Sunday, November 22, 2009

Eksplanasi: Pengejawantahan Data dan Fakta dalam Penulisan Sejarah.

Eksplanasi sering dikenal dengan istilah penjelasan dalam setiap kajian ilmiah. Menurut D. H Fischer, kata eksplanasi sendiri berasal dari explain atau penjelasan; eksplanasi berarti membuat terang, jelas dan dapat dimengerti.

Dalam eksplanasi data, fakta maupun fakta sejarah memegang peranan yang sangat penting. Data dan fakta ini berguna bagi pen-diskripsian kerangka wacana dalam eksplanasi.

Penjelasan yang dilakukan dalam eksplanasi memungkinkan para pembacanya untuk memahami dan mengerti akan maksud yang terkandung dalam penjabaran tersebut. Dalam suatu peristiwa sejarah, hendaklah bisa ditunjukkan unsur-unsur wujud peristiwa (what), pelakunya (who), tempat terjadinya peristiwa (where), waktu kejadian (when), unsur mengapa atau latar belakang kejadian (why) dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut bagaimana mungkin peristiwa itu bisa terjadi (how).

Dengan sendirinya, penjelasan yang menyangkut why (mengapa) dan how (bagaimana) terutama menjadi perhatian penting dalam keterangan sejarah, sebab di sinilah kekhususan ciri-ciri sejarah itu bisa dilihat. Seperti halnya dalam jurnalisme yang sangat menekankan 5 W + 1 H, maka begitupula eksplanasi dalam sejarah menerapkannya. Dalam melakukan eksplanasi, semua ilmu bisa digunakan, baik itu mengambil dari ilmu sosial, maupun dari ilmu sejarah itu sendiri. Demikian pula dengan imajinasi dan logika. Semuanya berperan besar dalam proses eksplanasi tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam eksplanasi inipun seorang sejarawan akan “berpetualang” kembali dalam lautan imajinasinya. Tanpa “petualangan” tersebut, dapat dipastikan banyak hal yang tidak bisa dituliskan, apalagi diterangkan. Seperti yang dinyatakan oleh Collingwood, yang menekankan keistimewaan yang bisa dilakukan oleh sejarawan terhadap objeknya dibandingkan yang hanya mampu dilakukan oleh scientist, yaitu dengan jalan ”re thinking them in his own mind”, (memikirkan kembali dalam pemikiran sejarawan sendiri). Dengan maksud bahwa sejarawan mampu menerobos alam pikiran pelaku sejarah secara imajiner, mencoba menempatkan dirinya ke dalam alam pikiran para pelaku sejarah yang bersangkutan. Ini dianggap merupakan unsur pokok ke dalam “cara berfikir historis” (historical thinking) yang menjadi dasar “cara menerangkan dalam sejarah” (historical eksplanation).

Dalam eksplanasi ini dapat dilihat adanya manfaat dari kematangan seorang sejarawan untuk dapat merangkai semua data dan fakta yang diperolehnya untuk menjadikan sebuah penulisan. Dalam eksplanasi inipun akan jelas terlihat bagaimana tingkat kreatifitas sejarawan dalam membuka wacana para pembacanya. Penjelasan yang baku seringkali ditingggalkan oleh para pembacanya. Sedang penjelasan yang ringan tapi berbobot menjadikan para pembacanya seolah-oleh enggan untuk meninggalkan bahan bacaan yang dibacanya. Di sinilah ajang pembuktian keahlian seorang sejarawan dapat dibuktikan.

Referensi:

Kuntowijoyo. 1997. Metodologi Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Helius Syamsuddin. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Depdikbud.


Artikel disadur kembali oleh:
Sejarawan Hamdina
024-7060.9694
D'professional historian with excellent entrepreneur skill.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers