Monday, April 18, 2011

Bermain Saham Tanpa Informasi

Pada bulan April sampai Mei biasanya perusahaan tidak membuat publikasi atas laporan keuangan yang dimiliki.

Laporan keuangan yang bisa dipublikasikan untuk periode berakhir tiga bulanan, yaitu Maret, Juni, September, dan akhir tahun. Namun, peraturan yang dikeluarkan regulator hanya mewajibkan pada laporan keuangan tengah tahunan dan akhir tahun sehingga laporan keuangan yang berakhir 31 Maret dan 30 September pada tahun berjalan jarang
diterbitkan.

Bila ada perusahaan menerbitkan laporan keuangan tersebut, maka perusahaan melakukan publikasi dengan kesukarelaan (voluntary). Atas penerbitan triwulanan tersebut, berbagai pihak memberikan komentar bahwa perusahaan sedang baik dan ada yang ingin diceritakan kepada publik. Dengan demikian, ada keinginan bahwa harga yang wajar perusahaan bukan pada harga sekarang, melainkan harga lain yang harus dihitung dengan informasi yang ada tersebut.

Artinya, investor seharusnya melakukan transaksi dengan menggunakan informasi yang dipublikasikan perusahaan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan akan memublikasikan berita yang bagus lebih cepat dan memublikasikan berita yang jelek lebih lama.

Investor yang melakukan perdagangan saham tanpa informasi dikenal sebagai investor trading, artinya investor tersebut ingin mendapatkan keuntungan dengan transaksi saham yang dilakukannya.

Pertama-tama investor harus memerhatikan pola harga saham dengan mengumpulkan data harga saham selama ini. Pola harga saham selama setahun diperhatikan dan dibuat pola berdasarkan waktu mingguan atau harian.

Jika investor menggunakan pola waktu bulanan, dibuat pola harga saham sejak Januari hingga Desember atau disebut pola waktu 12 bulan. Pola harga saham tersebut biasanya terjadi berulang dalam bentuk siklus yang bisa dipergunakan untuk mendapatkan capital gain.

Selanjutnya, investor harus melihat pola harga saham naik dan harga saham turun selama periode yang dibuat grafik harganya. Biasanya, investor akan membeli saham ketika harga saham akan mulai naik dan menjualnya ketika harga saham sudah pada puncaknya. Akan tetapi, tidak satu pun investor yang mengetahui bahwa harga saham sudah sampai pada puncaknya atau harga tertinggi. Dengan demikian, investor biasanya menjual sahamnya bila harga saham turun sedikit dari harga tertinggi.

Dengan begitu, agar investor tidak mendapatkan capital loss (kerugian), investor harus memerhatikan pola harga saham tersebut.

Kemudian, investor melakukan tindakan pembelian atau melakukan penjualan saham dengan keputusan yang telah dilakukan. Investor tidak boleh telat bertindak, tapi juga tidak boleh bertindak terlalu cepat.

Setelah dilakukan pembelian, investor harus menunggu harga sahamnya meningkat baru dijual. Waktu yang dipergunakan sesuai dengan pola yang dimiliki sebelumnya. Namun, investor tidak boleh lupa bahwa arah pasar perlu diperhatikan juga. Bila saatnya arah harga pasar saham menuju penurunan, investor sebaiknya menghindar dulu. Investor sebaiknya menunggu pada periode yang menuju ke arah kenaikan harga saham di pasar. Bila arah harga saham menuju kenaikan, investor bisa menggunakan pendekatan yang diuraikan sebelumnya.

Akan tetapi, investor juga bisa melakukan transaksi dengan data harian yang terjadi. Investor harus duduk melihat monitor yang menunjukkan pergerakan harga saham. Dalam kasus ini, investor melakukan perdagangan setiap hari sehingga investor mendapatkan keuntungan dari perubahan harga pada hari yang bersangkutan.

Investor melihat pergerakan harga setiap detiknya. Investor bisa menggunakan harga saham yang turun dibeli dan dijual ketika harga saham tersebut naik kembali. Ukuran yang selalu dipakai oleh investor trading ini adalah, pertama, memerhatikan arah harga saham di pasar, yang bisa dilihat dari indeks akan mengalami kenaikan atau penurunan. Bila arah pasarnya menuju kenaikan, investor bisa membeli pada pagi harinya dan menjual pada siang harinya karena harga akan naik.

Bila arah harga saham di pasar akan turun, investor menunggu sebentar sampai harga tersebut sudah turun minimum 10 persen atau sampai 20 persen ,baru investor bisa membeli saham tersebut. Bahkan, dengan arah harga saham yang turun sebenarnya investor bisa mengambil keuntungan dengan cara menjual saham dan membelinya pada harga yang lebih rendah.

Tindakan ini mempunyai risiko, yaitu bila harga saham langsung berbalik naik, maka investor mengalami kerugian. Tindakan penjualan lebih dulu dan membeli kembali dikenal dengan short selling dan harus juga melihat apakah transaksi ini diizinkan di perusahaan sekuritas tempat investor melakukan transaksi. Tindakan ini sebenarnya hanya bisa dilakukan dalam satu hari transaksi yang dikenal juga dengan transaksi netting pada hari itu juga.

Tindakan transaksi tersebut tidak bisa dilakukan pada semua saham yang terdaftar di bursa. Saham di bursa umumnya mempunyai penunggu atau ada yang menjaga saham tersebut sehingga investor harus memerhatikan broker mana yang selalu memainkan saham itu, bahkan investor harus tahu betul bahwa saham tersebut ketika di-IPO-kan memakai penjamin emisi perusahaan sekuritas yang mana. Sehingga investor tahu benar siapa pemegang saham itu.

No comments:

Post a Comment

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik akan kami terima dengan senang hati. Anda sopan kami segan.

Followers