Wednesday, April 6, 2011

Belajar dari Brand Juara

Membaca hasil survey terbaru dari perusahaan-perusahaan yang paling diminati di dunia (versi para pebisnis), sangat menarik melihat no.1 dan no. 2 nya. Menarik sekaligus sudah dapat ditebak, karena kedua perusahaan tersebut pula yang populer di satu dekade terakhir. Siapa lagi kalau bukan Apple dan Google.

Apple yang di awal tahun ini hampir membukukan profit dua kali lipat dari tahun lalu, menduduki posisi pertama perusahaan terfavorit versi para pebisnis. Apple dinilai demikian karena kemampuannya dalam menciptakan produk teknologi inovatif dan cepat. Perusahaan yang sempat mengalami penurunan pamor dari sisi nilai saham ini -dikarenakan founder sekaligus CEO populernya Steve Jobs mengundurkan diri karena sakit- tidak hanya mengambil hati dari sisi teknologinya namun dalam hal kemampuan membaca selera pasar di masa depan, bahkan dikategorikan sebagai menciptakan kebutuhan.

Dan perusahaan di nomor 2 adalah Google, yang masih menduduki sebagai peringkat 1 mesin pencari. Google yang kini tidak hanya pamor sebagai mesin pencari dan berbagai produk gratisnya, juga kian unggul di penjualan sistem operasi Androidnya. Tercatat saat ini penjualan rata-rata perbulan perangkat dengan sistem Android mencapai 10 juta perangkat.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari 2 perusahaan populer tersebut? Berikut merupakan 5 hal yang dapat kita ambil dari cerita kesuksesan mereka, untuk kita implementasikan ke organisasi bisnis kita sendiri :

1. People is the key
Tidak ada organisasi yang sukses bukan karena individu-individu di dalamnya. Karena judulnya adalah organisasi, sudah pasti kesuksesannya pun pasti karena orang-orang yang ada di dalamnya. Pengalaman berkunjung ke kantor Google di Singapura, pada saat menginjakkan kaki dan berbincang dengan salah satu personil divisi BD yang kebetulan hari itu menyambut kami, aura dari good people kuat terasa. Good di sini dimaknai bukan berarti baik, tapi berkualitas. Hampir dapat dipastikan bahwa isi dari dua organisasi tersebut (Apple dan Google) adalah orang-orang yang berkualitas, maka dapat menghasilkan kinerja yang juga di atas rata-rata.

Kualitas itu sendiri meliputi tidak hanya aspek knowledge, tetapi juga aspek morality, di mana setiap orang yang ada di dalamnya memiliki passion dalam bekerja, mengetahui arah dan memiliki usaha yang kuat untuk mencapai visi yang mereka miliki. Memandang ke organisasi yang Anda kelola, kualitas tersebut ditentukan oleh Anda sendiri, semakin tinggi standar kualitas yang Anda terapkan, semakin berkualitas organisasi Anda.

2. How we work
Serupa dengan kualitas, bagaimana cara kita bekerja juga menentukan hasil kerja itu sendiri. Keunikan dari cara kerja organisasi Apple dan Google, adalah cara kerja mereka yang berbeda dari cara kerja organisasi lain. Hingga saat ini saya juga belum menemukan suatu hasil penelitian yang menyebutkan bahwa lebih baik mana : cara kerja yang dinamis (penuh kebebasan) atau yang statis (penuh keteraturan) atau harus bergantung pada konteks industrinya.

Namun dari dua perusahaan jawara ini yang bisa kita ambil pelajarannya adalah cara kerja mereka yang dinamis, di mana setiap individu memiliki tanggung jawab pribadi, namun dibebaskan dengan cara apa mereka akan memenuhi tanggung jawab tersebut. Entah kebetulan atau tidak dua perusahaan tersebut tidak berasal dari Asia, maka nilai kebebasan dan tanggung jawab dalam “cara mereka bekerja” begitu kental. Tercermin dari cara kerja di Google Singapore tersebut, bahwa no office hour, they can play and come anytime.. pengukuran kerjanya adalah pencapaian hasil dan tentu saja : kreativitas!

Namun hal ini tidak bisa secara mentah kita aplikasikan, karena semuanya bergantung pada konteks, terlebih karakteristik “modal dasar” individunya. So? Have u determined what kind of way your organization should be working with?

3. Positive Mindset

Hal yang perlu Anda tanamkan di organisasi Anda (dan hal ini melekat erat di organisasi Apple dan Google) bahwa mindset positif menjadi jiwa setiap individu yang ada. Hal ini akan sangat bermanfaat pada saat menghadapi suatu tantangan atau masalah. Organisasi yang berpikiran positif akan melihat peluang lebih besar dari masalah, dan akan merasakan semangat dibandingkan keputus-asa-an. Salah seorang klien saya yang begitu menginspirasi, setiap hari mengirimkan BBM ke para pimpinan organisasinya : Mindset Sukses adalah kunci kesuksesan itu sendiri!

4. Leader

Hampir tidak dapat dipungkiri, bahwa kesuksesan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpinnya. Mempelajari karakteristik psikologi manusia, bahwa genetik kepemimpinan yang didasari nilai Dominant dan Influence, hanya terdiri dari tidak lebih 10% orang di dunia. Sehingga wajar saja suatu organisasi membutuhkan 1 dari 10% orang tersebut untuk menjadi pemimpin dan membawa perubahan, walaupun ada di luar 10% tersebut yang berbakat memimpin, setelah belajar dan merubah karakter diri, mampu menjadi pemimpin yang handal.

Jika Anda adalah pemilik bisnis dan membangunnya dari nol, saya jamin Anda adalah dari pemimpin tersebut. Namun jika ternyata Anda adalah pemilik bisnis yang tidak membangun bisnis dari awal, dan Anda merasa tidak mampu memimpin, sebaiknya Anda segera mencari pemimpin yang kompeten untuk memimpin organisasi. Terdengar ekstrim memang, tapi percayalah organisasi tidak akan sukses tanpa hadirnya seorang pemimpin yang hebat.

Apple dan Google juga meraup kesuksesan, karena dipimpin oleh para pemimpin hebat yang mampu membawa perubahan. Banyak isu yang memberitakan bahwa di tahun ini Google akan mengalami perubahan besar pada saat menghadapi pergantian CEO mereka yang sekarang (yang membawa banyak pencapaian luar biasa di beberapa periode terakhir) Eric Schimdt di bulan April mendatang. Akankah penggantinya dapat menandingi kehebatannya dan membawa Google kembali berlari meninggalkan para pesaingnya.

5. Inovative
Dan pelajaran terakhir yang perlu kita ambil adalah nilai inovasi yang terkandung kental di dua perusahaan tersebut. Di mana dalam memenangkan hati market, kita perlu menjadi inovator. Dan jiwa inovasi tersebut disandingkan dengan kemampuan membaca pasar dan peluang. Hal inilah yang membawa Apple yang selalu menjadi inovator di kategori produk yang bisa jadi pada saat dibuat, belum dikategorikan sebagai sebuah kebutuhan.

Inovasi itu sendiri harus diimbangi dengan kemampuan realisasi inovasi, seperti yang dilakukan oleh Apple dan Google, di mana kemampuan merealisasi inovasi tersebut dengan cepat, menjadikan mereka unggul di antara para pesaingnya.

Jiwa inovasi itu sendiri tentu tidak begitu saja muncul, tapi merupakan rangkaian dari seluruh elemen yang disebutkan sebelumnya. Organisasi Anda dapat menjadi inovatif, hanya apabila memiliki pemimpin yang inovatif, SDM yang kompeten, budaya kerja yang mendukung serta berpikiran positif (selalu melihat peluang).

Kesuksesan organisasi-organisasi besar di dunia tentu dapat menjadi referensi kita dalam membentuk organisasi bisnis yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat atau juga belum saatnya, karena perubahan tesebut harus dilakukan saat ini dan oleh Anda sendiri! Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers