Sunday, September 1, 2013

Empat Strategi Melawan Imperialisme oleh Soekarno

Indonesia adalah negara yang sangat luas. Negeri ini sama luasnya dengan penggabungan tujuh negara eropa: Inggris, Perancis, Jerman barat, Belgia, Belanda, Spanyol, dan Italia. Pada permulaan abad 20, jumlah penduduk Indonesia adalah enam kali lipat dari negeri yang menjajahnya: Belanda. Selama berabad-abad bangsa Indonesia berjuang melawan kolonialisme Belanda itu.

Pada tahun 1920-an, muncul seorang pionir dari gerakan pembebasan nasional Indonesia: Soekarno. Berbagai gerakan politik yang diusung oleh Soekarno, juga penyebaran gagasan-gagasannya, dianggap mengancam eksistensi kekuasaan kolonial. Soekarno, yang banyak dipengaruhi oleh gagasan Marxisme dan aliran nasionalisme progressif, banyak membenangkan hidupnya dalam pekerjaan menganalisa watak imperialisme dan cara-cara melawannya.

Empat strategi imperialisme

Pada tahun 1930, di dalam penjara kolonial, Bung Karno menyusun sebuah pidato pembelaannya (pledoi). Berkat bantuan istrinya, Inggit Ginarsih, yang setia menyelundupkan buku-buku ke dalam penjara, Bung Karno mematangkan pandangannya tentang imperialisme.

Salah satu analisa Bung Karno yang sangat menarik adalah empat strategi imperialisme untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia:

Pertama, sistem imperialisme melahirkan politikdivide et impera, yakni politik memecah-belah.
Menurut Soekarno, imperialisme di mana saja, apapun bentuknya, punya slogan yang sama: "Verdeel en heers"—pecahkan dan kuasai! Dengan menggunakan mantra itu, kolonialisme bisa membangun kekuasaan di negara lain. Itu pula yang terjadi di Indonesia. Negeri yang luasnya 60 kali luas Belanda ini bisa ditaklukkan sampai ratusan tahun. Tentu saja, kata Soekarno, senjata pamungkas belanda terletak pada politik "divide et impera".

Ada banyak cara untuk menjalankan politik adu domba ini: menggunakan media massa untuk meniupkan perpecahan. Di sini, pers-pers belanda selalu merendahkan, bahkan melemahkan, setiap upaya pembangkitan nasionalisme kaum inlander (bumiputra); menjalankan politik "eilandgouvernementen"—pemerintahan sepulau-sepulau—dengan memecah belah administrasi pemerintahan; menggunakan agama untuk memicu konfrontasi dengan pemeluk agama lain.

Kedua, sistem imperialisme menetapkan bangsa Indonesia dalam kemunduran.
Imperialisme berusaha membawa bangsa Indonesia ke arah kemuduran. Caranya, salah satunya, adalah penghancuran fikiran-fikiran (akal budi) rakyat.
Politik kolonial mengubah rakyat Indonesia menjadi rakyat kecil, "nrima", rendah pengetahuannya, lembek kemauannya, sedikit nafsu-nafsunya, hilang keberaniannya. Pendek kata, kolonialisme mengubah rakyak Indonesia menjadi (maaf) rakyat kambing yang bodoh dan mati energinya.
Pemikir perancis yang anti-kolonial, Frantz Fanon, juga menguraikan bagaimana kolonialisme menghancurkan budaya dan karakter rakyat. Akibatnya, rakyat di negara jajahan ditingalkan dalam kebingungan intelektual dan moral.

Ketiga, sistem imperialisme membangun kepercayaan di dalam hati dan fikiran rakyat, bahwa bangsa penjajah lebih superior dibanding bangsa terjajah.
Kolonialisme di mana saja, kata Bung Karno, selalu berusaha menutupi maksudnya, bahkan menciptakan teori manis untuk mencapai tujuan mereka.
Tidak jarang, misalnya, kita menemukan literatur yang menyebutkan bahwa misi kolonialisme adalah "misi suci" (mission sacree): penyebaran agama, menyebarkan pencerahan, dan membuat rakyat jajahan menjadi "beradab".

Tidak jarang, dalam upaya menanamkan superioritasnya, pihak kolonialis melegitimasi keunggulan-keunggulan rasial: kulit putih lebih unggul dari kulit berwarna. Dalam sejarah kolonialisme di Indonesia, kita sering mendengar bagaimana cacian "inlander" disepadamkan dengan makian "anjing", "kerbau", dan lain-lain.
Yang lebih parah, seperti diakui Bung Karno, rakyat Indonesia dicecoki dengan anggapan "inlander bodoh". Dengan cekokan itu, yang berlangsung secara turun-temurun, rakyat jajahan kehilangan kepercayaan diri dan kebanggaannya.

Keempat, sistem imperialisme membangun kepercayaan di dalam hati dan fikiran rakyat, bahwa kepentingan rakyat akan sejalan dengan kepentingan imperialisme.
Imperialisme juga sangat piawai menutupi adanya pertentangan kepentingan antara pihaknya dengan rakyat di negara jajahan. Di bidang ekonomi, misalnya, dikatakan bahwa imperialisme memberi keuntungan, seperti adanya industrialisasi, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain.

Penanaman modal asing, sebagai salah satu ciri imperialisme, dipropagandakan membawa keuntungan bagi rakyat jajahan: ada proses pembangunan, ada pembukaan lapangan kerja, ada pembangunan infrastruktur, dan lain sebagainya.

Dengan keempat senjata di atas, kolonialisme Belanda sanggup mempertahankan kekuasannya ratusan tahun di Indonesia.

Empat Strategi Kontra-Imperialisme

Dengan berpegan pada analisa di atas, Bung Karno pun merumuskan dasar politik anti-imperalismenya. Ini pula yang mendasari pendirian partainya: Partai Nasional Indonesia (PNI).

Pertama, menjalankan politik kontra pecah belah.
Soekarno, sejak terjun dalam dunia pergerakan, menyadari bahwa kemerdekaan tidak mungkin tercapai tanpa adanya persatuan seluruh rakyat Indonesia.
Pada tahun 1926, setahun sebelum pendirian PNI, Bung Karno sudah merumuskan konsep persatuan gerakan rakyat melalui tulisan "Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme".
Dalam tulisan itu, yang didalamnya disertai penjelasan yang sangat mendalam, Bung Karno menegaskan bahwa tiga aliran dalam politik Indonesia, yaitu nasionalis, agama, dan marxis, bisa bersatu untuk mencapai Indonesia merdeka.

"Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerakan-pergerakan rakyat di seluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi roh-nya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Roh-nya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini," tulis Bung Karno, seraya menekankan pentingnya persatuan itu. Politik persatuan dalam revolusi nasional ini menjadi politik Bung Karno hingga akhir hayatnya. Begitu gigihnya Bung Karno memegang keyakinan politik itu, banyak orang yang menggelari Bung Karno sebagai bapak persatuan.

Kedua, menjalankan pro kemandiruan, yakni kontra dekadensi akal-budi.
Dalam lapangan ini, Bung Karno tidak berhenti menganjurkan perlunya memperluas pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, dan mengurangi buta-huruf di kalangan rakyat.
Di PNI, Bung Karno mengharuskan adanya kursus politik, penciptakan mesin propaganda berupa koran, dan pembentukan "massa aksi".
Setelah Indonesia merdeka, Bung Karno menyadari bahwa mental warisan kolonial belum sepenuhnya menghilang. Karenanya, ia pun menggagas apa yang disebut sebagai pembangunan bangsa dan karakternya (nation and character building).

Dengan revolusi mental semacam itu, kita berharap bisa menjebol fikiran kolot dan fikiran-fikiran rendah diri.

Ketiga, kontra penanaman kepercayaan bahwa kita bangsa kelas kambing.
Azas PNI adalah "self-reliance" (jiwa yang percaya kepada kekuatan sendiri) dan "self help" (jiwa berdikari) di kalangan rakyat Indonesia.
Menurut Soekarno, tugas pokok PNI adalah membanting-tulang untuk memberantas segala sikapinferioriteitini. Bung Karno juga membongkar kebohongan-kebohongan di balik teori penghalusan kolonialisme.

Bung Karno sangat getol menggempur sikap inferioritas ini. Ketika Indonesia sudah merdeka pun, supaya tidak terperangkap kembali dalam jebakan imperialisme, Bung Karno mengobarkan konsep Trisakti: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.

Keempat, kontra politik persatuan (kolaborasi) dengan kaum sana (imperialis).
Hampir semua tulisan Bung Karno menguraikan perihal pertentangan kepentingan yang tak terdamaikan antara negara jajahan dan imperialisme.
Bagi Bung Karno, negara jajahan tidak akan bisa melakukan emansipasi, bahkan dalam derajat paling minimum sekalipun, jika tidak menghancur-leburkan kolonialisme dan imperialisme hingga ke akar-akarnya.

Oleh karena itu, dalam strategi perjuangannya, Bung Karno menganjurkan sikap radikalisme (non-koperasi), yakni perjuangan yang tidak setengah-setengah, apalagi tawar-menawar, yakni perjuangan yang hendak menjebol kapitalisme-imperialisme hingga ke akar-akarnya.

Artikel ditulis oleh Timur Subangun, Repost by Jorganizer Hamdani

Monday, May 13, 2013

Tipe/ Karakter Anggota Team

Dalam setiap tim, termasuk tim penjualan, ada 3 kategori dari tenaga penjual, yaitu sebagai berikut:

Si Bintang
Kebanyakan tim penjualan mempunyai personel "bintang" ini. Si Bintang dalam tim penjualan Anda adalah tenaga penjual yang positif, antusias, dinamis, bermotivasi tinggi, dan mampu mencari solusi sendiri atas masalah yang ada. Mereka secara konsisten mampu mencapai target, tidak membutuhkan pengawasan, mandiri, dan sering kali memberikan kontribusi hampir 80% dari penghasilan di dalam tim Anda.

Karena mereka sangat mandiri, tidak butuh pengawasan dan motivasi dari Anda, maka Anda hanya memerlukan kontak dan komunikasi yang sedikit saja dari mereka. Kebanyakan percakapan akan seperti berikut, "Apakah semua baik-baik saja? Apakah Anda memerlukan bantuan dari saya?" Sering kali ia akan menjawab, "Semuanya baik-baik saja bos, kemarin saya berhasil closing penjualan dan ada dua lagi yang masih pending. Saya akan melakukan follow-up dan semoga keduanya bisa closing minggu depan. Doakan saya."

Anda akan sibuk dengan pekerjaaan Anda sendiri dan ia mampu menangani pekerjaannya sendiri… Si Bintang adalah impian dari setiap manajer, dan Anda sangat beruntung bila 10-20% anggota dari tim Anda adalah seorang "bintang".

Si Rata-rata ("RTRT")
Apakah "RTRT"? Si Rata-rata! Mereka adalah tenaga penjual Anda yang termasuk kategori rata-rata. Mereka adalah orang-orang yang harus diberikan motivasi secara teratur. Bila Anda sudah memotivasi mereka, mereka akan giat selama 2-3 minggu, menjadi lamban lagi, lalu Anda harus memotivasi mereka kembali dan seterusnya. Ini adalah tenaga penjual yang memberikan alasan-alasan standar seperti harga kita terlalu tinggi, kompetitor lebih agresif, kita kurang melakukan promosi, dan lain-lain.

Dorong mereka, maka mereka akan mencapai target; tetapi bila Anda lengah sedikit, mereka tidak akan mencapai target. Ini adalah para tenaga penjual yang membuat Anda sibuk setiap hari… Mereka normalnya berjumlah sekitar 60-80% dari seluruh tim penjualan Anda.

Si Rusak Total ("RT")
Kategori yang satu ini memberikan 10-20 kontribusi pada tim penjualan Anda. Apakah "RT" itu? Si Rusak Total! Mereka adalah tenaga penjual yang mempunyai 101 alasan mengapa mereka tidak dapat menjual. Anda memberikan ide untuk membantu, lalu mereka selalu dapat menemukan alasan mengapa ide itu sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan. Berbicara dengan mereka akan membuat Anda lelah secara mental. Anda sudah berusaha memotivasi dan mendukung, tapi akhirnya tidak ada hasil. Mereka selalu berada di kantor dan mereka selalu memberi Anda masalah dan alasan… Mereka adalah mimpi buruk setiap manajer!

Ya, Anda tahu siapa mereka. Anda berdoa setiap hari supaya mereka mengundurkan diri, tetapi mereka tidak pernah melakukannya.

Apa yang Anda Lakukan…?

Jadi sekarang Anda sudah mengetahui 3 kategori anggota dalam tim penjualan. Mari kita analisis bagaimana Anda harus memanfaatkan dan menghabiskan waktu bersama si Bintang, si Rata-rata, dan si Rusak Total.
Karena si Bintang sangat mandiri dan mampu memotivasi diri sendiri, mereka hampir tidak memerlukan Anda dan Anda jarang harus menghabiskan waktu untuk mereka. Mereka selalu sibuk keluar menemui klien, melakukan prospek, dan lain-lain. Jadi Anda jarang bertemu mereka.

Sebaliknya, Anda akan sibuk mendorong dan memotivasi si Rusak Total karena Anda berpikir mereka inilah yang membutuhkan paling banyak bantuan. Anda merasa bertanggung jawab untuk mendorong, memotivasi dan melatih orang-orang ini.

Lalu apa yang terjadi? Anda menghabiskan seluruh waktu, energi, dan perhatian untuk si Rusak Total, yang tidak ingin dibantu dan memang tidak bisa diselamatkan lagi. Sampai-sampai Anda tidak punya waktu dan perhatian untuk si Bintang! Mari kita berhenti dan memikirkannya sebentar… Menurut Anda, siapa anggota yang paling diincar oleh kompetitor? Si Bintang atau si Rusak Total? Tentu saja si Bintang. Lalu apa yang telah Anda lakukan selama ini? Terus mengawasi si Rusak Total dan meninggalkan si Bintang agar lebih mudah dibajak oleh kompetitor! Suatu hari si Bintang satu per satu menghampiri Anda dan mengatakan bahwa mereka akan bergabung ke perusahaan lain alias ke kompetitor Anda! Dunia Anda terasa runtuh!

Anda akan kehilangan si Bintang, sementara Si Rusak Total tidak mau pergi! Bahkan jika Anda menawarkannya kepada kompetitor (buy one get one free!), kompetitor tetap tidak menginginkan mereka! Andalah yang mau menampung si Rusak Total!

Bila begini cara Anda menghabiskan waktu, usaha, dan perhatian, maka Anda memang layak kehilangan ai Bintang dan layak untuk ditinggalkan dengan sekelompok anggota Rusak Total! Ini adalah salah manajemen dan salah Anda sendiri.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan?



Inilah saran saya:
1. Perhatikan Anggota-anggota Bintang Anda.
a. Buat mereka merasa dihargai.
b. Beri mereka tantangan lebih.
c. Bantu mereka berkembang lebih baik lagi.
d. Berikan mereka pelatihan.
e. Berikan mereka tanggungjawab lebih.
f. Buat mereka merasa penting dan dibutuhkan.
g. Pastikan kesejahteraan pribadi mereka terpenuhi, dan lain-lain.

Sejujurnya, sulit untuk "mengikat" si Bintang dengan insentif finansial, karena apa yang dapat Anda tawarkan mungkin juga bisa diberikan oleh kompetitor dan bahkan mereka siap memberikan lebih banyak lagi. Tak diragukan lagi, Anda harus memastikan bisa membayar gaji si Bintang dengan layak sesuai dengan valuebisnis yang mereka berikan. Di luar itu, sepertinya sia-sia bila Anda terjun ke dalam perang uang ini.

Sebaliknya, Anda harus "mengikat" si Bintang dengan emotional bonding. Buat mereka merasa sebagai bagian dari keluarga, merasa dibutuhkan, merasa dihargai, dan menikmati bekerja dengan Anda. Buat mereka merasa sulit apabila harus berpisah dengan tim dan Anda. Pada tingkat ini, emotional bonding lebih penting daripada financial bonding.

# Tekanlah si Rusak Total Anda.
Beri mereka tekanan. Terserah apakah mereka akan berkembang, mencapai berapa penjualan dalam waktu 2 bulan, atau pergi dengan sendirinya. Bila mereka berkembang, selamat. Bila mereka pergi, selamat juga! Jangan pernah memelihara si Rusak Total dalam tim Anda. Mereka menguras energi dan merupakan contoh atau teladan buruk, dan bahkan dapat meracuni si Rata-rata. Tak diragukan lagi, si Rusak Total tidak mungkin membawa pengaruh baik pada si Bintang. Lebih bahaya lagi, mereka malah meracuni si Rata-rata. Ingat, si Rata-rata kebanyakan berjumlah 60-80% atau mayoritas dari anggota dalam tim! Anda tidak mungkin membiarkan jumlah sebesar ini teracuni. Ini bukanlah cara yang baik untuk mengelola sebuah tim.

Jadi berlaku baiklah pada si Bintang dan berlakulah tegas, keras dan tanpa kompromi pada si Rusak Total. Bila perlu, singkirkan mereka.

kita telah membahas tentang tiga kategori tenaga penjual dalam setiap tim penjualan: Si Bintang, Si Rusak Total ("RT"), Si Rata-rata ("RTRT"), dan bagaimana kontribusi mereka terhadap kinerja tim—seperti yang terlihat pada diagram berikut.

Juga sudah diulas mengenai apa yang harus kita lakukan pada Si Bintang dan Si Rusak Total. Kini kita akan mendiskusikan apa yang mesti dilakukan pada Si Rata-rata.

Apa yang Harus Dilakukan pada Si Rata-rata?

Sejauh ini kita fokus pada Si Bintang dan Si Rusak Total. Bagaimana dengan Si Rata-rata? Inilah rahasianya. Kelola Si Bintang (yang berjumlah 10-20% dalam tim) agar setia dan loyal pada Anda. Mereka memberikan 80% penghasilan dari seluruh tim. Singkirkan Si Rusak Total, dan Anda baru saja membebaskan diri dari bagian yang paling menguras energi baik fisik maupun mental dalam tim.

Sekarang Anda mempunyai waktu dan energi lebih untuk meng-upgrade Si Rata-rata. Anda juga merasa lebih yakin karena mempunyai Si Bintang di dalam tim.

Bagaimana meng-upgrade performance Si Rata-rata? Mari kita lihat diagramnya lagi.

Pertama, fokus pada kelompok Si Rata-rata yang ditunjukkan oleh panah hitam "A". Kelompok Si Rata-rata ini (Kelompok "A" Anda) adalah kelompok yang hampir menjadi Si Bintang. Ini berarti dalam halattitude, mereka cukup positif. Dalam hal pengetahuan dan keahlian mereka hanya butuh sedikit penyesuaian. Jadi kelompok Si Rata-rata "A" ini adalah yang termudah untuk di-upgrade menjadi Si Bintang.

Jadi Anda fokus pada mereka. Berikut adalah cara melakukannya:

Cari tahu dengan pasti bagaimana Si Bintang melakukan pekerjaannya, rutinitas, berapa banyak panggilan telepon, bagaimana mereka berbicara, bagaimana mereka bertemu klien, bagaimana mencari fakta-fakta, bagaimana melakukan presentasi, bagaimana menangani keluhan, bagaimana menutup penjualan, bagaimana melakukan aftersales service, bagaimana melakukan follow-up, bagaimana melakukan cross-selling, bagaimana mendapatkan referensi, dan lain-lain. Dengan kata lain, pelajari pola sukses Si Bintang. Semuanya tahu bahwa untuk sukses, Anda harus belajar dari yang terbaik. Si Bintang adalah yang terbaik. Belajarlah dari mereka. Anda sudah mempunyai model kesuksesan tepat di depan mata sendiri!

Setelah Anda menemukan "Pola Sukses" dari Si Bintang, mintalah si kelompok Rata-rata untuk MENGIKUTI PERSIS pola sukses dari Si Bintang. Saya jamin kelompok Rata-rata "A" tadi akan menjadi Si Bintang dengan sangat cepat!

Jadi Anda sudah mempunyai situasi yang menyenangkan dengan memiliki bintang-bintang yang senang dan setia pada Anda, telah menyingkirkan Si Rusak Total, dan beberapa dari Si Rata-rata telah berkembang menjadi Bintang. Sekarang Anda mempunyai lebih banyak bintang, lebih sedikit Si Rata-rata, dan tidak ada yang Rusak Total. Selamat!

Jadi, sebutkan nama dari anggota-anggota yang termasuk kelompok Rata-rata "A" dalam tim Anda pada ruang berikut ini:

1. ____________ _________ ____ 2. ____________ _________ ___

3.__________ _________ ______ 4.__________ _________ ______

Selanjutnya Anda fokus pada kelompok Rata-rata "B" dalam tim dan buat mereka agar mengikuti pola sukses dari para bintang. Bila ini dirasa terlalu berat, maka mintalah kepada si kelompok "B" untuk melakukan apa yang dilakukan oleh kelompok "A" tadi. Dengan cara ini, Anda telah meng-upgrade kelompok "B" menjadi kelompok "A", dan tahap berikutnya adalah meng-upgrade mereka menjadi Bintang.

Sekarang, Anda bahkan mempunyai lebih banyak Bintang. Situasi yang sangat bagus! Anda adalah manajer dan pelatih yang ulung! Tim Anda akan meraih hasil setidaknya tiga kali lipat lebih baik dari sebelumnya. Semua orang dalam tim menikmati pendapatan dan komisi yang lebih tinggi (termasuk Anda sendiri!). Anda lebih sedikit mengalami sakit kepala dan hidup terasa indah!

Tapi Mengapa?

Walaupun demikian, mengapa banyak sekali manajer bertahan dan mentoleransi Si Rusak Total mereka? Ada dua alasan untuk hal ini:

Manajer-manajer ini tidak pernah mengkategorisasikan para tenaga penjual mereka ke dalam Bintang, Rata-rata, dan Rusak Total. Mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka tergantung dari kategori yang ada. Mereka memperlakukan semua tenaga penjual dengan sama. Inilah mengapa Si Bintang kerap pergi dengan perasaan muak!

Para manajer ini tidak aktif melakukan REKRUTMEN tenaga penjual baru. Karena mereka tidak mempunyai pengganti untuk Si Rusak Total, mereka tidak mampu kehilangan tenaga penjual. Seburuk-buruknya Si Rusak Total, setidaknya mereka menjual satu atau dua unit… lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Jadi para manajer ini mentoleransi keadaan ini dan mempertahankan Si Rusak Total dalam tim. Semua ini karena TIDAK ADANYA PENGGANTI… karena si manajer tidak MEREKRUT TENAGA BARU!

Maka, pekerjaan dari manajer penjualan adalah:

Mempertahankan Bintang-bintang Anda.
Secara kontinu meng-upgrade Si Rata-rata.
Menyingkirkan Si Rusak Total.
Secara kontinu merekrut tenaga penjual yang baru sehingga Anda bisa menyingkirkan si Rusak Total.



Lakukan hal-hal tersebut, maka Anda akan menjadi manajer penjualan yang sukses, kaya, dan gembira.


by James Gwee T.H., MBA. [ed: Boy 024-70609694]

Followers