Wednesday, May 25, 2011

Babak Baru Politik Ekonomi Mesir

Perekonomian Mesir berpotensi dalam bahaya. Kehidupan rakyatnya masih tergantung dari subsidi luar negeri. Bagaimana nasib Mesir pascatumbangnya Hosni Mubarak.

Mesin bergejolak. Semua mata kini tengah tertuju pada negara yang pertama melahirkan bank syariah di dunia ini. Aksi demontrasi menuntut reformasi demokrasi di Mesir oleh sebagian pengamat dianggap berpotensi membahayakan stabilitas di Timur Tengah dan global.

Apa yang terjadi di Mesir seperti menyegarkan ingatan kita kembali kala krisis kepercayaan pemimpin yang terjadi di Indonesia 1997/1998 silam. Demikian diungkapkan Syafii Antonio, pengamat Timur Tengah yang Juga merupakan Chairman Batasa Tazkia Consulting.

Apa yang terjadi di Mesir mirip dengan yang pernah dialami Indonesia. Penduduk Mesir tengah menginginkan adanya demokrasi dan meminta pemimpinnya yang telah berkuasa selama 31 tahun lebih itu bertanggung jawab atas korupsi yang merajalela, serta tingginya tingkat kemiskinan dan penganguran di negara itu.

Seberapa besar dampak dari gejolak yang terjadi di Mesir terhadap perekonomian negara yang kehidupan masyarakatnya ditopang oleh subsidi ini? Bagaimana Syafii Antonio menganalisis dan memandang masa depan Mesir? Bagaimana pula pengaruhnya terhadap Indonesia? Berikut penuturannya kepada Infobanknews.com, beberapa waktu lalu. Petikannya:

Persoalan utama yag menyulut terjadinya konflik di Mesir?

Dari dulu ekonomi Mesir tidak pernah ajeg. Itulah mengapa, Isarel dan Amerika memegang peranan yang sangat penting. Mesir adalah negara kedua didunia yang mendapatkan bantuan Amerika setelah Israel.

AS memberikan bantuan terbesar ke Israel, dan terbesar kedua ke Mesir. Sesungguhnya apa yang terjadi pada Camp David terdahulu adalah peace againts money.

Dia mau berdamai dengan Israel asalkan Mesir dapat sumbangan dan bantuan, jumlahnya bisa mencapai ratusan juta dolar. Angkanya ada yang terekspos dan ada yang rahasia.

Inilah yang disinyalir para penggerak aktivis kemanusiaan bahwa rezim Hosni Mubarak ini begitu banyak mengkorupsi dana-dana bantuan luar negeri.

Menurut beberapa sinyalemen kekayaan Hosni Mubarak itu hingga Rp300 triliun. Sementara rakyatnya banyak yang miskin. Darimana dana itu, jawaban yang paling mudah adalah dari bantuan.

Jadi, ada politik, dibelakangnya ada subsidi (money). Ketika ekonominya defend on foreign subsidi, itu kan berbahaya. Ketika masyarakatnya tidak mampu membeli roti dan gandum kecuali di subsisdi, itu kan bahaya.

Berarti, purchasing capacity-nya masyarakatnya tidak cukup kecuali dimurahkan. Dia juga tidak punya minyak, untuk diri sendiri pun tidak cukup.

Makanya dari masyrakatnya yang sekitar 80 juta itu mungkin sekitar 20 jutanya ada di Kairo. Kairo itu adalah kota trading, kota pendidikan, kota pariwisata, dan orang masih bisa hidup di situ. Tapi kalau didaerah-daerah ya agriculture, sedikit trading dan mungkin pegawai negeri. Jadi memang daya belinya masih sangat kecil.

Bagaimana Anda melihat dampak dari gejolak politik terhadap ekonomi Mesir?

Mesir menjadi salah satu negara yang cukup besar di Timur Tengah. Pendapatan utamanya dari Terusan Suez, trading dan Pariwisata. Pariwisata menyumbang sangat besar sekali. Adapun hubungan ekspor impor bagi Indonesia, dulu memang pernah cukup besar di kayu.

Saat itu, Mesir menjadi pintu besar ke Afrika dan beberapa negara. Tetapi dengan adanya Dubai dan Jeddah, peran Mesir menjadi tidak terlalu dominan lagi.

Hubungan dagang Indonesia dengan Mesir angkanya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, dari sisi pengaruh perdagangan ke Indonesia tidak terlalu besar dan pendapatan mesir dari Terusan Suez masih terus berlangsung.

Mungkin Mesir sendiri akan terpuruk ekonominya karena pariwisatanya terganggu, trading-nya terganggu demikian juga sektor lain yang terganggu, seperti pendidikan. Banyak orang menempuh pendidikan di Mesir seperti Universitas Kairo, itu cukup leading di Middle east.

Pengaruhnya ke Timur Tengah?

Sekarang kalau dilihat petanya, untuk trading, ada Dubai dan Bahrain. Untuk Pariwisata ada Dubai, Libanon dan Maroko. Kalau hubungan dengan Indonesia tidak terlalu besar. Dari sisi ekonomi lebih bahaya Irak, Kuwait atau Arab Saudi. Karena eksportir terbesar (minyak) itu Saudi Arabia , Kuwait dan Irak.

Kalau negara-negara itu terganggu, maka supply minyak akan terganggu. Karena Timur Tengah itu identik dengan supply minyak. Selama tidak mempengaruhi Saudi dan Kuwait tidak terlalu banyak pengaruhnya ke Indonesia. Kita banyak kerjasama minyak dengan Saudi , Kuwait, Libya dan Abudhabi.

Tanggapan Anda terakit Gojolak Mesir yang sempat menggoyang bursa global?

Saya agak berbeda pendapat dengan itu. Karena Mesir tidak punya perusahaan multinasional yang listed di beberapa negara seperti halnya Temasek, Samsung atau Sharp. Mungkin kalau di Mesir sendiri goncangan biasa.

Tapi apakah itu mempengaruhi Dubai, saya rasa tidak terlalu karena Dubai itu banyak sekali perusahaan yang multinasional. Dan pengusaha Mesir ada yang investasi di Dubai atau investasi di beberapa negara.

Yang ada, investor akan tinggalkan Mesir untuk pindahke luar Mesir. Justru, ada new inflow dana dari bursa efek Kairo ke Bursa Efek Bahrain misalnya. Justru jika kebijakan dari investasi di Mesir itu tidak terlalu aman, dana di Kairo bisa pindah ke Dubai atau Bahrain. Logikanya seperti itu. Persis seperti Indonesia dahulu. Ketika, krisis, uang yang ada di Indonesia keluar semua.

Menurut Anda apakah ini akan berlangsung lama, dan apa akibatnya?

Pemogokan yang terus berlarut demikian juga keamanan, akan terganggu, karena kan ketika terjadi demontsrasi besar-besaran kemungkinan terjadi seperti perampokan dan sebagainya besar sekali. Pengangguran di Mesir itu sangat tinggi, sekitar 8 juta atau 10% dari total penduduk.

Ketika mereka lapar dan di Mesir itu tempat tinggal sangat mahal demikian juga makanan. Beberapa jenis makanan tertentu murah karena ada subsidi. Nah, jika kondisi Mesir semakin lama semakin kacau karena tidak ada subsidi lagi misalnya, bisa chaos, bisa sangat berbahaya.

Sebagai negara dimana tempat pertama kali didirikannya bank syariah, bagaimana bapak melihat perkembangan sistem syariah di negara ini?

Awalnya memang didirkan bank syraiah di Mesir. Saat ini mungkin ada sekitar 7 bank yang islamik. Ketika saya kesana, saya melihat degree of knowledge, range of product dan skema baru untuk sistem islamic ini tidak terlalu advance di bandingkan Dubai atau Bahrain. Indonesia lebih progresive dibandingkan Mesir.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari Mesir?

Akan ada perubahan kalau ada tekanan dari militer. Apa yang terjadi di Turki bisa menjadi pelajaran yang sangat baik bagi pemimpin-pemimpn Timur Tengah.

Ketika pemimpinya di pilih dengan demokrasi, kemudian memperbaiki sistem kehakimannya kepolisianya, serta kejaksaan serta pajaknya, lalu terjadi trust internasional. Investor foreign direct investment pun berdatangan.

Makanya Turki sekarang dari sisi pertumbuhannya jauj lebih baik dari Indonesia. bagaimana cara mengatasi inflasinya, jauh lebih baik dari Indonesia. Kemajuan infratsrukturnya luar biasa.

Menata pariwisatanya juga sangat baik. Sudah sangat profesional dan itu bisa mendatangkan income pada masyarakat dalam waktu cepat. Tidak perlu membangun banyak-banyak tetapi ada kawasan pariwisata dirapikan, kebersihan ditata, iklan disana sini. Restauran, transportasi dan telekomnikais jadi ramai.

Turki bisa memanfaatkan itu, Indonesia belum optimum. Mesir sangat bisa untuk itu, Tapi tingkat korupsinya masih sangat tinggi, karean dikelolanya sangat-sanagat tidak profeisonal.

Harusnya Mesir bisa tumbuh lebih besar jika lebih demokratis, bisa memperbaiki taatanan hukum, tatanan pajak dan bisa menciptakan suasana untuk foreigner lebih aman.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers