah keadaan koma, dan jika nilainya 0 cps, manusia dapat
dinyatakan meninggal secara klinis.
Kunci kekuatan pikiran kita adalah pada kondisi gelombang
otak di bawah 13 putaran per detik, yang merupakan batas antara
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pada kondisi gelombang otak
13 Hertz ini terdapat sebuah filter pembatas yang disebut filter RAS
(Reticular Activating System). Filter ini semacam pintu masuk ke
alam pikiran bawah sadar. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
dapat membuka filter ini. Satu-satunya cara untuk membuka filter ini
adalah melalui proses relaksasi dengan tujuan menurunkan frekuensi
gelombang otak kita.
Teknik Mendayagunakan Pikiran Kita
Dengan memasuki pikiran bawah sadar memungkinkan kita untuk
mengendalikan kehidupan kita melalui teknik-teknik subconscious
reprogramming (memprogram kembali pikiran bawah sadar), accelerated
learning ( mempercepat proses pembelajaran), pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan secara kreatif, maupun membangkitkan intuisi
dan kreatifitas.
Ada beberapa hal dasar yang perlu kita ketahui dalam
menerapkan teknik-teknik yang disebutkan di atas, yaitu: relaksasi,
afirmasi, visualisasi, dan jangkar emosi.
1. Relaksasi
Untuk masuk ke pikiran bawah sadar, kita harus membuka filter
Reticular Activating System dengan cara melakukan relaksasi dan
teknik Membangun Tempat Kedamaian. Tempat Kedamaian yang dimaksud
disini adalah suatu tempat imajiner dalam pikiran kita yang kita
bangun untuk menenangkan pikiran kita. Setiap kita membayangkan
tempat itu kita merasa rileks dan seluruh beban pikiran kita
terlepas. Untuk memperdalam hal ini kami menyarankan anda membaca
buku karya Sandy MacGregor berjudul Piece Of Mind yang sudah
diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Gramedia.
2. Afirmasi
Afirmasi adalah cara yang paling mudah dan sederhana untuk
mempengaruhi pikiran bawah sadar kita. Afirmasi berupa pernyataan
pendek dan sederhana (seperti: mantra atau berupa ayat-ayat Kitab
Suci) yang kita sampaikan terus menerus dan berkali-kali kepada diri
kita. Pada saat melakukan afirmasi sesungguhnya kita sedang
mempengaruhi keadaan pikiran bawah sadar kita.
3. Visualisasi
Kita harus dapat menggambarkan dalam pikiran kita tentang apa yang
kita inginkan atau kondisi apa yang kita harapakan. Kita harus
menggambarkan dengan jelas sehingga kita benar-benar dapat melihat
diri kita sendiri dalam pikiran kita. Membuat gambaran dalam pikiran
kita adalah seperti membuahi sebuah realitas, dan yang terpenting
adalah keyakinan kita bahwa apa yang kita buahi tersebut akan menjadi
kenyataan pada waktunya nanti. Inilah rahasia kesuksesan mereka yang
secara disiplin dan yakin melakukan proses visualisasi dalam
kehidupannya. Seringkali banyak diantara kita pernah melakukan hal
ini secara tidak sadar. Visualisasi berbeda dengan melamun,
visualisasi bersifat aktif dan proaktif membangun sebuah realitas
yang kita impikan.
4. Jangkar Emosi
Jika visualisasi menciptakan adegan atau gambaran seperti dalam film,
maka menambahkan emosi (seeding) itu seperti halnya menambahkan sound
track. Kita perlu menambahkan perasaan atau emosi yang menyertai
afirmasi dan visualisasi kita. Kita harus dapat merasakan emosi yang
muncul jika realitas yang kita impikan itu terwujud dalam visualisasi
kita.
Dengan mengetahui cara-cara relaksasi, afirmasi, visualisasi
dan jangkar emosi, maka kita dapat melakukan pemrograman ulang
terhadap pikiran bawah sadar kita, atau meningkatkan kemampuan
belajar/membaca kita, merumuskan tujuan hidup atau pencapaian
keinginan kita, maupun membangkitkan intuisi dan kreatifitas untuk
pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah yang kita hadapi
sehari-hari.
Joko Hamdani as Pro Historian
024-7060.9694
Independent with my own idealism.
No comments:
Post a Comment
Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.