Thursday, June 9, 2011

Mana Sahabatmu SBY?

Dikutip dari sebuah milis. Tentang sebuah merk, tetapi bukan sembarang merk. Tokoh politik, bisa dibahas dari sisi brand.

Dalam tulisan saya tahun lalu di sebuah media yang berjudul ”Brand SBY: Lulus Audit?”,saya sudah mengisyaratkan bahwa beliau rapornya merah dan tidak lulus personal brand audit.

Kali ini saya ingin mengangkat topik brand SBY lagi, seputar pentingnya brand ambassador untuk perbaikan nilai rapor. Sebenarnya, apa definisi brand ambassador? Pada setiap mengadakan kuis marketing di seminar atau workshop,peserta selalu keliru dalam menjawab pertanyaan tentang definisi brand ambassador.Tidak heran, istilah ini memang termasuk salah satu miskonsepsi dalam dunia branding.

Jawaban para peserta selalu seputar selebriti yang digunakan dalam iklan brand untuk menjelaskan makna brand ambassador. Padahal, itu adalah definisi celebrity endorser! Ada beberapa miskonsepsi di sini.Ambassador dan endorser punya beberapa persamaan tetapi juga perbedaan.Brand ambassador adakalanya disebut juga sebagai brand evangelist.

Mereka adalah orang-orang pemakai brandyang sangat excited terhadap produk dan services brand, sehingga mereka secara sukarela mau merekomendasikan kepada teman-temannya. Mereka adalah seseorang yang telah mempunyai kedekatan emosional terhadap brand, secara alami, bukan karena adanya insentif tertentu.Brand ambassador mau menjelaskan hal baik tentang brand yang digunakannya karena brand ini punya peranan
penting dalam hidupnya.

Titik miskonsepsi lainnya adalah adanya pemahaman yang keliru bahwa brand ambassador adalah seputar dunia selebriti saja. Padahal, siapa pun bisa menjadi brand ambassador, baik itu konsumen maupun secara internal,orangorang yang bekerja di perusahaan. Brand ambassador adalah sahabat sejati brand, dan sahabat selalu hadir dalam senang dan susah.

Sebagai seorang teman sejati, sudah selayaknya menyebarkan berita baik tentang temannya tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan. Dalam kondisi brand sedang bermasalah, temannya yang angkat bicara. Konsep ambassador ini berbeda dengan endorser, yaitu siapa pun yang mendapatkan insentif dari brand,baik itu bersifat tangible/uang maupun intangible/nonuang, dalam menyampaikan berita baik tentang brand.

Endorser membutuhkan dorongan dari eksternal, dan tidak muncul dari dalam. Agnes Monica jelas-jelas merupakan endorser. Sulit membayangkan seorang Agnes Monica sebagai sahabat sejati brand, karena ada 1.001 brand yang memberikannya kontrak menjadi celebritiy endorser. Para blogger peranannya saat ini juga sedang mengalami pergeseran dari brand ambassador ke arah brand endorser.

Defensif, Reaktif

Ciri-ciri strong brand adalah customer oriented, bersifat proaktif dan responsif. Bukan product oriented, reaktif dan defensif.Reaksi SBY terhadap publikasi berantai belakangan ini di media sosial khususnya Twitter,lebih menunjukkan karakter sebuah brand yang reaktif dan defensif. Bahkan, pembelaan dirinya ditayangkan di media, mimbar yang seharusnya digunakan untuk publikasi hal-hal yang bersifat lebih kepada
urusan negara, bukan urusan personal branding.

Teringat cerita lama. Pada saat masalah Omni merebak, ada salah seorang pasien rumah sakit tersebut yang menulis di blog saya dan menjelaskan bahwa dia tidak pernah mengalami masalah dengan brand tersebut, dan pengalamannya justru tergolong memuaskan.

Saya sampaikan kepada beliau, bahwa seharusnya sahabat brand yang menulis tentang kebaikan RS Omni jangan 1-2 orang saja. RS yang brand-nya sedang mengalami krisis tersebut butuh lebih banyak brand ambassador, orang-orang yang loyal dan bisa menguraikan seperti apa pengalaman baiknya.

Membangun Ekuitas

Membangun brand artinya membangun ekuitas. Dalam model CBBE (Customer Based Brand Equity), dijelaskan bahwa ada empat langkah relationship dengan brand, yaitu: 1) tahap awal, aware; 2) tahap pemahaman,3) tahap interaksi dan experience; 4) tahap resonanceatau loyalitas.

Tahap aware SBY mungkin sudah dilewati dengan baik. Tahap pemahaman akan arti brand SBY mungkin belum sepenuhnya tercapai. Tidak semua lapisan masyarakat paham akan janji-janji brand SBY secara spesifik. Namun,ini boleh dikatakan bukan tahapan yang kritikal lagi mengingat SBY sudah terpilih dua kali.

Tahapan interaksi dan experience. Ini yang paling berat untuk SBY. Dalam proses branding, setelah berinteraksi, audience menjadi punya gambaran yang lebih konkret terhadap siapa atau apa brand tersebut. Proses justifikasi, apakah seseorang akan melanjutkan berteman atau berhenti berteman.

Tahap terakhir,yang paling sulit, adalah tahap resonance, tahap terciptanya loyalitas. Dalam tahap ini proses berlanjut, konversi dari teman biasa menjadi sahabat. Di tahap ini tercipta brand ambassador sejati.

Barikade Sahabat

Mana sahabat-sahabatmu, SBY? Bapak tidak perlu naik mimbar dan bicara langsung kepada publik pada saat brand bermasalah. Dalam situasi ini, kredibilitas brand sedang terganggu. Para sahabatlah yang harus tampil, menjadi juru bicara, membahas krisis dengan gaya mereka masingmasing, bukan gaya SBY.

Sebagai brand yang sedang digunjingkan terutama di media sosial,sebaiknya SBY diam saja dulu. Jangan ikut bicara, apalagi di media massa yang mempunyai jangkauan khalayak yang lebih tinggi dan powerful. Masyarakat di luar media sosial masih banyak yang belum sadar dan paham akan adanya berita negatif di partai SBY.

Tidak perlu menyebarluaskan berita yang tidak penting kepada mereka. Karenanya, kegiatan endorser sebaiknya dibatasi, karena semakin menambah derajat tidak simpati. Para brand ambassadorjuga perlu mengerti, bahwa dalam situasi yang tidak menguntungkan, kurangi sikap melawan. Oleh karenanya, penting bagi brand untuk selalu membina hubungan baik dengan pemirsanya.

Dalam konteks SBY, salah satunya adalah dengan membuktikan janji-janji yang disuarakan saat kampanye. Para sahabat akan tercipta karena performance brand yang baik. Badai datang sebesar apa pun, brand tidak perlu khawatir lagi. Barikade sahabat sejati selalu siap mendampingi. ●


"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~----------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers