Wednesday, July 27, 2011

Demokrasi Pasar di Republik Facebook

“Seperti dalam judo, cara terbaik melayani gerakan lawan bukanlah dengan langkah surut, tapi dengan mengiringi gerakannya itu, memanfaatkannya demi keuntungan sendiri, persis seperti rehat sejenak sebelum menempuh tahap selanjutnya.” - Michel Foucault.

***

Siapa di antara Anda yang belum punya account di Facebook? (atau di Friendster, LinkedIn, dll.). Kalau belum, yang nggak apa-apa juga, Anda tidak akan ditangkap KPK atau petugas pajak yang akhir-akhir ini amat-sangat-aktif kejar target. Hanya saja – virtually speaking – you’re out of the new-world’s orbit!

Utamanya sebagai pebisnis, Anda bisa kehilangan kontak dengan salah satu indikator denyut nadi komunitas pasar yang sedang berkembang pesat sekali. Konon, pengguna FB di Indonesia sudah menembus 1 juta! Inilah bentuk republik (virtual) yang paling demokratis di dunia! Setiap kita bebas menentukan, mau partisipasi (add/confirm) atau keluar (remove/delete) dari “negara kota” (polis) ini.

***

Ketika Thomas Friedman (The World is Flat, 2005) melansir 10 kecenderungan “perataan dunia” (world flatteners) kita diingatkan kembali akan apa yang dulu pernah diwanti-wanti Alvin Toffler (triloginya: Future Shock, Third Wave & Power Shift) tentang 3 change-drivers yang bakal memicu dan memacu perubahan: teknologi, ekonomi, dan sosial. Tatkala terjadi intervensi teknologi maka ia akan mendorong perubahan ekonomi (oikos-nomos, pengaturan rumahtangga) dan ini pada gilirannya akan mendorong perubahan sosial, gaya hidup (lifestyle). Dan bagi para pebisnis, perubahan gaya hidup berarti perubahan pasar!

Kesepuluh trend itu: robohnya tembok berlin (serentak dengan munculnya teknologi Windows oleh Microsoft); go public-nya Netscape yang menandai merebaknya internet sampai menembus titik “critical-mass”; teknologi workflow-software; opensourcing; offshoring; supply-chaining; insourcing; in-forming; dan the steroids, yaitu semacam pil doping yang mengakselerasi kesembilan trend tadi, bentuknya: digitalisasi-mobilisasi-personalisasi-virtualisasi. Mereka saling bereaksi kimia satu sama lain dan tadaaa….. lahirlah dunia baru, a whole new world!

***

Pemikir marketing Indonesia, Yuswohady (bukunya: Crowd, Marketing Becomes Horizontal, Gramedia, 2008), secara cerdik “mengadopsi” formula Einstein untuk menggambarkan betapa dahsyatnya dampak kerumunan komunitas virtual yang difasilitasi platform Web 2.0. Dengan mengajukan rumus: E=wMC^2 ia ingin mengatakan bahwa energi marketing (E) yang dahsyat (bahkan sedahsyat bom nuklir) bisa diperoleh jika mampu memanfaatkan word of mouth (wM) atau rekomendasi pelanggan, yang dilipatgandakan oleh customer dan community (C^2) baik offline maupun online.

Dengan semakin terfasilitasinya customer untuk saling berinteraksi “langsung” satu sama lain secara pribadi maka efek saling mempengaruhi menjadi sangat tinggi. Dan para pemasar tahu persis bahwa referral adalah senjata promosi terampuh untuk mengubah opini pelanggan.

Ada 11 manifesto dalam pasar yang semakin horisontal seperti ini:

1) Internet telah melepaskan potensi kekuatan pelanggan yang ada dalam jejaring,
2) pelanggan Anda adalah evangelist, relawan yang siap membantu,
3) your core competence is connecting your customers,
4) perlakukan pelanggan Anda sebagai member, temukan identitas kolektif mereka, juga purpose and passion-nya,
5) orang butuh mengomunikasikan dirinya dan mengekspresikan aspirasinya, dan di atas Web 2.0 pasar jadi makin “manusiawi” lantaran bisa memfasilitasi hasrat narsisistik
setiap orang,

6) Anda adalah fasilitator bagi para pelanggan Anda dalam rangka memenuhi kebutuhan (dan keinginan) mereka,
7) otentisitas adalah differentiator Anda, hal yang bisa terus menerus membuat Anda bisa tampil beda, jadilah diri
sendiri,
8) your Brand is a Cult, create Ideology around it and spread to your believers,
9) your product and services should be contagious, mesti ada bakat untuk diperbincangkan pelanggan karena keunikannya,
10) trust is the real currency, diskursus mesti berlandas kejujuran, alih-alih menolak members memperbincangkan dan mengaduk-aduk isi perut organisasi, kita malah mesti berpartisipasi dan memelihara dialog jujur dan transparan demi membangun
kepercayaan (the strongest currency in the new world!),
11) libatkan pelanggan yang paling passionate untuk bersama Anda menciptakan solusi. Komunitas pelanggan semakin luas dan terfragmentasi adalah sumber mata air ide-ide produk.

***

Berhadapan dengan teknologi, seolah kita ada dalam dilema: di satu sisi ia membongkar kebudayaan termasuk nilai-nilai dan tradisi etis, namun di sisi lain kita sekarang – de facto – tidak bisa hidup tanpa teknologi. Prof. Franz Magnis-Suseno (Teknologi dalam Tayangan Filosofis, 2005) menegaskan, karena tanpa teknologi modern, kita tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seluruh masyarakat. Juga, karena teknologi bagaimanapun juga tidak dapat ditolak, kemenangan budaya berdasarkan teknologi sudah tidak dapat digagalkan lagi.

Sehingga, mengikuti alur pikiran Michel Foucault di atas, seperti dalam pertandingan judo, tak ada lagi pilihan selain masuk sepenuhnya dalam teknologi, mempelajarinya dan menguasainya lalu memanfaatkannya dalam banyak bidang kehidupan demi memecahkan pelbagai masalah di depan kita.

Demokrasi pasar di Republik Facebook ini menembus batasan ruang (kamar tidur, cafĂ©, kantor, domestik, internasional) dan waktu (365/7/24). Maka, hai para laggards teknologi komunikasi bertobatlah! segeralah kembali ke “jalan yang benar”.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers