Friday, August 5, 2011

Solusi Krisis AS, mencetak uang dan berdampak inflasi

So, here’s the bottom line on money printing, or QE if you prefer. If nothing happens, the whole thing was a waste of time. If inflation takes off, the Fed will have to choose between holding bonds and letting inflation get worse or selling bonds and going bankrupt in the process. Since no entity goes down without a fight, the Fed will naturally hold the bonds and let inflation take off. Do not ask about the exit strategy from QE; there is no exit.” -Jim Rickards… November 5, 2010-

Setelah the Fed mencetak uang sebanyak 4 kali untuk mendorong ekonomi AS, kini banyak investor bertanya-tanya apakah mungkin bank sentral AS akan mengusulkan QE3 dalam waktu dekat.

Sampai saat ini saya tetap berpendapat the Fed akan segera mempertimbangkan program pelonggaran moneter berikutnya, entah itu dengan nama QE3 atau terminologi yang lebih terselubung.

Ada dua alasan utama mengapa saya mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebijakan tersebut:

1) The White House telah menghentikan kepura-puraannya dan mengakui dalam perkiraan terakhirnya untuk tahun fiskal 2011 bahwa defisit anggarannya kemungkinan akan bernilai $1.65 trillion, yang sekaligus merupakan suatu rekor tertinggi dalam sejarah. Bahkan defisit sebesar 11,3% dari PDB adalah yang terbesar terhadap perekonomian secara keseluruhan sejak Perang Dunia Kedua.

Lalu menurut rencana dari Gedung Putih, hutang nasional secara resmi akan bertumbuh 50% dalam dasawarsa mendatang ke $21 trillion. Maka mungkin saja Amerika Serikat akan mengalami sedikit kesulitan untuk meminjam begitu banyak uang, dan terpaksa MENCETAK UANG lagi.

Pada akhirnya, berbagai alasan yang diberikan oleh bank sentral AS untuk melanjutkan quantitative leasing-nya hanyalah sebuah dalih saja. Tujuan yang sesungguhnya dari QE2 (dan nanti QE3) adalah membunyikan ketidakmampuan dari the Treasury atau Kementerian Keuangan AS untuk membiayai hutangnya.

Dengan permintaan global untuk obligasi pemerintah AS yang turun secara terus-menerus, the Fed memang harus mencari sebuah alasan yang masuk akal agar dapat menggantikan pembeli dari luar negeri. Jadi lewat penerapan QE2, QE3 dsb., bank sentral AS bisa monetize atau mencetak uang untuk membeli surat hutang AS supaya pelaku pasar tidak menyadari bahwa sebetulnya ada suatu masalah pendanaan.

Ketika the Federal Reserve baru saja menjalankan setengah dari QE2, data resmi menunjukkan bank sentral AS sudah melebihi Cina sebagai pemegang obligasi pemerintah AS terbesar didunia. Maka jangan heran belakangan ini suatu lelucon muncul yang mengatakan the Fed sama dengan Fiat Excessively Distributed.

Seperti dapat Anda lihat pada grafik diatas ini, dulu bank sentral asing pada umumnya membeli 50% dari surat hutang AS, sementara investor Amerika Serikat 40% dan the Fed 10% saja. Namun sejak bank sentral AS mulai mencetak uang dalam jumlah yang besar, kebanyakan investor di Amerika Serikat telah kehilangan kepercayaan sepenuhnya terhadap US dollar.

Oleh karena itu, selama QE2 diterapkan the Fed menyerap 70% dari Treasury Bonds sedangkan sisanya dibeli oleh investor asing. Jadi yang paling mencekam kedepan adalah kenyataan bahwa negara lain, yang sebelumnya membeli 50% dari obligasi pemerintah AS, sedang mengurangi minatnya secara signifikan dan bahkan merasa fed up atau kesal dengan kebijakan moneter maupun fiskal AS.

Berarti jangan-jangan bank sentral AS pada akhirnya terpaksa harus MENCETAK UANG tanpa batas untuk menutupi defisit anggaran pemerintah yang tidak terkendali.

2) Data mengenai PRODUK DOMESTIK BRUTO AS, yang dirilis pada hari Jumat lalu, sama sekali tidak memberikan harapan pada investor untuk menghadapi masa depan penuh kepercayaan diri yang tinggi. PDB untuk kuartal kedua misalnya hanya naik 1,3% dalam basis tahunan, sementara pertumbuhan dalam kuartal pertama direvisi turun tajam dari 1,9% ke 0,4% (lihat data dibawah ini)!

Percent change at annual rate Q-2 Q-1 Q-4 Q-3 Q-2

Gross domestic product 1.3 0.4 2.3 2.5 3.8

Personal consumption expenditures 0.1 2.1 3.6 2.6 2.9

Durable goods -4.4 11.8 17.2 8.8 7.8

Nondurable goods 0.1 1.6 4.3 3.0 1.9

Services 0.8 0.8 1.3 1.6 2.5

Gross private domestic investment 7.1 3.8 -7.1 9.2 26.4

Fixed investment 5.8 1.2 7.5 2.3 19.5

Exports 6.0 7.9 7.8 10.0 10.0

Imports 1.3 8.3 -2.3 12.3 21.6

Government consumption expenditures and gross investment
-1.1 -5.9 -2.8 1.0 3.7

Real Final Sales 1.1 0.0 4.2 1.7 3.0

Final Sales to Domestic Purchasers 0.5 0.4 2.7 2.3 4.9

Maka boleh dikatakan bahwa pemulihan ekonomi AS jelas-jelas telah kehilangan momentum-nya dan kemungkinan terancam mengalami resesi kembali pada kuartal ketiga. Sebagai akibatnya bursa saham berpeluang anjlok lagi dalam waktu dekat, dan mendorong the U.S. Federal Reserve untuk segera mengumumkan putaran ketiga dari quantitative easing.

Peluang investasi

“With inflation heating up as far as American consumers are concerned, the pressure is on the Bernanke Fed to “cool it” on its quantitative easing. I think the stock market (now slumping) and the dollar (now rising) are reflecting this. Thus the Fed might be setting off a temporary slump in the summer economy. If so, Bernanke could announce, “See, if we ease up, the economy eases up as well.” All of which strengthens the case for QE3. Of course, President Obama would love a late pick-up in the US economy as the nation moves into the 2012 election period.”

-Richard Russell-

Harapan untuk QE3 belakangan ini merupakan suatu indikasi bahwa bursa saham pada dasarnya kecanduan terhadap likuiditas yang berlimpah dan stimulus tanpa henti. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan QE1 dan QE2, kemungkinan QE3 akan menjadi sebuah déjà vu dari kedua putaran terdahulu dimana aset yang berikut ini sangat menjanjikan:

1) Pertama-tama saya setuju sekali dengan apa yang dikatakan oleh Robin Griffiths dari Cazenove di London: “Central banks, trying to stimulate growth, are printing paper money into oblivion, and we’ve simply got to hedge that risk by owning gold.” Kini investor nampaknya sudah mengerti bahwa jika lebih banyak uang dipompa kedalam perekonomian dunia, tingkat inflasi akan naik dan nilai dolar AS akan makin turun.

Oleh karena itu tindakan yang paling bijaksana pada saat ini adalah membeli EMAS, yang dianggap sebagai inflation hedge yang terbukti dapat mempertahankan nilainya selama berabad-abad terhadap inflasi. Menurut penghematan saya semua investor seharusnya menanamkan setidaknya 5% sampai 10% dari portofolio mereka dalam emas, agar tenang dalam menghadapi masa kelam yang akan datang.

2) Amerika Serikat dan negara maju lainnya kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat disertai inflasi yang tinggi – atau dengan kata lain stagflasi – sedangkan PASAR BERKEMBANG seperti Indonesia diperkirakan akan tetap bertumbuh cepat. Apalagi dengan berbagai bank sentral yang berencana mencetak uang terus, terlalu banyak dana akan mengejar saham di pasar berkembang yang kapitalisasi pasarnya masih relatif kecil.

Sebagai contohnya, net foreign buying di Indonesia telah berlangsung dari tahun 2003 hingga 2011, dan tahun ini bahkan melampaui pembelian bersih dari investor asing di negara berkembang lainnya di Asia diluar Cina. Selanjutnya apabila Indonesia memperoleh investment grade, yakinlah bahwa investor institusi besar dari luar negeri akan makin memandang bursa saham di negeri tercinta ini sebagai tujuan investasi yang sangat menjanjikan.

3) Selama Ben Bernanke menjalankan mesin cetaknya untuk membeli surat hutang AS, KOMODITAS secara umum tentunya juga merupakan investasi yang tepat. Coba saja melihat grafik dibawah ini, yang menunjukkan korelasi yang kuat antara harga komoditas dan pembelian obligasi pemerintah AS oleh the Fed.

Terutama di bursa saham Indonesia, saham dari sektor perkebunan (CPO) dan pertambangan (batu bara) secara valuasi masih murah, dan menawarkan upside yang cukup besar dalam setahun kedepan.

4) Berhubungan the Federal Reserve sedang “menghancurkan” dolar AS secara pelan tetapi pasti, beberapa negara di dunia sudah mulai menilai apakah mereka tetap ingin berdagang dalam US dollar dan menggunakannya sebagai suatu reserve currency atau bagian dari cadangan devisa mereka.

Sebuah artikel pada website dari The Market Oracle belum lama ini menjelaskan bagaimana hal tersebut telah terjadi:

“In September, China supported a Russian proposal to start direct trading using the yuan and the ruble rather than pricing their trade or taking payment in U.S. dollars or other foreign currencies. China then negotiated a similar deal with Brazil. And on the eve of the IMF meetings in Washington on Friday, Premier Wen stopped off in Instanbul to reach agreement with Turkish Prime Minister Erdogan to use their own currencies in a planned tripling Turkish-Chinese trade to $50 billion over the next five years, effectively excluding the dollar.”

Maka investor di pasar valuta asing pun berpindah hati ke currencies yang mempunyai yield yang lebih tinggi (seperti Indonesian rupiah dan Brazilian real) maupun commodity currencies yang didukung oleh ekspor komoditas yang besar (seperti Australian dollar, Canadian dollar, New Zealand dollar dan Norwegian krona).

Kesimpulan

“The Fed is telling a lot of lies to the market… it is telling all the politicians on Capital Hill you can issue unlimited debt cause it doesn’t cost anything. We have $9 trillion of marketable debt. Upwards of 70% of that has maturities of 5 years or less down to 90 days. All of those maturities are 1% down to 10 basis points. So from the point of view of Congress, the cost of carrying the debt is essentially free. When you tell politicians they can issue $100 billion of debt a month for free, how do you expect them to do the right thing, and ask their constituents to sacrifice… I think the Fed is injecting high grade monetary heroin into the financial
system of the world, and one of these days it is going to kill the patient.”

-David Stockman-

Berbagai negara maju kini kecanduan stimulus. Maka Anda sebagai seorang investor perlu menyiapkan diri untuk quantitative easing jilid ketiga yang akan mempunyai dampak besar terhadap bursa saham, pasar komoditas dan pasar valuta asing. Sekali lagi pastikan juga bahwa Anda membeli emas, karena saya berpikir banyak mata uang di dunia akan terdevaluasi terhadapnya secara signifikan.

Selain itu saham yang berhubungan dengan komoditas maupun properti di Indonesia seharusnya memberikan return yang memuaskan jadi jangan ketinggalan rally yang akan datang.

Quantitative Easing (QE) di USA going to be continued?
JORGANIZER HAMDANI

Selamat menunaikan ibadah puasa untuk yang menjalankannya dan semoga sukses dan sehat selalu!

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers