Thursday, September 8, 2011

Waspadai koreksi lanjutan di bursa saham dunia

Ternyata masih ada petinggi yang berani mengungkapkan kebenarannya.   Christine Lagarde, Kepala baru dari IMF atau International Monetary Fund, memberikan peringatan bahwa sistem keuangan global berada dalam bahaya dan sangat rentan terhadap goncangan yang paling kecil sekalipun.  "We are in a dangerous new phase.  The stakes are clear: we risk seeing the fragile recovery derailed, so we must act now," katanya.

Seolah-olah perekonomian dunia telah dihantam oleh sebuah badai yang menyebabkan kekhawatiran maupun kepanikan meningkat secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir.  Coba saja melihat grafik dibawah ini, yang menunjukkan sejumlah bursa saham di berbagai negara yang telah diklasifikasikan sebagai bear markets karena sudah turun lebih dari 20% dari level tertingginya.
Dua alasan utama, yaitu memburuknya data ekonomi di Amerika Serikat dan krisis hutang publik maupun sektor perbankan di Eropa, akan saya bahas dalam artikel ini supaya Anda mempunyai pengertian yang lebih luas mengenai ancaman yang mengintai investor di seluruh dunia.
Tetapi … beberapa analis menyerukan bursa saham AS kini diperdagangkan pada valuasi yang menarik, jadi hal tersebut merupakan suatu pembenaran – menurut mereka – untuk membeli saham.  Meskipun itu memang berlaku untuk sebagian blue chips yang tercatat di bursa, S&P 500 index secara umum tetap cukup mahal jika kita meneliti grafik diatas ini dengan Robert Shiller's normalized price-earnings ratio sejak 1950.  Maka jangan terlalu terburu-buru untuk menanamkan semua dana Anda pada saat ini, mengingat banyak bursa saham melemah lebih dari 50% selama 2008-2009.
Pendek kata saya berpendapat VOLATILITAS akan tetap sangat tinggi selama dua bulan kedepan dimana bursa saham, baik di negara maju dan negara berkembang, dapat bergerak naik atau turun lebih dari 2%-3% sehari.  Bahkan dalam jangka menengah-panjang (6 bulan hingga 2 tahun yang mendatang), saya sungguh merasa cemas bahwa perekonomian dunia akan "menabrak tembok beton" dan situasinya akan menjadi JAUH LEBIH BURUK dibandingkan resesi sebelumnya, sebab tidak pernah dalam sejarah begitu banyak negara terbebani hutang sebesar ini secara bersamaan.

Konsumen AS kehilangan kepercayaan diri

Seperti dapat Anda lihat pada grafik dibawah ini, keyakinan konsumen terhadap kondisi keuangan mereka dan pertumbuhan ekonomi di masa depan menyusut dengan cepat.  The Conference Board's Consumer Confidence Index, yang mensurvai tiga ribu rumah tangga di seluruh AS, benar-benar melukiskan suatu gambar yang suram.  Indeks tersebut anjlok dari 59.2 di bulan Juli ke 44.5 di bulan Agustus, dan sekaligus mencatat level terendahnya sejak April 2009 ketika bursa saham AS baru saja bangkit dari keterpurukannya!
Data itu juga dikonfirmasikan oleh rilis dari University of Michigan's Consumer Sentiment Index, yang jatuh ke 54.9 pada bulan Agustus.  Dengan demikian, indeks tersebut telah turun hampir 20 poin dalam tiga bulan terakhir dan membukukan level terendahnya selama 31 tahun terakhir (lihat grafik dibawah ini)!
Sentimen terkini yang begitu murung memprojeksikan pembelanjaan di masa yang akan datang, yang merupakan sebuah leading indicator.  Maka kedua indeks ini sangat relevan, dengan pertimbangan bahwa consumer spending mewakili 70% dari Produk Domestik Bruto di Amerika Serikat.
Berikutnya coba perhatikan korelasi yang erat antara sentiment di satu sisi dan GDP di sisi lain pada grafik dibawah ini.  Berdasarkan arah pergerakannya, apa yang dapat disimpulkan?  Menurut Anda, apakah pendapatan perusahaan dan harga saham cenderung akan naik atau turun?  Dan … apakah mungkin kita berada diambang resesi?
Apakah perekonomian AS akan segera mengalami resesi?
Apabila kita meneliti data bulanan dari PDB Amerika Serikat, perekonomian AS terlihat jelas sudah berada dalam suatu resesi.  Ekonominya terkontraksi baik dalam bulan Mei dan Juni, dan kini melemah dalam 4 dari 6 bulan terakhir.
Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa real GDP atau PDB secara riil (setelah disesuaikan untuk inflasi) pada kenyataannya dalam enam bulan terakhir sudah turun 1,5% dalam basis tahunan.  Dengan kata lain kondisi perekonomian sekarang sama buruknya dengan awal 2008, ketika ekonomi mulai menandakan kejatuhan yang dalam.
Selain itu, masih ada dua data ekonomi yang memperlihatkan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.  Pertama the ISM Manufacturing Index pada Februari tahun ini masih berada di 61.4 sementara sejak April 2011, indeks tersebut telah merosot 9.8 poin ke 50.6 atau penurunan 4-bulanan yang paling buruk setelah Lehman Brothers bangkrut.

Kedua di bulan Oktober 2009, the Economic Cycle Research Institute's weekly leading index bertumbuh sebesar 27,8%, yang merupakan sebuah kenaikan yang besar sekali.  Tetapi … kini tingkat pertumbuhan itu sudah mengecil secara signifikan ke 1,7% pada awal Agustus.  Jadi data ini memberikan isyarat bahwa ekonomi AS sedang mengalami suatu pelambatan yang tajam, dan terancam terkontraksi dalam waktu dekat.
Akhirnya perlu dicatat juga bahwa selama 2 tahun terakhir (dari kuartal pertama 2009 hingga kuartal kedua 2011), indeks Dow Jones menguat dari 6,470 ke 12,876 atau hampir 100%.  Namun ketika harga saham melonjak, ekonomi AS sendiri tidak pernah pulih sepenuhnya.

Oleh karena itu, pertanyaan sekarang adalah: "Apakah bursa saham kini menggambarkan kondisi perekonomian yang sesungguhnya atau perlukah ada penyesuaian yang lebih lanjut diantara keduanya?  Dan … hanya sebagai catatan, secara rata-rata bursa saham anjlok sekitar 40% dalam sebuah resesi, maka hati-hatilah kedepan.
 
Pertumbuhan ekonomi Eropa mandek
Eurostat, the EU statistical agency, baru saja melaporkan suatu perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi selama kuartal kedua.  Gross domestic product atau PDB untuk the European Union secara keseluruhan hanya bertumbuh 0,2% QoQ (lihat grafik dibawah ini).
Tingkat pertumbuhan itu adalah yang paling lambat dalam dua tahun dimana Jerman sebagai perekonomian terbesar di Eropa hanya bertumbuh 0,1% QoQ dan Prancis, yang merupakan ekonomi UE terbesar kedua, sama sekali tidak mencatat pertumbuhan pada kuartal kedua.  Maka apabila mesin pertumbuhan di Uni Eropa mogok, bagaimana kemampuan dan/atau keinginan dari ekonomi Eropa yang lebih kuat untuk tetap mendukung anggota yang sedang berada diambang kebangkrutan?

Krisis perbankan membuat investor gelisah
"If the euro were to break up, it would cause a banking crisis that would be totally outside the control of the financial authorities.  So it would push not only Germany, not only Europe, but also the whole world into conditions very reminiscent of the Great Depression in the 1930s, which was also caused by a banking crisis that was out of control."
-George Soros-

Kini ada dua hal yang dapat memicu suatu krisis perbankan yang baru, yang pada gilirannya bisa menyebabkan sebuah crash di pasar keuangan global:
1. suatu bank besar mungkin mengalami kesulitan untuk memperoleh dana di interbank market, atau
2. satu negara gagal bayar atas hutang publiknya.

Kepanikan investor, yang dihasilkan oleh krisis tersebut, dapat menerjang bursa saham dunia setiap saat.  Maka berikut ini saya menampilkan beberapa faktor yang bisa memberikan indikasi ataupun peringatan dini mengenai keterpurukan dari sistem perbankan:
1) Apabila salah satu negara dari PIIGS (Portugal, Irlandia, Italia, Yunani dan Spanyol) tidak mampu melunasi hutangnya, default itu dapat menjatuhkan negara Eropa lainnya maupun bank mereka.  Mengapa demikian?  Karena hampir semua bank Eropa memiliki sovereign debt, jadi ketika hutang tersebut terpaksa direstrukturisasi, neracanya yang sudah rapuh akan menjadi makin lemah.

Tabel dibawah ini memperlihatkan kandidat utama untuk mengalami kebangkrutan, berdasarkan premi yang harus dibayar untuk CDS atau Credit Default Swaps masing-masing mereka.  Tentunya Yunani berada di atas daftar itu (dengan yield untuk 2-year Greek bonds yang pada saat ini lebih dari 40%), tetapi credit default swap rates untuk anggota PIIGS lainnya pun merangkak naik terus.

Lalu Merkel dan Sarkozy sudah menegaskan bahwa penerbitan Eurobonds atau obligasi bersama zona euro, sebuah solusi yang telah dipercaya sejumlah investor sebagai peluru ajaib untuk menyelesaikan krisis, ternyata tidak termasuk prioritas mereka.  Para pemimpin Jerman dan Prancis juga mengesampingkan kenaikan besaran untuk Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa atau European Financial Stability Facility (EFSF), dimana mekanisme penyelamatan sebesar 440 milyar euro dipandang terlalu kecil untuk menyelamatkan negara besar seperti Italia.

Perbedaan politik ditambah dengan kegagalan dalam mewujudkan janji yang konkret justru pada akhirnya berisiko memicu serangan baru pada negara-negara Eropa yang tengah dililit hutang.  Maka Merkel maupun Sarkozy tidak dapat menghindari keputusan pokok jauh lebih lama lagi: atau zona euro akan diubah kedalam suatu fiscal union dengan Eurobonds yang diterbitkan bersamaan, atau negara Eropa yang paling berhutang harus meninggalkan Uni Eropa!
2) Harga saham dari Intesa SanPaulo, Credit Agricole dan Commerzbank sekarang sudah berada di bawah level terendahnya yang tercapai pada bulan Maret 2009.  Kemudian harga saham dari bank Italia UniCredit telah anjlok hampir 50% hanya dalam beberapa bulan terakhir, bank Prancis Societe Generale turun 50% dalam kurang 2 bulan, dan bank Jerman Deutsche Bank melemah 33% selama sebulan.
Apakah investor benar-benar akan menjual sahamnya apabila prospek bank tersebut tetap cerah?  Tentunya tidak, maka kejatuhannya dengan jelas menunjukkan bahwa kepercayaan global terhadap bank Eropa kini hilang sepenuhnya.
3) Asuransi atas hutang dari berbagai bank Eropa utama pun sudah naik ke level yang historis, bahkan lebih tinggi dari tingkat yang tercatat selama krisis keuangan sebelumnya hampir tiga tahun yang lalu.  Misalnya, credit default swaps atas obligasi dari Royal Bank of Scotland, BNP Paribas, Deutsche Bank dan Intesa Sanpaolo semuanya memperlihatkan penurunan sentimen yang dramatis diantara investor terhadap bank.

Apalagi mengingat bahwa 90 bank Eropa yang baru saja mengikuti stress test, yang diselenggarakan oleh the European Banking Authority, perlu membiayai ulang hutang senilai 5.4 trillion euros selama 2 tahun mendatang! Jumlah itu besar sekali, dan kemungkinan tidak akan bisa diselesaikan jika perekonomian di negara maju kembali mengalami resesi.

Grafik diatas ini misalnya membuktikan berbagai bank Italia mulai mengalami kendala untuk memperoleh funding, dimana ECB lending kepadanya meningkat lebih dari 2 kali lipat hanya dalam beberapa bulan.
4) Bahaya utama yang kita sekarang hadapi sebetulnya bukan sebuah sovereign default, tetapi kehilangan kepercayaan antara bank dimana mereka berhenti meminjamkan uang ke masing-masing.  Apabila salah satu bank besar ditolak dari interbank funding market, bank yang lain akan cenderung menimbun uang tunainya dan berusaha untuk meningkatkan likuiditasnya.

Berhubungan dengan itu Lars Frisell, yang merupakan chief economist untuk lembaga Swedia yang mengatur sistem perbankannya, berkata: "It won't take much for the interbank market to collapse. It's not that serious at the moment, but it feels like it could very easily become that way and that everything will freeze."

Coba saja melihat grafik dari Bloomberg dibawah ini, yang menunjukkan kenaikan yang pelan tapi pasti dalam the overnight interbank lending rates.  Seiring dengan liburan musim panas yang berlalu di negara Barat, counterparty risk memang mulai merangkak naik dan perlu diperhatikan dengan seksama dalam waktu dekat ini.
Akhirnya juga dilaporkan bahwa satu bank Eropa belum lama ini meminjamkan $500 billion dari ECB atau the European Central Bank.  Berarti setidaknya ada beberapa bank Eropa yang sedang menderita masalah likuiditas.  Setelah bank dari Uni Moneter Eropa kehilangan akses ke pasar keuangan AS sebesar $7 trillion dan interbank market di Eropa secara efektif hampir membeku, situasi ini makin hari makin mirip krisis keuangan pada 2008-2009.

Dengan kata lain, bukan tidak mungkin kita dapat menyaksikan sebuah krisis hutang dan perbankan dari Eropa, yang barangkali akan lebih buruk daripada subprime crisis.  Seperti seorang senior credit banker dari suatu bank Eropa utama mengatakan, "I think we are heading for a market shock in September or October that will match anything we have ever seen before." Jadi tingkatkan kewaspadaan Anda dan jangan menjadi lengah!

Be patient, QE3 is coming …
"Financial conditions are today worse than they were prior to the crisis in 2008.  The fiscal deficits have exploded and the political system in both the U.S. and Europe has become completely dysfunctional."
-Marc Faber-
Seperti gambar dibawah ini memperlihatkan dengan jelas, Ben Bernanke telah berulangkali mengutarakan bahwa ia akan memberikan stimulus tambahan apabila diperlukan.
Namun pada kenyataan, meskipun Bernanke berkeyakinan lebih banyak quantitative easing dibutuhkan, pelonggaran moneter yang berikutnya akan tertahan untuk sementara waktu oleh beberapa faktor yang tidak berlaku ketika ia menerapkan QE2 tahun yang lalu:
1) Secara internal, ada beberapa anggota the Fed yang berbeda pendapat dengan Ben Bernanke.  Pada rapat terakhir dari FOMC (Federal Open Market Committee) tanggal 9 Agustus lalu, 3 dari 10 board members menolak keputusan untuk mempertahankan tingkat suku bunga antara 0% dan 0,25% sampai dengan Juni 2013.  Ini merupakan penolakan yang paling kuat didalam the FOMC selama 20 tahun terakhir, jadi QE3 pasti tidak disetujui oleh kelompok tersebut pada saat ini.
2) Satu rintangan sulit lainnya yang kemungkinan akan menghalangi QE3 berkaitan dengan data ekonomi yang sangat vital dan secara langsung melibatkan mandate yang terpenting dari the Fed, yaitu price stability atau kestabilan harga.
CPI atau Consumer Price Index di AS 3,6% pada bulan Juli (lihat grafik dibawah ini) sementara inflasi inti dalam basis tahunan pada awal QE2 hanya 0,9%, dibanding 1,8% sekarang.  Lebih banyak quantitative easing pada saat ini dapat menaikkan harga berbagai aset lebih lanjut dan pada gilirannya tingkat inflasi secara umum.
Maka dengan core inflation yang mendekati target levels dari the Fed antara 1,7% dan 2%, akan sungguh sulit untuk memberikan stimulus tambahan dengan inflasi yang sedemikian tinggi.
3) Pertentangan politis sangat kuat belakangan ini, terutama setelah quantitative easing terakhir tidak berhasil mengurangi pengangguran ataupun mendongkrak pasar perumahan secara signifikan.  Banyak calon Presiden dari partai Republikan misalnya telah menyuarakan ketidaksenangannya terhadap kebijakan moneter terkini.
Front-runner Mitt Romney menentang secara keras lebih banyak stimulus moneter untuk mendorong perekonomiannya.  Bahkan Gubernur Texas Rick Perry mengatakan ia menganggapnya "treasonous" atau sebuah "pengkhianatan" jika Fed Chairman Ben Bernanke mencetak lebih banyak uang antara sekarang dan pemilihan Presiden berikutnya pada tahun 2012.
4) Akhirnya hampir semua ekonom sama sekali tidak merasa gembira mengenai kemungkinan akan QE3"It's premature, and the potential costs exceed by a wide margin the possible benefits," kata Patrick O'Keefe, director of economic research for accounting firm J.H. Cohn.  Lalu ia juga mengatakan tindakan tambahan dari the Fed "would be equivalent to serving ice cream cake as the main entrĂ©e at a weight loss clinic."

Ketika Anda menggunakan lebih dan lebih banyak pinjaman, uang tersebut menjadi makin kurang efektif seiring dengan berjalannya waktu.  Inilah persis aturan atau prinsip lama dari declining marginal utility, atau kebanyakan orang menyebut the Law of Diminishing Returns, yang diterapkan ke kredit.  Dengan kata lain, sedikit adalah hal yang baik tetapi terlalu banyak tidak begitu bagus (lihat grafik diatas ini) …

Sebagai buktinya, pada tahun 2007 penggunaan kredit begitu tinggi sampai sektor privat "meledak"!  Jadi lebih banyak stimulus – yang pada dasarnya sama dengan penambahan hutang publik – belum tentu lebih baik untuk ekonomi secara keseluruhan.

Maka boleh dikatakan the Fed untuk sementara waktu harus menunggu tanda-tanda berikutnya:
  • Jika S&P 500 makin mendekati 1,000 dan Dow Jones tergelincir di bawah 10,000, the Federal Reserve kemungkinan akan mengintervensi pasar dengan QE3 agar investor terpuaskan untuk sesaat.  Meskipun demikian, saya setuju sekali dengan Marc Faber yang menyampaikan bahwa "Fed action may not lift stock prices to new highs, but it may stabilize them.  If you print money, stocks will not collapse."
  • Bank sentral AS juga akan terpacu untuk bertindak apabila kondisi perekonomian memburuk dengan cepat.  Sebagai contohnya, kenaikan yang signifikan dalam tingkat pengangguran ataupun pertumbuhan PDB yang negatif memberikan alasan yang kuat kepada the Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya lebih jauh.
Pendek kata, kita harus bersabar hati sampai kepanikan menguasai pasar keuangan global, dan penentang QE3 yang paling keras sekalipun memohon untuknya.  Ketika keadaannya sudah benar-benar gawat, the Fed akan mencetak uang dalam jumlah yang besar sekali!

Untuk menutup bagian mengenai QE3 ini, saya hanya ingin menambahkan bahwa Ben Bernanke kadang-kadang mungkin bisa mengeluarkan suatu "kelinci moneter" dari topinya (lihat gambar dibawah ini), tetapi ia tidak mungkin dapat memulihkan sebuah ekonomi yang terbebani oleh hutang yang demikian besar.  Apalagi kita pada saat ini sedang mengalami sebuah BALANCE SHEET RECESSION, dimana baik rumah tangga maupun perusahaan berusaha untuk melunasi sebanyak mungkin hutang.
Maka jangan heran jika "sulap" Bernanke selama ini tidak bekerja dengan baik karena memang tidak ada yang ingin meminjam uang sekarang.  Mudah-mudahan Anda kini sudah memahami quantitative easing TIDAK bisa menciptakan lapangan kerja dan juga TIDAK dapat menumbuhkan suatu ekonomi begitu saja.

Albert Einstein pernah menggambarkan "insanity as doing the same thing over and over again and expecting different results." QE1 dan QE2 memang sedikit membantu dalam menstabilkan ekonomi dunia, tetapi pada saat yang sama justru juga menambah banyak hutang publik dan menghancurkan nilai tukar dolar AS.

Jadi kita harus mempertanyakan apakah QE3, QE4, QE5, …, QE17, dst. Akan mengakhiri pemburukan ekonomi.  Suatu saat investor di bursa saham akan menyadari bahwa Ben Bernanke ternyata tidak bisa mewujudkan suatu keajaiban, dan hanya dapat mencetak uang … untuk menutupi defisit anggaran pemerintah maupun membantu sesama bankir!

Dalam part 2 dari artikel ini akan saya bahas kondisi teknikal bursa saham, baik untuk Amerika Serikat dan Indonesia.  Disamping itu, saya juga akan coba memberikan rekomendasi investasi untuk 6 bulan hingga setahun kedepan dan memberitahu caranya bagaimana Anda dapat mengamankan portofolio Anda terhadap ketidakpastian yang makin meningkat.

Selamat berinvestasi di bursa saham Indonesia dan/atau indeks saham AS & Asia. Semoga sukses dan sehat selalu, dan keputusan investasi Anda menghasilkan keuntungan yang memuaskan!



 
Jorganizer Hamdani
024-7060.9694 (flexy)
hope 4 the best n prepare 4 the worst
knowing is nothing without applying

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers