Thursday, September 1, 2011

Kondisi (peluang) Indonesia dalam Krisis Dunia



Jakarta - Pemerintah Indonesia mengaku mendapatkan pelajaran berharga dari krisis yang terjadi di AS dan Eropa. Pelajaran yang diambil adalah mengelola utang dengan baik, jangan lebih besar pasak dari tiang.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo ketika ditemui di Kantor Bank Indonesia (BI), Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (10/8/2011).

"Pelajaran yang diambil adalah kelola utangmu, jadi ini pesan jangan besar pasak dari tiang. Pesan global ini adalah kita tahu bahwa rasio debt to GDP (rasio utang terhadap PDB) negara maju itu besar-besar sekali," kata Agus.

Ia menjelaskan, negara maju dan stabil pun jika rasio utang terhadap PDB-nya sudah mencapai 100% maka perlu dikhawatirkan. "ADB (Asian Development Bank) sendiri mengatakan bahwa Indonesia perlu waspada. Padahal kita ini cukup konsisten dalam menjaga kesehatan keuangan kita," jelas Agus.

Agus membanggakan penurunan rasio utang terhadap PDB Indonesia di mana 10 tahun lalu mencapai 80%. Sekarang, sambung Agus turun menjadi sebesar 26%.

"Jadi turun kan rasio utang kita. Nah kalau di negara lain itu naik semua bahkan banyak yang melebihi 100%, kemarin Jepang saja sudah sampai 200% dari PDB-nya," tegas Agus.

Lebih jauh Agus mengatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup baik. Oleh karena itu, menurut Agus seandainya koreksi valuasi lebih karena pengaruh global yang bersifat sementara.

"Dengan adanya koreksi di global kemungkinan memang sempat devaluasi saham di pasar modal yang memang terjadi di beberapa saham ada yang price to earning ratio tinggi," terangnya.

"Ada koreksi di pasar ekuitas, tapi secara umum neraca pembayaran kita sehat, dengan cadangan devisa yang cukup dan pasar modal yang juga baik," tukasnya.

Mudah-mudahan tidak ada krisis lagi seperti di tahun 2008, di mana bursa saham gonjang ganjing, harga saham Bumi dari 7000 jatuh ke 500, harga komoditas sawit dari 2000/kg jatuh ke 400/kg, bunga bank / leasing melonjak naik, bank-bank kesulitan dana, harga mobil melonjak naik sekitar 30%, rupiah tidak stabil. Saat itu sebagai ketua Perbanas, Agus M sudah punya pengalaman menangani krisis bersama pejabat moneter / fiskal lainnya.


Eropa gagal menenangkan pasar, mayoritas bursa Asia tertekan

TOKYO. Mayoritas bursa saham Asia melemah untuk pertama kalinya di pekan ini. Koreksi pasar regional terimbas kegagalan pemimpin Eropa menenangkan kecemasan pasar terkait perlambatan ekonomi di kawasan tersebut. Apalagi, pasar perumahan AS mulai merosot. Kedua sentimen itu meningkatkan kekhawatiran terhadap pendapatan eksportir Asia.

Indeks MSCI Asia-Pacific turun 0,3% menjadi 124,51 pada pukul 10.22 waktu Tokyo. Delapan dari 10 sektor yang diperdagangkan melemah. Hingga pukul 9.35 WIB indeks Nikkei 225 tertekan 1,01%, Kospi turun 0,18%, dan indeks Shanghai jatuh 0,29%. Sedangkan, indeks Australia S&P/ASX 200 masih reli 0,78%, dan Hang Seng juga naik 0,50%.

Saham Sony Corp., eksportir terbesar peralatan elektronik di Jepang tertekan 2,3% di Tokyo. Saham Honda Motor Co., yang 80% pendapatannya dari penjualan di luar negeri, turun 2,6%. Lalu, saham LG Electronics Inc. yang seperempat penjualannya di Amerika Utara, jatuh 4,8% di Seoul.

Kemarin, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengadakan pertemuan. Namun, tidak ada rencana signifikan yang diputuskan untuk mengatasi krisis. Keduanya bahkan menolak untuk menjual obligasi Euro.

Manajer ekuitas dari SMBC Nikko Securities Inc. Hiroichi Nishi menyebut tidak banyak pertemuan yang dilakukan pemimpin Eropa, dan itu mengkonfirmasi masalah utang di kawasan itu tidak akan selesai dalam waktu singkat. Sementara, data ekonomi Eropa yang dirilis kemarin, justru mengecewakan. Produk domestik bruto zona Euro hanya naik 0,2% di kuartal kedua. Jauh di bawah pencapaian kuartal pertama yang tumbuh 0,8%.

Selain itu, indikator ekonomi AS juga menggiring sentimen negatif. Pembangunan perumahan AS (housing starts) juga turun 1,5% pada Juli lalu. "Angka-angka perumahan AS tidak kuat, dan ini menjadi sinyal perlambatan ekonomi AS akan berlanjut," kata Nishi.


Krisis Ekonomi IMF: Pemerintah AS Harus Bantu Ekonomi


WYOMING — Direktur baru Dana Moneter Internasional (IMF) meminta para pengambil kebijakan di Amerika Serikat lebih agresif memberi stimulus dalam upaya meminimalisasi potensi krisis ekonomi. Saat ini, ekonomi AS dan Eropa sedang mengalami pelambatan.

Direktur IMF Christine Lagarde, sebagaimana dikutip kantor berita Associated Press, Minggu (28/8/2011) di Wyoming, AS, menegaskan bahwa AS harus memiliki suatu kebijakan kredibel yang dapat mengontrol utang pemerintah pada masa depan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi saat ini.

Lagarde juga mengatakan, apabila perekonomian mengalami stagnasi, perencanaan untuk memotong belanja pemerintahan pada masa depan hanya akan merusak kredibilitas pemerintahan. "Siapa yang percaya bahwa komitmen untuk memotong pembelanjaan dapat membantu mengatasi stagnasi yang panjang tempat pengangguran dan ketidakpuasan sosial terjadi," katanya.

Pernyataan dari Lagarde telah meresonansikan inti dari pidato Ketua Federal Reserve Ben Bernanke pada Jumat (26/8/2011), yang mendorong Kongres AS untuk lebih keras membantu perekonomian AS.

"Pemerintah AS harus berbuat sesuatu ketika harga rumah jatuh dan terjadi penurunan pengeluaran rumah tangga," kata Lagarde.

Dia juga mengingatkan supaya pemerintah mengatur soal pembiayaan perumahan, termasuk negosiasi kredit kepemilikan rumah.

Dengan tegas, Lagarde juga meminta sentral-sentral bank di seluruh dunia mempertahankan suku bunga rendah untuk melindungi perekonomian dunia yang sedang rapuh.


Jepang Siap Intervensi untuk Hadang Spekulasi Yen


Tokyo - Jepang akan mengambil tindakan tegas terhadap setiap langkah spekulatif di pasar mata uang. Menteri Keuangan Yoshihiko Noda memberikan sinyal kesiapannya untuk melakukan intervensi guna membendung penguatan yen lebih lanjut setelah mata uang tersebut menembus rekor tertingginya pada pekan lalu.

"Kami akan memantau pasar bahkan lebih erat dari sebelumnya untuk melihat apakah ada aktivitas spekulatif. Kami tidak akan mengesampingkan tindakan apapun dan akan mengambil tindakan tegas saat diperlukan," kata Noda seperti dikutip dari Reuters, Senin (22/8/2011).

Noda menegaskan pihaknya akan melakukan pertukaran informasi erat dengan negara-negara lain mengenai mata uang. Pernyataan itu diartikan Jepang akan sering melakukan kontak dengan negara-negara G7 lainnya.

Menteri Perdagangan Banri Kaieda juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika Jepang dan Amerika Serikat bersama-sama bisa campur tangan di pasar mata uang. Kaieda memang tidak memiliki yurisdiksi atas mata uang, namun bersama Noda, dia akan menjadi pesaing untuk menggantikan Naoto Kan sebagai Perdana Menteri.

"Salah satu cara bagi Jepang mungkin berkomunikasi erat dengan Amerika Serikat pekan lalu, dan bersama-sama melakukan intervensi ketika pasar dibuka di Tokyo pada Senin (22/8/2011) pagi," Kaieda seperti dikutip pada program televisi.

"Intervensi ditujukan untuk mengajar (pelaku pasar) bahwa jika mereka membeli yen terlalu banyak, mereka akan terbakar," ujarnya memperingatkan.

Tindakan Waspada

Juru bicara pemerintah Jepang Yukio Edano juga mengatakan dirinya sangat prihatin atas penguatan yen akhir-akhir ini. Ia mengaku akan memperhatikan dengan hati-hati bahkan lebih dari sebelumnya untuk setiap pergerakan spekulatif di pasar.

Tokyo melakukan intervensi secara sepihak di pasar mata uang dan melonggarkan kebijakan moneter pada tanggal 4 Agustus. Namun langkah itu belum menghentikan investor memburu yen sebagai safe haven. Dolar AS tercatat terpuruk hingga level terendahnya terhadap yen di 75,95 pada jumat (19/8/2011) kemarin.

Namun dolar AS akhirnya kembali menguat hingga level tertingginya dalam 1,5 minggu di 77,23 pada Senin (22/8/2011), karena ekspektasi pasar terhadap intervensi mata uang. Prospek intervensi itu juga berhasil menahan laju penurunan indeks Nikkei.

Pasar memang bersiap menghadapi intervensi, namun ragi-ragu apakah langkah tersebut bisa berkesinambungan dalam melemahkan yen, terutama terkait kecilnya kemungkinan Tokyo bisa mendesak G7 untuk bersama-sama mengambil langkah di pasar uang.

"Saya tidak berpikir Jepang akan melakukan intervensi selama dolar tetap sekitar level saat ini di atas 76,50 yen. Tapi jika jatuh kembali di bawah 75, mungkin langkah masuk berwenang siap untuk bertindak setiap saat dan itu mungkin pesan mereka. mencoba untuk mengirim, "kata Naoki Iizuka, ekonom senior di Mizuho Securities.

"Harga saham mungkin sebentar reli jika Tokyo campur tangan. Tapi akan sulit untuk mengubah (lemah dolar) tren pasar," tambahnya.


*BEI Yakin Indonesia Bisa Jadi 'Surga' Investasi *

*Jakarta* - Industri pasar modal telah berkembang pesat dan tidak ada lagi batas (borderless) antar negara. Bursa-bursa di dunia pun menjadi pasar yang saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain.

Tanpa batas inilah yang menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak fluktuatif, mengikuti bursa-bursa dunia untuk mencari keseimbangan baru. Koreksi atau bahkan apreasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi hal yang lumrah.

Sepanjang Januari hingga Agustus ini bisa dikatakan koreksi cukup dalam IHSG telah terjadi dua kali. Pertama, memasuki awal tahun hingga berakhirnya triwulan I-2011. IHSG mengalami negative growth 7-9%.

Menurut Direktur Utama BEI, Ito Warsito, IHSG yang mengalami koreksi cukup dalam di awal tahun, bukanlah cerminan kinerja pasar modal 2011. Dengan suku bunga relatif terjaga dan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, Indeks akan kembali reli.

Benar saja, sejak itu IHSG terus mengalami apresiasi tanpa ada hambatan sedikitpun. Indeks bahkan sempat mencatat rekor tertinggi 4.193,44 di sesi II perdagangan, Senin (1/8/2011).

Namun itu tak berangsur lama. Setelah penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's, bursa-bursa dunia kalang kabut. Investor mengalami kepanikan sesaat, dengan melepas sebagian besar portofolio saham.

Penjualan masif efek saham ini juga diikuti investor di pasar modal Indonesia. Akibatnya, IHSG langsung terhempas dan susut lebih dari 12% sejak awal Agustus.

Puncaknya terjadi pada perdagangan pekan lalu (9/8/2011), dimana pada penutupan perdagangan IHSG terpangkas 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119. Ini merupakan kedua kali IHSG terkoreksi cukup dalam sejak awal tahun.

Namun kembali lagi Ito menegaskan, koreksi IHSG hanya berlangsung sementara. Bahkan ia menjamin usai perayaan hari raya Lebaran Indeks akan kembali berkilau.

"Kalau krisis, mereka (investor) konsolidasi dulu. Satu minggu sehabis Lebaran kita akan kembali lagi. Lagi pula sepanjang kemarin yang keluar Rp 3 triliun, sedangkan sejak awal tahun kita sudah akumulasi Rp 22 triliun. Ini masih sebagian kecil," jelas Ito di kantornya, SCBD, Jakarta Selasa (16/8/2011).

Ia menambahkan, investor pasar modal berfikir realistis. Kondisi terkini, tidak ada tempat yang lebih baik dari Indonesia dalam berinvestasi. Bahkan Indonesia telah mengalahkan China dan India sebagai destinasi utama pemodal-pemodal kakap.

"Investor juga hati-hati dengan China dan India. Pertumbuhan emiten disana tidak sebagus di Indonesia. Return on Equity (ROE) Indonesia paling tinggi 29%, India 19%, China lebih kecil lagi 13-14%," ucap Ito.
 
"Lalu mereka mau taruh uang kemana? Emiten Indonesia laba rata-rata di triwulan I 30 persen. Tentu prospek ekonomi Indonesia ada, dan kita tidak terpengaruh apa-apa," tegas Ito optimistis.


 
Jorganizer Hamdani
024-7060.9694 (flexy)
hope 4 the best n prepare 4 the worst
knowing is nothing without applying

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers