Tuesday, August 2, 2011

Kebanyakan Orang adalah Orang Kebanyakan

“The dollar value of world trade has more than doubled in the past decade and will exceed US$ 12 trillion in 2010. Manufactured goods and commodities account for 74 percent of world trade. Services industries, including telecommunications, transportation, insurance, education, banking, and tourism, represent the other 26 percent of world trade…

All nations and regions of the world do not participate equally in world trade. World trade flows reflect interdependencies among industries, countries, and regions and manifest themselves in country, company, industry, and regional exports and imports.” – Roger A. Kerin, et.al., “Marketing in Asia”, McGraw-Hill, NY 2009.

***

Air France, flag-carrier-nya bangsa Perancis dikabarkan per 31 Maret 2010 telah merugi sebesar 1,92 milyar dollar lantaran top-line-nya (pendapatan) turun sebesar 15%. Penyebabnya, seperti diklaim Pierre-Henri Gourgeon sang CEO, “Krisis ekonomi global berpengaruh besar terhadap kinerja seluruh industri penerbangan.” Fenomena ini mengindikasikan menurunnya arus (pergerakan) orang dan barang, yang pada gilirannya mempengaruhi arus uang bagi maskapai penerbangan itu. Di samping Air France, diberitakan banyak maskapai di Eropa juga sedang mengalami kerugian (yang memang diperparah setelah bencana abu vulkanik gunung Eyjafjalljokull di Eslandia).

Di Jerman, produsen otomotif BMW me-recall 122 ribu sepeda-motornya gara-gara
kesalahan pabrik di aspek remnya untuk motor yang diproduksi dalam periode Agustus 2006 sampai Mei 2009 . Walau belum ada laporan kecelakaan akibat kesalahan ini, pihak BMW telah mengambil tindakan preventif (antisipatif) dengan inisiatif product-recall ini.

Juru bicara pihak BMW mengatakan, “Dalam kasus terburuk, rem depan bisa gagal jika semua cairan minyak rem habis. Namun belum ada laporan kecelakaan.” Sensitivitas dan pengelolaan arus informasi yang luar biasa baik dari pihak BMW telah membuktikan bahwa syaraf-organisasi (organizational nerve system)nya bekerja dengan sangat baik. Feed-back loop (arus umpan balik) tidak mengalami distorsi teknikal maupun distorsi etikal. Sehingga keputusan yang begitu penting dapat segera diambil secara adekuat.

Demi memperkuat otot bisnisnya, Symantec Corp yang produsen software untuk
keamanan komputer terbesar di dunia telah sepakat untuk mengakuisisi unit layanan otentikasi VeriSign Inc. Nilai transaksinya dilaporkan sebesar 1,28 milyar dollar. Pihak Symantec Corp yang berbasis di Mountain View, California, AS, menegaskan bahwa mereka akan membeli saham VeriSign secara kontan, targetnya September tahun ini juga.

Bagi para pelanggan Symantec, sang CEO Enrique Salem beralasan bahwa akuisisi ini akan semakin memperkuat keamanan komputer, “Ini mengenai bagaimana melindungi informasi Anda.” Tentu kita juga tahu bahwa akuisisi ini – dari perspektif perusahaan – akan menjaga (mengamankan) model bisnisnya, sehingga arus uangnya akan terus terjamin. Inilah inisiatif bisnis yang bisa mengamankan arus uang dengan cara mengamankan arus informasi bagi para pelanggan Symantec (yang sekarang diperkuat dengan produk VeriSign).

***

Penggandaan nilai transaksi perdagangan dunia memang terus melaju, namun secara mikro dinamika yang terjadi dalam business-competitiveness juga semakin fierce. Kesimbangan-keseimbangan baru terus diupayakan, karena setting dari panggung dunia bisnis terus berganti-ganti.

Caveat klasik tentang penyakit “marketing myopia” (rabun pemasaran) yang dulu pernah dengan lantang disampaikan oleh Prof. Theodore Levitt tetaplah relevan hingga kini. Kalau kita ingat kasus PT Kereta Api Indonesia yang baru saja menutup jalur Jakarta – Bandung yang biasa dilayani kereta Parahyangan, kita jadi ingat lagi contoh kasus yang disampaikan oleh Prof Levitt, yaitu bisnis jalur kereta api. Seperti ditulis ulang oleh Prof. Roger A. Kerin, dkk dalam buku teks teranyarnya “Marketing in Asia” (McGraw-Hill, NY 2009) dikatakan,

“…Theodore Levitt cited American railroads as organizations that had a narrow, production-oriented statement of their business: “We are in the railroads business!” This narrow definition of their business lost sight of who their customers were and what their needs were. Railroads saw only other railroads as competitors and failed to design strategies to compete with airlines, barges, pipelines, trucks, bus lines, and cars. Railroads would probably have fared better over the past century by recognizing they are in “the transportation business.”

Dengan cara pandang yang serupa, BMW melihat bahwa ia bukan sekedar memproduksi sepeda motor. Tapi ia ada dalam bisnis alat transportasi yang bergengsi dan aman (mengutamakan safety) bagi para penggunanya. Symantec bukan hanya bisnis anti-virus, tapi ada dalam bisnis keamanan informasi di komputer Anda.

Di tengah laju pertumbuhan organisasi yang pesat serta dinamika lingkungan bisnis global yang cenderung kaotik, justru kesetiaan untuk memaknai ulang dirinya sendiri menjadi penting. Organisasi lahir dan berada untuk suatu maksud (purpose), to accomplish something for someone.

Itulah makanya, pertanyaan-pertanyaan eksistensial mesti terus digaungkan,what is our business? Who are our customers? What offerings should we provide to give these customers value? Semakin Anda tajam dalam merumuskannya, semakin tajam pula perumuskan jatidiri Anda. Dan, Anda bukan seperti orang kebanyakan lagi. Karena kebanyakan orang adalah cuma seperti orang kebanyakan saja.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers